BIOGRAFI SYAIKH ‘ABDUL-QADIR AL-AL-JAILANI R.A
Beliau adalah Asy-Syaikh al-Imam az-Zahid al-Arif al-Qudwah Syaikh al-Islam Sulthan al-Auliya‘ Imam al-Ash fiya, sang penghidup agama dan sunnnh serta pembasmi bid‘ah, Abu Muhammad ‘Abdul-Qadir bin Aha Shalih ‘Abdullah bin jankiy Daust“ bin yahya bin Muhammad bin Dawud bin Musa bin ‘Abdullah bin al-Hasan bin al-Hasan bin ‘Ali bin Abi Thalib, al-J'ili asy-Syafi‘i al-Hanbali, Syaikh Baghdad.
Beliau adalah cucu Abu ‘Abdullah ash-Shuma‘i, yang dikaitkan kepada jilan." Ash-Shuma‘i adalah salah seorang pembesar ulama di jilan, yang terkenal dengan karamah dan ahwal-nya. Ibunya adalah seorang wanita pelopor kebaikan, Fathimah binti Abu ‘Abdillah ash-Shuma‘i. Ia juga memiliki karamah dan ahwal.“ Syaikh ‘Abdul-Qadir r.a. lahir pada pertengahan 'Raamadhan 471 Hijriah dijilan.” Beliau menghabiskan masa mudanya di kampung ini, sampai menginjak usia delapan belas. Baru pada 488 Hijriah beliau pergi ke Baghdad dan menetap di sana hingga akhir hayatnya.
Beliau berperawakan sedang, tegap, dada lebar, berjenggot lebat, tinggi, berkulit sawo matang, beralis tebal. bersuara berat, tampan,” fasih berbicara, “ berkemampuan tinggi, dan berilmu cukup.” Sorot matanya memancarkan cahaya yang menunjukkan bahwa beliau berasal dari lingkungan yang semarak dengan ilmu dan didukung karamah. Ayahandanya adalah seorang ulama besar dijilan. Ibundanya adalah orang yang terkenal memiliki karamah, putri Abu ‘Abdillah ash-Shuma‘i, seorang arif yang ahli ibadah dan zuhud. Pada lingkungan keluarga yang seperti ini beliau tumbuh, dan secara otomatis menyerap berbagai macam ilmu, baik itu ilmu ma‘rifah, haqiqah maupun fiqh.
Sejak usia dini, beliau telah mengetahui bahwa mencari ilmu adalah wajib bagi setiap muslim dan muslimah. Kesadaran ini menjadi spirit bagi beliau untuk beigegas mencari ilmu. Beliau menimbanya dari banyak ulama terkemuka pada waktu itu, sehingga untuk mencapai cita-citanya tidak memerlukan waktu yang terlalu lama. Beliau memulainya dengan belajar membaca Alquran kepada Abu al-Wafa ‘Ali bin ‘Uqail al-Hanbali dan Abu al-Khatthab Mahfuzh al-Kalwadzan‘i al-Hanbali, juga kepada beberapa ulama lainnya hingga beliau yakin betul dengan bacaannya.
Beliau belajar hadis dari banyak ulama terkenal pada masanya yang hafal hadis, seperti Abu Ghalib Muhammad bin al-Hasan al-Balaqilani, dan banyak iagi yang lainnya. Demikian juga beliau belajar fiqh dari para ulama dan fuqaha terkemuka pada masanya. Seperti Abu Sa‘ad al-Mukharrimi. Dari Abu Sa‘ad beliau mendapatkan potongan kain bekas Rasulullah saw. Kemudian belajar bahasa dan sastra kepada Abu Zakariyya Yahya bin ‘Ali atTabrizi. Dan ia bersahabat dengan Hammad ad-Dabbas, darinya beliau belajar tarekat.
Pengembaraan intelektualnya telah membuat Al-jailani mencapai puncak ketinggian ilmu; ilmu syariat, tarekat, bahasa dan satra. Beliau menjadi imam bagi para pengikut Mazhab Hanbali, dan pada masanya beliau menjadi syaikh bagi mereka. Allah Ta'ala telah memancarkan hikmah dari hati beliau melalui lisannya di setiap majelis ilmu.
Pada bulan Syawwal tahun 521 Hijriah, beliau memberikan pengajian di madrasah Abu Sa‘ad al-Mukharrami, Baghdad. Reputasinya dalam kezuhudan telah tersiar ke seluruh pelosok kota, sehingga majelisnya disesaki banyak orang yang ingin menerima ilmu darinya. Karena madrasah itu tidak dapat menampung banyak orang, akhirnya pengajian itu dipindahkan ke luar kota Baghdad dan dihadiri oleh ribuan orang, bahkan mencapai tujuh puluh ribu orang. Banyak ulama, fuqaha, ahli hadis dan pemuka agama yang belajar darinya. Beliau juga telah mengarang banyak kitab, baik berkenaan dengan masalah-masalah ushul maupun furu, dan buku-buku mengenai Ahl al-Ahwa‘al al-Haqa’ iq, di antaranya:
1. Ighatsah al-Arifin wa Ghayat Muna al-Washilin.
2. Aurad al-Al-Jailani wa Ad'iyatuh.
3. Adab as-suluk wa at-Tawasshul ila Manazil al-Muluk.
4. Tuhfat al-Muttaqin wa sabil al-Arifin.
5. Jala'ul Khathir fi al-Bathin wa azh-Zhahir.
6. Ar-Risalah al-Gautsiyyah.
7. Risalah fi al-asma al-Azhimah li ath-Thariq ila Allah.
8. Al-Ghunyah li Thalib Thariq al-haqq.
9. Al-Fath ar-Rabbani wa al-Faidh ar-Rahmani.
10. Mi'raj Lathif al-Ma'ani.
11. Yawaqit al-Hikam.
Inilah barangkali karya-karya al-Jailani yang paling populer diantara sekian banyak karya-karyanya. Beliau menguasai tiga belas disiplin ilmu. di sekolahnya,setiap pagi dan sore,beliau mengajar tafsir, ilmu hadits,Khilafiyah,Ushul dan Nahwu. setelah Zhuhur, beliau biasa membaca Al-quran dengan beragam pembacanya.
suatu ketika, di hadapan para ulama irak, imam al-Jailani memberi fatwa berdasarkan mazhab Imam Syafi'i, kemudian memberi fatwa berdasarkan mazhab Imam Hanbal. Para ulama yang hadir pun merasa kagum,mereka berkata, Mahasuci Dia yang telah memberikan nikmat kepadanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar