SHALAT 5 Keistimewaan Shalat Malam Ahmad Mundzir Senin 27 Januari 2020 21:15 WIB BAGIKAN: Shalat malam adalah shalat sunnah yang dilakukan pada malam hari dengan dimulai sejak selesai dilaksanakannya shalat isya’ walaupun belum tidur. Sedangkan shalat tahajud mempunyai kriteria perlu tidur terlebih dahulu. Shalat malam terdiri dari shalat ba’diyah isya’, witir, shalat sunnah mutlak, dan termasuk di dalamnya adalah shalat tahajud. Hal ini sesuai dengan perkataan Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad: واعلم أن من صلى بعد العشاء فقد قام من الليل Artinya: “Ketahuilah, sesungguhnya orang yang shalat setelah isya’, dia termasuk menjalankan shalat malam” (Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad, Risalatul Mu’awanah wal-Mudzaharah wal-Muazarah, [Darul Hawi: 1994], hlm. 40). Habib Abdullah mengatakan, meskipun antara shalat sebelum tidur dan setelah tidur (lebih dikenal tahajud) yang masing-masing sama dilakukan pada malam hari, tentu shalat setelah tidur lebih utama karena shalat tahajud bisa membuat setan marah, bisa lebih bersungguh-sungguh dan rahasia ibadahanya sangat terjaga. Inilah shalat yang diperintahkan Allah kepada Nabi Muhammad ﷺ dalam sabda-Nya: وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَىٰ أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا Arti: “Dan pada sebagian malam hari, bertahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji” (QS Al-Isra’: 79). Rasulullah ﷺ mendorong kita semua untuk menjalankan ibadah shalat malam dalam sabdanya: يَنْزِلُ رَبُّنَا، تَبَارَكَ وَتَعَالَى، كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ، فَيَقُولُ: مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ؟ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ؟ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ Artinya: “Tuhan kita, Allah tabaraka wa ta’ala ‘turun’ setiap malam ke langit dunia di saat sepertiga malam akhir. Kemudian Allah berfirman, ‘Barangsiapa berdoa kepada-Ku, akan Aku kabulkan. Barangsiapa meminta kepada-Ku, akan Aku kasih. Barangsiapa meminta ampun kepada-Ku, akan Aku beri ampunan” (Muttafaq ‘alaih).
Berikut ini adalah salah satu dalil yang menyebutkan keutamaan shalat tahajud.
وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا
Artinya, “Pada sebagian malam, tahajudlah sebagai tambahan bagimu. Semoga Tuhanmu mengangkatmu ke derajat terpuji,” (Surat Al-Isra ayat 79).
“Shalat malam adalah shalat sunnah yang dilakukan pada waktu malam, terhitung sejak selesainya shalat isya sampai terbit fajar, baik dilakukan sesudah tidur maupun sebelum tidur.” Ia menyebut sejumlah contoh shalat malam, yaitu shalat tarawih, shalat witir, shalat hajat, shalat sunnah mutlaq (shalat sunnah yang tidak punya sebab dan tidak terikat dengan waktu) yang dilakukan pada waktu malam, dan seperti shalat sunnah rawatib (qabliyah-ba’diyah) yang tidak dilakukan pada waktunya kemudian diqadha pada waktu malam. sholat tahajut adalah shalat sunnah yang dilakukan sesudah tidur dengan jumlah rakaat yang tidak terbatas. Beberapa macam shalat sunnah seperti tersebut di atas dengan sendirinya menjadi shalat tahajud apabila dilakukan setelah tidur. Ia menyimpulkan bahwa shalat tahajud lebih khusus daripada shalat malam. Shalat tahajud sudah pasti shalat malam. Sedangkan shalat malam belum tentu shalat tahajud. Penjelasan Kiai Afifuddin Muhajir ini sejalan dengan keterangan Syekh M Nawawi Banten terkait shalat malam dan shalat tahajud.
والنفل المطلق بالليل أفضل منه بالنهار ومن النفل المطلق قيام الليل وإذا كان بعد نوم ولو في وقت المغرب وبعد فعل العشاء تقديما يسمى تهجدا
Artinya, “Shalat sunnah mutlak di malam hari lebih utama daripada shalat sunnah mutlak di siang hari. Salah satu shalat sunnah mutlak adalah shalat qiyamul lail. Bila qiyamul lail dilakukan setelah tidur, sekalipun hanya tidur di waktu maghrib atau setelah shalat Isya yang ditaqdim dengan maghrib, maka shalat malam itu disebut tahajud,” (Lihat Syekh Nawawi Banten, Nihayatuz Zain, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyah: 2002 M/1422 H], halaman 113).
Berikut ini doanya:
اَللهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ قَيِّمُ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ مَلِكُ السَّمَوَاتِ واْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ نُوْرُ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ الْحَقُّ وَوَعْدُكَ الْحَقُّ وَلِقَاءُكَ حَقٌّ وَقَوْلُكَ حَقٌّ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ وَالنَّبِيُّوْنَ حَقٌّ وَمُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقٌّ وَالسَّاعَةُ حَقٌّ. اَللهُمَّ لَكَ اَسْلَمْتُ وَبِكَ اَمَنْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَاِلَيْكَ اَنَبْتُ وَبِكَ خَاصَمْتُ وَاِلَيْكَ حَاكَمْتُ فَاغْفِرْلِيْ مَاقَدَّمْتُ وَمَا اَخَّرْتُ وَمَا اَسْرَرْتُ وَمَا اَعْلَنْتُ وَمَا اَنْتَ اَعْلَمُ بِهِ مِنِّيْ. اَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَاَنْتَ الْمُؤَخِّرُ لاَاِلَهَ اِلاَّ اَنْتَ. وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ
Allâhumma rabbana lakal hamdu. Anta qayyimus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu anta malikus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu anta nûrus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu antal haq. Wa wa‘dukal haq. Wa liqâ’uka haq. Wa qauluka haq. Wal jannatu haq. Wan nâru haq. Wan nabiyyûna haq. Wa Muhammadun shallallâhu alaihi wasallama haq. Was sâ‘atu haq. Allâhumma laka aslamtu. Wa bika âmantu. Wa alaika tawakkaltu. Wa ilaika anabtu. Wa bika khâshamtu. Wa ilaika hâkamtu. Fagfirlî mâ qaddamtu, wa mâ akhkhartu, wa mâ asrartu, wa mâ a‘lantu, wa mâ anta a‘lamu bihi minnî. Antal muqaddimu wa antal mu’akhkhiru. Lâ ilâha illâ anta. Wa lâ haula, wa lâ quwwata illâ billâh. Artinya, “Ya Allah, Tuhan kami, segala puji bagi-Mu, Engkau penegak langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau penguasa langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau cahaya langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau Maha Benar. Janji-Mu benar. Pertemuan dengan-Mu kelak itu benar. Firman-Mu benar adanya. Surga itu nyata. Neraka pun demikian. Para nabi itu benar. Demikian pula Nabi Muhammad SAW itu benar. Hari Kiamat itu benar. Ya Tuhanku, hanya kepada-Mu aku berserah. Hanya kepada-Mu juga aku beriman. Kepada-Mu aku pasrah. Hanya kepada-Mu aku kembali. Karena-Mu aku rela bertikai. Hanya pada-Mu dasar putusanku. Karenanya ampuni dosaku yang telah lalu dan yang terkemudian, dosa yang kusembunyikan dan yang kunyatakan, dan dosa lain yang lebih Kau ketahui ketimbang aku. Engkau Yang Maha Terdahulu dan Engkau Yang Maha Terkemudian. Tiada Tuhan selain Engkau. Tiada daya upaya dan kekuatan selain pertolongan Allah.” Doa ini dianjurkan dibaca seusai shalat tahajud. Doa Rasulullah SAW ini diriwayatkan Bukhari dan Muslim. Doa ini juga dicantumkan Imam An-Nawawi dalam karyanya Al-Adzkar.
Keistimewaan shalat malam. Pertama, shalat malam merupakan shalat yang paling utama setelah shalat maktubah (lima waktu). Sabda Rasulullah
ﷺ: أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ، شَهْرُ اللهِ الْمُحَرَّمُ، وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ، صَلَاةُ اللَّيْلِ
Artinya: “Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa pada bulan Muharram. Sebaik-baik shalat setelah shalat fardlu adalah shalat malam” (HR Muslim). Kedua, keutamaan shalat malam jika dibanding dengan shalat siang itu seperti keutamaan sedekah yang dilakukan secara sirr (rahasia) dibanding sedekah yang dilaksanakan secara terang-terangan di depan publik. Selisih perbandingan antara keduanya adalah 70 kali lipat. Sabda Rasulullah
ﷺ: فَضْلُ صَلَاةِ اللَّيْلِ عَلَى صَلَاةِ النَّهَارِ كَفَضْلِ صَدَقَةِ السِّرِّ عَلَى صَدَقَةِ الْعَلَانِيَةِ
Artinya: “Keutamaan shalat malam dibanding shalat siang seperti keutamaan sedekah sirr dibandikan dengan sedekah terang-terangan. (Hilyatul Auliya’, juz 4, hlm. 167) Ketiga,shalat malam adalah ibadah yang menjadi ciri khasnya orang-orang shalih. Berbeda dari ibadah lain yang biasa dikerjakan orang-orang ada umumnya. Misalnya sedekah. Sedekah merupakan ibadah yang baik, namun sedekah biasa dilakukan oleh orang shalih, preman, bahkan non-Muslim sekali pun, semuanya bisa menjalankan sedekah. Begitu pula kesetiakawanan, tolong-menolong dan ibadah-ibadah lain, bisa dilakukan siapa pun. Berbeda dari shalat malam, bisa dikatakan hanya dilakukan oleh orang yang benar-benar shalih. Karena itu bagian dari ibadah yang tidak populer.
عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ فَإِنَّهُ دَأَبُ الصَّالِحِينَ قَبْلَكُمْ، وَإِنَّ قِيَامَ اللَّيْلِ قُرْبَةٌ إِلَى اللهِ، وَمَنْهَاةٌ عَنِ الإِثْمِ، وَتَكْفِيرٌ لِلسَّيِّئَاتِ، وَمَطْرَدَةٌ لِلدَّاءِ عَنِ الجَسَدِ "Hendaknya kalian melakukan shalat malam, karena shalat malam adalah kebiasaan orang-orang shalih sebelum kalian, dan sesungguhnya shalat malam mendekatkan kepada Allah, serta menghalangi dari dosa, menghapus kesalahan, dan menolak penyakit dari badan." (Sunan At-Tirmidzi: 3549) Keempat, Allah membanggakan hambanya yang melakukan shalat tahajud kepada para malaikat. Dalam sebuah atsar disebutkan:
إن الله يعجب من العبد إذا قام من على فراشه وبين أهله إلى صلاته ويباهى به ملائكته ويقبل عليه بوجهه الكريم.
Artinya: “Sesungguhnya Allah membanggakan hambanya kepada para malaikat ketika hamba tersebut berdiri meninggalkan tempat tidurnya dan keluarganya menuju shalat dan Allah menerima hamba tersebut.” (Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad, Risalatul Mu’awanah wal-Mudzaharah wal-Muazarah, [Darul Hawi: 1994], hlm. 40-41). Kelima, semua doa kebaikan yang dipanjatkan pasti akan dikabulkan oleh Allah. Rasulullah
ﷺ: إِنَّ فِي اللَّيْلِ لَسَاعَةً لَا يُوَافِقُهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ، يَسْأَلُ اللهَ خَيْرًا مِنْ أَمْرِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ، وَذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ
Artinya: “Sesungguhnya di dalam malam terdapat waktu yang jika ada seorang muslim meminta kepada Allah dengan kebaikan baik urusan dunia maupun akhirat, pasti Allah akan memberikannya. Dan waktu tersebut adalah sepanjang malam.” (HR Muslim)
Shalat Malam (Tahajjud, Syafa' dan Witir)
Dan dari sebagian malam maka hendaklah kamu shalat tahajjud sebagai nâfilah bagimu, semoga Tuhanmu membangkitkanmu pada maqâm (tempat berdiri) yang terpuji.
Shalat malam dan shalat fajar, walaupun kedua shalat ini termasuk shalat sunnah, tetapi di buku ini dipisahkan dari bab shalat-shalat sunnah, karena kedua shalat ini pembicaraannya agak panjang dan punya ta‘qîb tersendiri, apalagi shalat malam dalilnya terdapat dalam Al-Quran, dan ini menunjukkan sangat penting sebagaimana pada firman-Nya yang disebutkan di atas.
Keutamaan Shalat Malam
Shalat malam itu banyak keutamaannya yang antara lain kemuliaan bagi orang yang beriman, mendatangkan rahmat, mengusir penyakit dari dalam tubuh dan menghilangkan dosa-dosa yang diamalkan di siang hari.
Jabra`îl as telah turun kepada Nabi saw, kemudian beliau bertanya kepadanya, "Wahai Jabra`îl, nasihatilah aku!" Dia berkata, "Wahai Muhammad, hiduplah kamu menurut yang kamu kehendaki, tetapi ingatlah kamu akan menjadi mayit, cintailah orang yang kamu cintai, tetapi ingatlah kamu akan berpisah dengannya, dan kerjakanlah apa yang kamu kehendaki, tetapi ingatlah kamu akan menemukan hasilnya. Kemuliaan orang yang beriman itu adalah shalatnya di waktu malam, dan keperkasaannya adalah tidak mengganggu orang lain."
Abû ‘Abdillâh as berkata, "Sesungguhnya di antara rauh (rahmat) Allah ‘azza wa jalla itu ada tiga: Tahajjud di malam hari, memberi makanan untuk berbuka kepada orang yang shaum, dan berkunjung menjumpai ikhwân (saudara-saudara sesama muslim)."
Abû Al-Hasan as yang pertama berkata tentang firman Allah ‘azza wa jalla, Ruhbâniyyah yang mereka adakan padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka, tetapi (mereka sendiri yang mengadakannya) untuk mencari keridhaan Allah . Berliau berkata, "Yakni shalat malam."
Al-Shâdiq as berkata, "Hendaklah kamu melaksanakan shalat malam, sebab ia itu sunnah Nabi kamu, adab orang-orang saleh sebelum kamu, dan ia dapat mengusir penyakit dari badan-badan kamu."
Beliau as berkata tentang firman Allah ‘azza wa jalla, Sesungguhnya kebaikan-kebaikan itu akan menghilangkan keburukan-keburukan . Beliau berkata, "Yaitu shalat orang yang beriman di malam hari akan menghilangkan dosa-dosa yang dia lakukan di siang hari,"
Waktu Shalat Malam
Waktu shalat malam adalah dari tengah malam sampai menjelang adzân shubuh. Firman Allah ‘azza wa jalla:
Wahai orang yang berselimut, bangunlah pada waktu malam kecuali sedikit (kamu tidur), yaitu pertengahannya atau kurangilah darinya sedikit atau lebihkan darinya dan bacalah Al-Quran dengan tartîl.
Shalat malam ini dilaksanakan setelah atau sebelum tidur, hanya kebiasaan Rasûlullâh saw segera tidur setelah mendirikan shalat ‘isya guna persiapan ibadah malam.
‘Ubaid bin Zurârah meriwayatkan dari Abû 'Abdillâh as bahwa dia berkata, “Adalah Rasûlullâh saw apabila beliau telah shalat ‘isya, beliau pergi ke peraduannya, maka beliau tidak melaksanakan suatu shalat pun hingga pertengahan malam tiba.”
Jumlah Raka‘at Shalat Malam
Adapun jumlah raka‘at shalat malam sebelas raka‘at, yaitu tahajjud delapan raka‘at (empat kali salâm), shalat syafa‘ (genap) dua raka‘at, dan witir (tunggal) satu raka‘at, atau tiga raka‘at yang terakhir itu suka disebut witir.
Adab-adab Shalat Malam
Di antara adab-adab shalat malam adalah berdoa sebelum tidur dan setelah bangun dari tidur, membaca doa sebelum shalat malam, dan membaca ta‘qîb atau berdoa setelahnya, yaitu setelah dua raka‘at yang pertama, setelah delapan raka‘at dan setelah selesai shalat malam.
Doa Hendak Tidur
Bismikallâhumma ahyâ wa bismika amût.
Dengan nama-Mu yâ Allah aku hidup dan dengan nama-Mu aku mati.
Doa Bangun dari Tidur
1-
الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِي أَحْيَانِي بَعْدَ مَا أَمَاتَنِي وَ إِلَيْهِ النُّشُوْرُ
Alhamdu lillâhilladzî ahyânî ba‘da mâ amâtanî wa ilaihin nusyûr.
S egala puji bagi Allah yang telah menghidupkanku setelah Dia mematikanku dan kepada-Nya menjadi hidup kembali (nusyûr).
Atau berdoa dengan doa berikut:
2-
Subhânallâhi rabbin nabiyyîn, wa ilâhil mursalîn, wa rabbil mustadh‘afîn. Walhamdu lillâhil ladzî yuhyil mautâ, wa huwa ‘alâ kulli syai`in qadîr.
Maha suci Allah Tuhan yang mengatur para nabi, Tuhan mereka yang diutus, dan Tuhan kaum yang tertindas. Dan segala puji bagi Allah yang menghidupkan mereka yang telah mati, dan Dia maha kuasa atas segala sesuatu.
Doa ketika Mendengar Kokok Ayam
Subbûhun quddûsun rabbul malâ`ikati war rûh, sabaqat rahmatuka ghadhabak, lâ ilâha illâ anta, subhânaka wa bihamdik, ‘amiltu sû`an wa zhalamtu nafsî faghfir lî, innahu lâ yaghfirudz dzunûba illâ ant.
Maha suci maha quddûs Tuhan para malaikat dan rûh, kasih-Mu mendahului murka-Mu, tidak ada tuhan selain Engkau, maha suci Engkau dan dengan memuji-Mu, aku telah melakukan keburukan dan menganiaya diri sendiri, maka ampunilah aku, karena sesungguhnya tidak ada yang mengampuni dosa-dosa selain Engkau.
Doa ketika Hendak Shalat Malam
Allâhumma innî atawajjahu ilaika binabiyyika nabiyyir rahmati wa ãlih, wa uqaddimuhum baina yadai hawâ`ijî, faj‘alnî bihim wajîhan fid dun-yâ wal ãkhirati wa minal muqarrabîn. Allâhummarhamnî bihim walâ tu‘adzdzibnî bihim, wahdinî bihim wa lâ tudhillanî bihim, warzuqnî bihim walâ tahrimnî bihim, waqdhi lî hawâijî lid dunyâ wal ãkhirah, innaka ‘alâ kulli syai`in qadîr, wa bikulli syai`in ‘alîm.
Ya Allah, sesungguhnya aku menghadap kepada-Mu dengan Nabi-Mu, Nabi pembawa rahmat dan keluarganya. Aku kedepankan mereka di hadapan hajat-hajatku, maka dengan mereka jadikanlah aku mulia di dunia dan akhirat serta digabungkan bersama muqarrabîn. Ya Allah, sayangilah aku karena mereka dan janganlah Engkau siksa aku karena mereka, tunjukilah aku karena mereka dan janganlah Engkau sesatkan aku karena mereka, beri aku rezeki karena mereka dan janganlah Engkau tahan rezekiku karena mereka, dan penuhilah untukku kebutuhan-kebutuhanku untuk dunia dan akhirat. Sesungguhnya Engkau maha kuasa atas segala sesuatu, dan maha tahu kepada segala sesuatu.
Bacaannya:
Pada dua raka‘at pertama dari shalat tahajjud, bacaannya yang dianjurkan pada raka‘at pertama setelah Al-Fâtihah adalah Al-Ikhlâsh, dan pada raka‘at kedua setelah Al-Fâtihah adalah sûrah Al-Kâfirûn. Adapun pada raka‘at yang lainnya kita bisa memilih sûrah yang kita suka.
Atau pada dua raka‘at yang pertama setelah Al-Fâtihah membaca sûrah Qul huwallâhu ahad enam puluh kali, yaitu pada raka‘at pertama tiga puluh dan pada raka‘at kedua tiga puluh kali.
Shalat Syafa‘ dan Watir/Witir
Allah ‘azza wa jalla berfirman:
Demi syaf‘ dan watr.
Syaf‘ artinya genap (dua raka‘at) dan watr (witir) artinya ganjil (satu raka‘at), dan terkadang ketiganya suka disebut shalat witir.
Ibnu Sinân berkata: Saya bertanya kepada Abû ‘Abdillâh as tentang witir dan sûrah yang dibaca padanya semua (raka‘atnya). Beliau berkata, "Qul huwallâhu ahad (sûrah Al-Ikhlâsh)." Saya bertanya: Pada ketiga raka‘atnya? Beliau berkata, "Ya."
Dan dibaca pada dua raka‘at syafa‘ dan satu raka‘at watir (sûrah) Qul huwallâhu ahad dan pisahkan antara syafa‘ dan witir dengan salâm.
Abû Ja'far as berkata, "Adalah Rasûlullâh saw…dan beliau witir tiga raka‘at, maka beliau membaca padanya Fâtihatul Kitâb dan (sûrah) Qul huwallâhu ahad , dan beliau memisahkan di antara yang tiga dengan taslîm (salâm setelah dua raka‘at)…"
Doa Qunût Shalat Witir
Al-Halabi bertanya kepada Imam Ja‘far Al-Shâdiq as tentang qunût dalam shalat watir: Apakah padanya ada suatu (doa qunût) yang ditentukan yang mesti diikuti dan diucapkan? Beliau berkata, "Tidak ada, pujilah Allah ‘azza wa jalla dan sampaikanlah permohonan shalawât buat Nabi saw, dan minta ampunlah untuk dosa kamu yang besar." Kemudian beliau mengatakan, "Setiap dosa itu (hukumannya) besar."
Qunût Rasûlullâh saw
Allâhummahdinî fîman hadait, wa ‘âfinî fîman ‘âfait, wa tawallânî fîman tawallait, wa bârik lî fîmâ a‘thait, wa qinî syarra mâ qadhâit, fainnaka taqdhî walâ yuqdhâ ‘alaik, subhânaka rabbal bait, astaghfiruka wa atûbu ilaik, wa u`minu bika wa atawakkalu ‘alaik, lâ haula walâ quwwata illâ bika yâ rahîm.
Ya Allah, tunjukilah aku bersama orang-orang yang Engkau tunjuki, kuatkanlah diriku pada orang-orang yang Engkau telah berikan kekuatan, bimbinglah aku pada orang-orang yang Engkau bimbing, berkahilah aku pada apa-apa yang Engkau berikan, jagalah aku dari kejahatan yang telah Engkau tetapkan, karena sesungguhnya Engkau yang menetapkan dan tidak ditetapkan atas-Mu. Maha suci Engkau wahai pemilik Al-Bait. Aku memohon ampun dan bertobat kepada-Mu, aku beriman kepada-Mu dan bertawakkal kepada-Mu, tidak ada daya dan tidak ada kekuatan selain dengan-Mu, wahai yang maha penyayang.
Setelah selesai qunût , tangan yang kanan diturunkan untuk menghitung istighfâr sebanyak tujuh puluh kali, sementara telapak tangan yang kiri masih di depan wajah. Dan kalimat istighfâr -nya:
Astaghfirullâha rabbî wa atûbu ilaih.
Aku memohon ampunan kepada Allah Tuhan yang mengaturku dan aku bertobat kepada-Nya. (Diucapkan tujuh puluh kali)
Setelah mengucapkan istighfâr tujuh puluh kali, bacalah dzikir berikut ini sebanyak tujuh kali:
Hâdzâ maqâmul ‘â`idzi bika minan nâr.
Inilah maqâm (tempat berdiri) orang yang berlindung kepada-Mu dari api neraka.
Selanjutnya tangan kiri diturunkan, kemudian takbîr lalu ruku‘ dan seterusnya.
وَ مِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا
Dan dari sebagian malam maka hendaklah kamu shalat tahajjud sebagai nâfilah bagimu, semoga Tuhanmu membangkitkanmu pada maqâm (tempat berdiri) yang terpuji.
Shalat malam dan shalat fajar, walaupun kedua shalat ini termasuk shalat sunnah, tetapi di buku ini dipisahkan dari bab shalat-shalat sunnah, karena kedua shalat ini pembicaraannya agak panjang dan punya ta‘qîb tersendiri, apalagi shalat malam dalilnya terdapat dalam Al-Quran, dan ini menunjukkan sangat penting sebagaimana pada firman-Nya yang disebutkan di atas.
Keutamaan Shalat Malam
Shalat malam itu banyak keutamaannya yang antara lain kemuliaan bagi orang yang beriman, mendatangkan rahmat, mengusir penyakit dari dalam tubuh dan menghilangkan dosa-dosa yang diamalkan di siang hari.
نَزَلَ جَبْرَئِيلُ ع عَلَى النَّبِيِّ ص فَقَالَ لَهُ يَا جَبْرَئِيلُ عِظْنِي فَقَالَ يَا مُحَمَّدُ عِشْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَيِّتٌ وَ أَحْبِبْ مَنْ شِئْتَ فَإِنَّكَ مُفَارِقُهُ وَ اعْمَلْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مُلَاقِيهِ شَرَفُ الْمُؤْمِنِ صَلَاتُهُ بِاللَّيْلِ وَ عِزُّهُ كَفُّ الْأَذَى عَنِ النَّاسِ
Jabra`îl as telah turun kepada Nabi saw, kemudian beliau bertanya kepadanya, "Wahai Jabra`îl, nasihatilah aku!" Dia berkata, "Wahai Muhammad, hiduplah kamu menurut yang kamu kehendaki, tetapi ingatlah kamu akan menjadi mayit, cintailah orang yang kamu cintai, tetapi ingatlah kamu akan berpisah dengannya, dan kerjakanlah apa yang kamu kehendaki, tetapi ingatlah kamu akan menemukan hasilnya. Kemuliaan orang yang beriman itu adalah shalatnya di waktu malam, dan keperkasaannya adalah tidak mengganggu orang lain."
عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ ع قَالَ إِنَّ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ عَزَّ وَ جَلَّ ثَلَاثَةً التَّهَجُّدَ بِاللَّيْلِ وَ إِفْطَارَ الصَّائِمِ وَ لِقَاءَ الْإِخْوَانِ
Abû ‘Abdillâh as berkata, "Sesungguhnya di antara rauh (rahmat) Allah ‘azza wa jalla itu ada tiga: Tahajjud di malam hari, memberi makanan untuk berbuka kepada orang yang shaum, dan berkunjung menjumpai ikhwân (saudara-saudara sesama muslim)."
قَالَ أَبُو الْحَسَنِ الْأَوَّلُ ع فِي قَوْلِ اللَّهِ عَزَّ وَ جَلَّ وَ رَهْبانِيَّةً ابْتَدَعُوها ما كَتَبْناها عَلَيْهِمْ إِلَّا ابْتِغاءَ رِضْوانِ اللَّهِ قَالَ صَلَاةُ اللَّيْلِ
Abû Al-Hasan as yang pertama berkata tentang firman Allah ‘azza wa jalla, Ruhbâniyyah yang mereka adakan padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka, tetapi (mereka sendiri yang mengadakannya) untuk mencari keridhaan Allah . Berliau berkata, "Yakni shalat malam."
قَالَ الصَّادِقُ ع عَلَيْكُمْ بِصَلَاةِ اللَّيْلِ فَإِنَّهَا سُنَّةُ نَبِيِّكُمْ وَ أَدَبُ الصَّالِحِينَ قَبْلَكُمْ وَ مَطْرَدَةُ الدَّاءِ عَنْ أَجْسَادِكُمْ
Al-Shâdiq as berkata, "Hendaklah kamu melaksanakan shalat malam, sebab ia itu sunnah Nabi kamu, adab orang-orang saleh sebelum kamu, dan ia dapat mengusir penyakit dari badan-badan kamu."
قَالَ ع فِي قَوْلِ اللَّهِ عَزَّ وَ جَلَّ إِنَّ الْحَسَناتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئاتِ قَالَ صَلَاةُ الْمُؤْمِنِ بِاللَّيْلِ تَذْهَبُ بِمَا عَمِلَ مِنْ ذَنْبٍ بِالنَّهَارِ
Beliau as berkata tentang firman Allah ‘azza wa jalla, Sesungguhnya kebaikan-kebaikan itu akan menghilangkan keburukan-keburukan . Beliau berkata, "Yaitu shalat orang yang beriman di malam hari akan menghilangkan dosa-dosa yang dia lakukan di siang hari,"
Waktu Shalat Malam
Waktu shalat malam adalah dari tengah malam sampai menjelang adzân shubuh. Firman Allah ‘azza wa jalla:
يَا أَيُّهَا الْمُزَمِّلُ قُمِ اللَّيْلَ إِلآَّ قَلِيْلاً, نِصْفَهُ أَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيْلاً, أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيْلاً
Wahai orang yang berselimut, bangunlah pada waktu malam kecuali sedikit (kamu tidur), yaitu pertengahannya atau kurangilah darinya sedikit atau lebihkan darinya dan bacalah Al-Quran dengan tartîl.
Shalat malam ini dilaksanakan setelah atau sebelum tidur, hanya kebiasaan Rasûlullâh saw segera tidur setelah mendirikan shalat ‘isya guna persiapan ibadah malam.
رَوَى عُبَيْدُ بْنُ زُرَارَةَ عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ ع أَنَّهُ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ ص إِذَا صَلَّى الْعِشَاءَ أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ فَلَمْ يُصَلِّ شَيْئاً حَتَّى يَنْتَصِفَ اللَّيْلُ
‘Ubaid bin Zurârah meriwayatkan dari Abû 'Abdillâh as bahwa dia berkata, “Adalah Rasûlullâh saw apabila beliau telah shalat ‘isya, beliau pergi ke peraduannya, maka beliau tidak melaksanakan suatu shalat pun hingga pertengahan malam tiba.”
Jumlah Raka‘at Shalat Malam
Adapun jumlah raka‘at shalat malam sebelas raka‘at, yaitu tahajjud delapan raka‘at (empat kali salâm), shalat syafa‘ (genap) dua raka‘at, dan witir (tunggal) satu raka‘at, atau tiga raka‘at yang terakhir itu suka disebut witir.
Adab-adab Shalat Malam
Di antara adab-adab shalat malam adalah berdoa sebelum tidur dan setelah bangun dari tidur, membaca doa sebelum shalat malam, dan membaca ta‘qîb atau berdoa setelahnya, yaitu setelah dua raka‘at yang pertama, setelah delapan raka‘at dan setelah selesai shalat malam.
Doa Hendak Tidur
بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ أَحْيَا وَ بِاسْمِكَ أَمُوْتُ
Bismikallâhumma ahyâ wa bismika amût.
Dengan nama-Mu yâ Allah aku hidup dan dengan nama-Mu aku mati.
Doa Bangun dari Tidur
1-
الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِي أَحْيَانِي بَعْدَ مَا أَمَاتَنِي وَ إِلَيْهِ النُّشُوْرُ
Alhamdu lillâhilladzî ahyânî ba‘da mâ amâtanî wa ilaihin nusyûr.
S egala puji bagi Allah yang telah menghidupkanku setelah Dia mematikanku dan kepada-Nya menjadi hidup kembali (nusyûr).
Atau berdoa dengan doa berikut:
2-
سُبْحَانَ اللهِ رَبِّ النَّبِيِّيْنَ, وَ إِلَهِ الْمُرْسَلِيْنَ, وَ رَبِّ الْمُسْتَضْعَفِيْنَ. وَ الْحَمْدُ ِللهِِ الَّذِي يُحْيِ الْمَوْتَى، وَ هُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Subhânallâhi rabbin nabiyyîn, wa ilâhil mursalîn, wa rabbil mustadh‘afîn. Walhamdu lillâhil ladzî yuhyil mautâ, wa huwa ‘alâ kulli syai`in qadîr.
Maha suci Allah Tuhan yang mengatur para nabi, Tuhan mereka yang diutus, dan Tuhan kaum yang tertindas. Dan segala puji bagi Allah yang menghidupkan mereka yang telah mati, dan Dia maha kuasa atas segala sesuatu.
Doa ketika Mendengar Kokok Ayam
سُبُّوْحٌ قُدُّوْسٌ رَبُّ الْمَلاَئِكَةِ وَ الرُّوْحِ، سَبَقَتْ رَحْمَتُكَ غَضَبَكَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ وَبِحَمْدِكَ، عَمِلْتُ سُوْءً وَ ظَلَمْتُ نَفْسِي، فَاغْفِرْ لِي إِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ
Subbûhun quddûsun rabbul malâ`ikati war rûh, sabaqat rahmatuka ghadhabak, lâ ilâha illâ anta, subhânaka wa bihamdik, ‘amiltu sû`an wa zhalamtu nafsî faghfir lî, innahu lâ yaghfirudz dzunûba illâ ant.
Maha suci maha quddûs Tuhan para malaikat dan rûh, kasih-Mu mendahului murka-Mu, tidak ada tuhan selain Engkau, maha suci Engkau dan dengan memuji-Mu, aku telah melakukan keburukan dan menganiaya diri sendiri, maka ampunilah aku, karena sesungguhnya tidak ada yang mengampuni dosa-dosa selain Engkau.
Doa ketika Hendak Shalat Malam
اللَّهُمَّ إِنِّي أَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ وَ آلِهِ، وَ أُقَدِّمُهُمْ بَيْنَ يَدَيْ حَوَائِجِي، فَاجْعَلْنِي بِهِمْ وَجِيْهًا فِي الدُّنْيَا وَ اْلآخِرَةِ وَ مِنَ الْمُقَرَّبِيْنَ. اللَّهُمَّ ارْحَمْنِي بِهِمْ وَ لاَ تُعَذِّبْنِي بِهِمْ، وَ اهْدِنِي بِهِمْ وَ لاَ تُضِلَّنِي بِهِمْ، وَ ارْزُقْنِي بِهِمْ وَ لاَ تَحْرِمْنِي بِهِمْ، وَ اقْضِ لِي حَوَائِجِي لِلدُّنْيَا وَ اْلآخِرَةِ، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ, وَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ
Allâhumma innî atawajjahu ilaika binabiyyika nabiyyir rahmati wa ãlih, wa uqaddimuhum baina yadai hawâ`ijî, faj‘alnî bihim wajîhan fid dun-yâ wal ãkhirati wa minal muqarrabîn. Allâhummarhamnî bihim walâ tu‘adzdzibnî bihim, wahdinî bihim wa lâ tudhillanî bihim, warzuqnî bihim walâ tahrimnî bihim, waqdhi lî hawâijî lid dunyâ wal ãkhirah, innaka ‘alâ kulli syai`in qadîr, wa bikulli syai`in ‘alîm.
Ya Allah, sesungguhnya aku menghadap kepada-Mu dengan Nabi-Mu, Nabi pembawa rahmat dan keluarganya. Aku kedepankan mereka di hadapan hajat-hajatku, maka dengan mereka jadikanlah aku mulia di dunia dan akhirat serta digabungkan bersama muqarrabîn. Ya Allah, sayangilah aku karena mereka dan janganlah Engkau siksa aku karena mereka, tunjukilah aku karena mereka dan janganlah Engkau sesatkan aku karena mereka, beri aku rezeki karena mereka dan janganlah Engkau tahan rezekiku karena mereka, dan penuhilah untukku kebutuhan-kebutuhanku untuk dunia dan akhirat. Sesungguhnya Engkau maha kuasa atas segala sesuatu, dan maha tahu kepada segala sesuatu.
Bacaannya:
Pada dua raka‘at pertama dari shalat tahajjud, bacaannya yang dianjurkan pada raka‘at pertama setelah Al-Fâtihah adalah Al-Ikhlâsh, dan pada raka‘at kedua setelah Al-Fâtihah adalah sûrah Al-Kâfirûn. Adapun pada raka‘at yang lainnya kita bisa memilih sûrah yang kita suka.
Atau pada dua raka‘at yang pertama setelah Al-Fâtihah membaca sûrah Qul huwallâhu ahad enam puluh kali, yaitu pada raka‘at pertama tiga puluh dan pada raka‘at kedua tiga puluh kali.
Shalat Syafa‘ dan Watir/Witir
Allah ‘azza wa jalla berfirman:
وَ الشَّفْعِ وَ الْوَتْرِ. سورة الفجر 89/3
Demi syaf‘ dan watr.
Syaf‘ artinya genap (dua raka‘at) dan watr (witir) artinya ganjil (satu raka‘at), dan terkadang ketiganya suka disebut shalat witir.
عَنِ ابْنِ سِنَانٍ قَالَ سَأَلْتُ أَبَا عَبْدِ اللَّهِ ع عَنِ الْوَتْرِ مَا يُقْرَأُ فِيهِنَّ جَمِيعاً قَالَ بِقُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ قُلْتُ فِي ثَلَاثِهِنَّ قَالَ نَعَمْ
Ibnu Sinân berkata: Saya bertanya kepada Abû ‘Abdillâh as tentang witir dan sûrah yang dibaca padanya semua (raka‘atnya). Beliau berkata, "Qul huwallâhu ahad (sûrah Al-Ikhlâsh)." Saya bertanya: Pada ketiga raka‘atnya? Beliau berkata, "Ya."
Dan dibaca pada dua raka‘at syafa‘ dan satu raka‘at watir (sûrah) Qul huwallâhu ahad dan pisahkan antara syafa‘ dan witir dengan salâm.
قَالَ أَبُو جَعْفَرٍ ع كَانَ رَسُولُ اللَّهِ ص .... وَ أَوْتَرَ فِي الرُّبُعِ الْأَخِيرِ مِنَ اللَّيْلِ بِثَلَاثِ رَكَعَاتٍ فَقَرَأَ فِيهِنَّ فَاتِحَةَ الْكِتَابِ وَ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ وَ يَفْصِلُ بَيْنَ الثَّلَاثِ بِتَسْلِيمَةٍ
Abû Ja'far as berkata, "Adalah Rasûlullâh saw…dan beliau witir tiga raka‘at, maka beliau membaca padanya Fâtihatul Kitâb dan (sûrah) Qul huwallâhu ahad , dan beliau memisahkan di antara yang tiga dengan taslîm (salâm setelah dua raka‘at)…"
Doa Qunût Shalat Witir
عَنِ الْحَلَبِيِّ عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ ع عَنِ الْقُنُوتِ فِي الْوَتْرِ هَلْ فِيهِ شَيْءٌ مُوَقَّتٌ يُتَّبَعُ وَ يُقَالُ فَقَالَ لَا أَثْنِ عَلَى اللَّهِ عَزَّ وَ جَلَّ وَ صَلِّ عَلَى النَّبِيِّ ص وَ اسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ الْعَظِيمِ ثُمَّ قَالَ كُلُّ ذَنْبٍ عَظِيمٌ
Al-Halabi bertanya kepada Imam Ja‘far Al-Shâdiq as tentang qunût dalam shalat watir: Apakah padanya ada suatu (doa qunût) yang ditentukan yang mesti diikuti dan diucapkan? Beliau berkata, "Tidak ada, pujilah Allah ‘azza wa jalla dan sampaikanlah permohonan shalawât buat Nabi saw, dan minta ampunlah untuk dosa kamu yang besar." Kemudian beliau mengatakan, "Setiap dosa itu (hukumannya) besar."
Qunût Rasûlullâh saw
اللَّهُمَّ اهْدِنِي فِيْمَنْ هَدَيْتَ، وَ عَافِنِي فِيْمَنْ عَافَيْتَ، وَ تَوَلَّنِي فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ، وَ بَارِكْ لِي فِيْمَا أَعْطَيْتَ، وَ قِنِي شَرَّ مَا قَضَيْتَ، فَإِنَّكَ تَقْضِي وَ لاَ يُقْضَى عَلَيْكَ، سُبْحَانَكَ رَبَّ الْبَيْتِ، أَسْتَغْفِرُكَ وَ أَتُوبُ إِلَيْكَ، وَ أُؤْمِنُ بِكَ وَ أَتَوَكَّلُ عَلَيْكَ، لاَ حَوْلَ وَ لاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِكَ يَا رَحِيْمُ
Allâhummahdinî fîman hadait, wa ‘âfinî fîman ‘âfait, wa tawallânî fîman tawallait, wa bârik lî fîmâ a‘thait, wa qinî syarra mâ qadhâit, fainnaka taqdhî walâ yuqdhâ ‘alaik, subhânaka rabbal bait, astaghfiruka wa atûbu ilaik, wa u`minu bika wa atawakkalu ‘alaik, lâ haula walâ quwwata illâ bika yâ rahîm.
Ya Allah, tunjukilah aku bersama orang-orang yang Engkau tunjuki, kuatkanlah diriku pada orang-orang yang Engkau telah berikan kekuatan, bimbinglah aku pada orang-orang yang Engkau bimbing, berkahilah aku pada apa-apa yang Engkau berikan, jagalah aku dari kejahatan yang telah Engkau tetapkan, karena sesungguhnya Engkau yang menetapkan dan tidak ditetapkan atas-Mu. Maha suci Engkau wahai pemilik Al-Bait. Aku memohon ampun dan bertobat kepada-Mu, aku beriman kepada-Mu dan bertawakkal kepada-Mu, tidak ada daya dan tidak ada kekuatan selain dengan-Mu, wahai yang maha penyayang.
Setelah selesai qunût , tangan yang kanan diturunkan untuk menghitung istighfâr sebanyak tujuh puluh kali, sementara telapak tangan yang kiri masih di depan wajah. Dan kalimat istighfâr -nya:
أَسْتَغْفِرُاللهَ رَبِّي وَ أَتُوْبُ إِلَيْهِ
Astaghfirullâha rabbî wa atûbu ilaih.
Aku memohon ampunan kepada Allah Tuhan yang mengaturku dan aku bertobat kepada-Nya. (Diucapkan tujuh puluh kali)
Setelah mengucapkan istighfâr tujuh puluh kali, bacalah dzikir berikut ini sebanyak tujuh kali:
هَذَا مَقَامُ الْعَائِذِ بِكَ مِنَ النَّارِ
Hâdzâ maqâmul ‘â`idzi bika minan nâr.
Inilah maqâm (tempat berdiri) orang yang berlindung kepada-Mu dari api neraka.
Selanjutnya tangan kiri diturunkan, kemudian takbîr lalu ruku‘ dan seterusnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar