Rabu, 01 Juli 2020

TALQIN MAYYIT

 Metode mengurus Mayyit islam

CARA KE 1

Dalam kitab الحاوى للفتاوى juz. II, karya Al-Imam Sayuthi mengungkapkan:

مَارُوِيَ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى الله عليه وسلم اَنَّهُ لمَاَّ دُفِنَ وَلَدُهُ اِبْرَاهِيْمُ وَقَفَ عَلَى

قَبْرِهِ فَقَالَ يَا بُنَيَّ اْلقَلْبُ يحْزَنُ وَاْلعَيْنُ تَدْمَعُ وَلاَ نَقُوْلُ مَايُسْخِطُ الرَّبَّ. اِنَّاِللهِ وَاِنَّ ا

اِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ يَاُبَنَيَّ قُلِ اللهُ رَبِّى وَالإِسْلاَمُ دِيْنِى وَرَسُوْلُ اللهِ أَبِى فَبَكَتِ الصَّحَابَ ةُ

وَبَكَى عُمَرُبْنُ اْلَخطَّابِ بُكَاًء اِرْتَفَعَ لَهُ صَوْ تُهُ فَاْلتَفَتَ النَبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْه وَسَلَّمَ فَرَأَى عُمَرَ يَبْكِى وَالصَّحَابَةُ مَعَهُ فَقَالَ يَاعُمَرُ مَا يُبْكِيْكَ ؟ فَقَالَ يَارَسُوْل اللهِ هَذَا وَلَدُكَ وَمَابَلَغَ اْلحُلُمَ وَلاَ جَرَى عَلَيْهِ اْلقَلَمُ وَيَحْتَاجُ اِلىَ مُلَقِّنٍ مِثْلِكَ يُلَقِّنُ هُ

التَّوْحِيْدَفىِ مِثْلِ هَذَااْلوَقْتِ. قَمَا حَالُ عُمَرَ وَقَدْ بَلَغَ اْلحُلُمَ وَجَرَى عَلَيْهِ اْلقَلَ مُ

وَلَيْسَ لَهُ مُلَقِّنٌ مِثْلُكَ, اَىُّ شَىْءٍ تَكُوْنُ صُوْرَتُهُ فِى مِثْلِ هَذِهِ اْلحَالَةِ فَبَكَى

النَّبِىُّ صَلَّى الله عليه وسلم وَبَكَتِ الصَّحَاَبةُ مَعَهُ وَنَزَلَ جِبْرِيْلُ وَسَأَلَ النَّبِى صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ سَبَبَ بُكَاِئِهمْ فَذَآَرَالنَّبِىَّ صَلَّى الله عليه وسلم

مَاقَالَهُ عُمَرُ وَمَاوَرَدَ عَلَيْهِمْ مِنْ قَوْلِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَصَعِدَ جَبْرِيْلُ وَنَزَل وَقَالَ رَبُّكَ يُقْرِئُكَ السَّلاَمَ وَيَقُوْلُ يُثَبِّتُ اللهُ اَّلذِيْنَ ءَامَنُوْابِاْلقَوْلِ الثَاِبتِ فىِ اْلحَيَاة الدُّنْيَا وَفِى اْلآخِرَةِ يُرِيْدُ بِذَلِكَ وَقْتَ اْلمَوْتِ وَعِنْدَ السَّؤَالِ فِى اْلقَبْرِ ..


“Diriwayatkan dari Nabi SAW bahwasannya tatkala putranya Ibrahim telah dikubur, Rasulullah berdiri di atas kuburnya; kemudian beliau bersabda: Wahai anakku, hati berduka cita dan air mata mengalir. Dan kami tidak mengatakan sesuatu yang membuat Allah jadi murka. Sesungguhnya kami dari Allah dan akan kembali kepada Allah. Wahai anakku katakanlah! Allah Tuhanku dan Islam agamaku, dan Rasulullah ayahku, maka menangislah para sahabat dan menangis pula pula sayyidina Umar Ibnul Khattab dengan tangisan yang nyaring, maka menoleh Rasulullah dan melihat Umar menangis bersama para sahabat lainnya, Rasulullah SAW bersabda; ya Umar mengapa engkau menangis? Umar menjawab: Ini putramu belum baligh dan belum ditulis dosanya, masih menghajatkan kepada orang yang mentalqin seperti engkau, yang mentalqin tauhid pada saat seperti ini, maka bagaimana keadaan Umar yang telah baligh dan telah ditulis dosanya tidak mempunyai orang yang akan menalqin seperti engkau, dan apa gambaran yang akan terjadi di dalam keadaan yang seperti itu, maka menangislah Nabi SAW dan para sahabat bersamanya; kemudian Jibril turun dan bertanya kepada Nabi sebab menangisnya mereka, kemudian Nabi menyebutkan apa yang dikatakan Umar dan apa yang datang kepada mereka dari perkataan Nabi SAW. kemudian Jibril naik dan turun kembali serta berkata : Allah menyampaikan salam kepadamu dan berfirman: Allah menetapkan orang-orang yang beriman dengan perkataan yang tetap di dunia dan di akherat, yang dimaksud di waktu mati dan di waktu pertanyaan di kubur.”


Kepada yang masih hidup, talqin itu mempunyai mashlahat yang sangat besar, karena dengan mendengarnya mereka dapat mengingat dan menyiapkan diri pada kematian dirinya.


TALQIN BAB 2


 Disunnahkan melakukan talqin setelah mayit dikuburkan dengan sempurna. Al-Imam an-Nawawi dalam kitab al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab dan dalam kitab al-Adkar menuliskan tata cara melakukan talqin terhadap mayit yang telah dikuburkan[1]. Yaitu dengan mengatakan:


يَا عَبْدَ اللهِ يَا ابْنَ أَمَةِ اللهِ  -ثَلاَثَ مَرَّاتٍ- اُذْكُرِ العَهْدَ الَّذِيْ خَرَجْتَ عَلَيْهِ مِنَ الدُّنْيَا شَهَادَةَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَأَنَّكَ رَضِيْتَ بِاللهِ رَبًّا وَبِالإِسْلاَمِ دِيْنًا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا وَبِالقُرْءَانِ إِمَامًا.


“Wahai hamba Allah, wahai anak seorang perempuan hamba Allah -dengan disebut nama mayit dan nama ibunya, jika tidak diketahui nama ibunya maka dinisbahkan ke Hawwa’- (diucapkan sebanyak tiga kali), ingatlah perjanjian yang engkau yakini di dunia sampai engkau meninggal dunia; yaitu bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah dan bahwa engkau menerima dengan sepenuh hati Allah sebagai Tuhanmu, Islam sebagai agamamu, Muhammad sebagai Nabimu dan al-Qur’an sebagai pemandu dan pembimbingmu”.


            Jika mayit tersebut seorang perempuan maka permulaan kalimat talqin adalah dengan mengucapkan “Ya Amatallah ibnata Amatillah...”. Artinya, “Wahai perempuan hamba Allah, anak seorang perempuan hamba Allah...”, kemudian disebutkan nama mayit tersebut dan nama ibunya, jika tidak diketahui nama ibunya maka dinisbahkan kepada Hawwa’. Kalimat ini diucapkan sebanyak tiga kali. Setelah itu kemudian membacakan kalimat di atas dengan mengganti lafazh “Udzkur” menjadi “Udzkuri”, mengganti lafazh “Kharajta” menjadi “Kharajti”, menganti lafazh “Annaka” menjadi “Annaki”, dan mengganti lafazh “Radlita” menjadi “Radliti”.


            Hadits yang menjelaskan anjuran talqin terhadap mayit adalah hadits Nabi yang diriwayatkan oleh al-Hafizh ath-Thabarani. Al-Hafizh Ibn Hajar al-'Asqalani dalam kitab at-Talkhish al-Habir menuliskan sebagai berikut:


وَرَدَ بِهِ الْخَبَرُ عَنِ النَّبِيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ. الطَّبَرَانِيُّ عَنْ أَبِيْ أُمَامَةَ: إِذَا أَنَا مِتُّ فَاصْنَعُوْا بِيْ كَمَا أَمَرَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ أَنْ نَصْنَعَ بِمَوْتَانَا، أَمَرَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ فَقَالَ: "إِذَا مَاتَ أَحَدٌ مِنْ إِخْوَانِكُمْ فَسَوَّيْتُمْ التُّرَابَ عَلَى قَبْرِهِ، فَلْيَقُمْ أَحَدُكُمْ عَلَى رَأْسِ قَبْرِهِ، ثُمَّ لْيَقُلْ: يَا فُلاَنُ ابْنَ فُلاَنَةٍ، فَإِنَّهُ يَسْمَعُهُ وَلاَ يُجِيْبُ، ثُمَّ يَقُوْلُ يَا فُلاَنُ ابْنَ فُلاَنَةٍ، فَإِنَّهُ يَسْتَوِيْ قَاعِدًا، ثُمَّ يَقُوْلُ: يَا فُلاَنُ ابْنَ فُلاَنَةٍ، فَإِنَّهُ يَقُوْلُ: أَرْشِدْنَا يَرْحَمُكَ اللهُ، وَلكِنْ لاَ تَشْعُرُوْنَ، فَلْيَقُلْ: اُذْكُرْ مَا خَرَجْتَ عَلَيْهِ مِنَ الدُّنْيَا شَهَادَةَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَأَنَّكَ رَضِيْتَ بِاللهِ رَبًّا وَبِالإِسْلاَمِ دِيْنًا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا وَبِالقُرْءَانِ إِمَامًا، فَإِنَّ مُنْكَرًا وَنَكِيْرًا يَأْخُذُ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا بِيَدِ صَاحِبِهِ وَيَقُوْلُ: انْطَلِقْ بِنَا مَا يُقْعِدُنَا عِنْدَ مَنْ لُقِّنَ حُجَّتَهُ، قَالَ: فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُوْلَ اللهِ فَإِنْ لَمْ يَعْرِفْ أُمَّهُ ؟ قَالَ: "يَنْسِبُهُ إِلَى أُمِّهِ حَوَّاء، يَا فُلاَنُ ابْنَ حَوَّاء"، وَإِسْنَادُهُ صَالِحٌ، وَقَدْ قَوَّاهُ الضِّيَاءُ فِيْ أَحْكَامِهِ.


“Talqin mayit setelah dikuburkan terdapat dalam hadits Nabi. Ath-Thabarani meriwayatkan dari Abu Umamah: Jika aku meninggal, lakukanlah kepadaku apa yang Rasulullah perintahkan untuk kita lakukan terhadap orang-orang yang meninggal di antara kita. Rasulullah memerintahkan kita, beliau berkata: Jika salah seorang saudara kalian meninggal lalu kalian timbunkan tanah di atas kuburnya, maka hendaklah salah seorang dari kalian berdiri di dekat kepalanya, lalu mengatakan: Wahai Fulan anak Fulanah, sungguh dia mendengar tetapi tidak bisa menjawab. Kemudian hendaklah ia mengatakan lagi: Wahai Fulan anak Fulanah, sungguh dia akan bergerak dan duduk. Kemudian hendaklah ia mengatakan lagi: Wahai Fulan anak Fulanah, sungguh dia akan mengatakan: Berilah kami petunjuk, semoga anda dirahmati oleh Allah, tetapi kalian tidak melihat itu semua. Kemudian hendaklah ia mengatakan:


اُذْكُرْ مَا خَرَجْتَ عَلَيْهِ مِنَ الدُّنْيَا شَهَادَةَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَأَنَّكَ رَضِيْتَ بِاللهِ رَبًّا وَبِالإِسْلاَمِ دِيْنًا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا وَبِالقُرْءَانِ إِمَامًا.


Maka Malaikat Munkar dan Nakir, masing-masing akan memegang tangan temannya mengajaknya pergi dan mengatakan: Marilah kita pergi, untuk apa kita duduk di dekat orang yang sudah diajarkan hujjahnya. Abu Umamah berkata: Salah seorang bertanya kepada Nabi: Wahai Rasulullah, Jika ia tidak mengetahui ibunya? Rasulullah menjawab: “Hendaklah ia nasabkan kepada ibunya; Hawwa', Wahai Fulan ibn Hawwa’”. Sanad hadits ini Shalih dan al-Hafizh adl-Dliya' menganggapnya kuat dalam kitab Ahkam-nya”[2].


Penjelasan yang sama tentang talqin seperti yang telah dituliskan oleh al-Hafizh Ibn Hajar ini, dituliskan pula oleh al-Hafizh Murtadla az-Zabidi dalam kitab Ithaf as-Sadah al-Muttaqin Bi Syarh Ihya’ ‘Ulumiddin[3].


Talqin ini diperlukan karena setelah dikuburkan mayit akan menghadapi pertanyaan dua Malaikat; Munkar dan Nakir. Al-Imam Abu Dawud meriwayatkan dalam kitab Sunan, juga al-Imam al-Baihaqi meriwayatkannya dengan sanad yang hasan dari sahabat ‘Utsman ibn 'Affan, bahwa ia berkata: “Setiap Rasulullah selesai menguburkan mayit, beliau berdiri di dekatnya kemudian mengatakan:


اِسْتَغْفِرُوْا لأَخِيْكُمْ، وَاسْأَلُوْا اللهَ لَهُ التَّـثْبِيْتَ فَإِنَّهُ الآنَ يُسْأَلُ (رواه أبو داود والبيهقيّ)


“Mohonkanlah ampunan untuk saudara kalian, dan mintakan kepada Allah agar dikuatkan karena dia sekarang ditanya oleh Munkar dan Nakir”. (HR. Abu Dawud dan al-Baihaqi)


         Dalam hadits di atas telah disebutkan bahwa Malaikat Munkar dan Nakir, masing-masing akan memegang tangan satu sama lainnya untuk mengajak sama-sama pergi. Kemudian salah satunya mengatakan: Marilah kita pergi, untuk apa kita duduk di dekat orang yang sudah diajarkan hujjahnya. Dengan demikian faedah dari talqin adalah agar mayit akan terbebas dari pertanyaan dua Malaikat; Munkar dan Nakir dan diselamatkan dari siksa kubur.[4]  


            Talqin ini disunnahkan bagi mayit yang sudah baligh. Al-Imam an-Nawawi dalam kitabnya al-Adzkar, menuliskan:


وَأَمَّا تَلْقِيْنُ الْمَيِّتِ بَعْدَ الدَّفْنِ، فَقَدْ قَالَ جَمَاعَةٌ كَثِيْرُوْنَ مِنْ أَصْحَابِنَا بِاسْتِحْبَابِهِ، وَمِمَّنْ نَصَّ عَلَى اسْتِحْبَابِهِ: الْقَاضِي حُسَيْنٌ فِيْ تَعْلِيْقِهِ، وَصَاحِبُهُ أَبُوْ سَعْدٍ الْمُتَوَلِّي فِيْ كِتَابِهِ "اَلتِّـتِمَّةُ"، وَالشَّيْخُ الإِمَامُ الزَّاهِدُ أَبُوْ الْفَتْحِ نَصْرُ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ بْنِ نَصْرٍ الْمَقْدِسِيُّ، وَالإِمَامُ أَبُوْ القَاسِمِ الرَّافِعِيُّ وَغَيْرُهُمْ، وَنَقَلَهُ الْقَاضِي حُسَيْنٌ عَنِ الأَصْحَابِ" ثُمَّ قَالَ: "وَسُئِلَ الشَّيْخُ الإِمَامُ أَبُوْ عَمْرِو بْنُ الصَّلاَحِ رَحِمَهُ اللهُ عَنْ هذَا التَّلْقِيْنِ، فَقَالَ فِيْ فَتَاوِيْهِ: التَّلْقِيْنُ هُوَ الَّذِيْ نَخْتَارُهُ وَنَعْمَلُ بِهِ، وَذَكَرَهُ جَمَاعَةٌ مِنْ أَصْحَابِنَا الْخُرَاسَانِيِّيْنَ .


“Adapun mengenai talqin mayyit setelah dimakamkan, sekelompok besar dari Ashhab asy-Syafi’i (tokoh-tokoh besar madzhab Syafi’i) menyatakan bahwa hal itu sunnah hukumnya. Mereka yang menegaskan kesunnahan tersebut, di antaranya adalah: al-Qadli Husein dalam Ta'liq-nya, muridnya; Abu Sa'd al-Mutawalli dalam kitabnya at-Titimmah, Syekh al-Imam az-Zahid Abu al-Fath Nashr ibn Ibrahim ibn Nashr al-Maqdisi, al-Imam Abu al-Qasim ar-Rafi'i dan lainnya, al-Qadli Husein menukil kesunnahan ini dari para Ashhab asy-Syafi'i”. Kemudian an-Nawawi mengatakan: “Al-Imam Abu 'Amr Ibn ash-Shalah pernah ditanya tentang talqin ini, dan beliau menjawab dalam kumpulan fatwanya: Talqin ini yang kita pilih dan kita amalkan, dan telah diterangkan oleh Ashhab asy-Syafi'i yang ada di Khurasan”[5].


            Bahkan Ibn Taimiyah dalam al-Fatawa menyebutkan bahwa talqin mayit setelah dikuburkan hukumnya boleh, dan beberapa sahabat Rasulullah telah memerintahkan untuk dilakukan talqin tersebut, seperti sahabat Abu Umamah. Demikian pula dengan murid Ibn Taimiyah; Ibn al-Qayyim juga menyebutkan hal yang sama dalam kitabnya ar-Ruh.




[1]  al-Majmu’ Syrah al-Muhadzdzab, j. 5, h. 266-267. Lihat pula al-Adzkar, h. 162

[2] at-Talkhish al-Habir, j. 2, h. 135

[3]  Ithaf as-Sadah al-Muttaqin, j. 10, h. 368

[4] Ini adalah rahmat yang Allah berikan kepada orang yang ditalqin tersebut, seperti halnya orang yang diberikan oleh Allah karunia mati syahid karena dibunuh secara zhalim atau karena kerobohan bangunan atau karena kebakaran dan semacamnya. Orang semacam ini tidak akan dikenai siksa kubur atau siksa akhirat meskipun ia pada masa hidupnya banyak melakukan maksiat dan dosa besar kepada Allah.

[5]  al-Adzkar, h. 162-163

(فصل) الَّذِي يَلْزَمُ لِلْمَيِّتِ أَرْبَعُ خِصَالٍ: غُسْلُهُ، وَتَكْفِيْنُهُ، وَالصَّلَاةُ عَلَيْهِ، وَدَفْنُهُ.

YANG WAJIB DILAKUKAN UNTUK MAYYIT

  1. Memandikan mayyit
  2. Mengkafani mayyit
  3. Menshalati mayyit
  4. Mengubur mayyit

(فصل) أَقَلُّ الْغُسْلِ: تَعْمِيْمُ بَدَنِهِ بِالْمَاءِ. وَأَكْمَلُهُ أَنْ يَغْسِلَ سَوْأَتَيْهِ، وَأَنْ يُزِيْلَ الْقَذَرَ مِنْ أَنْفِهِ، وَأَنْ يُوَضِّئَهُ، وَأَنْ يَدْلُكَ بَدَنَهُ بِالسِّدْرِ، وَأَنْ يَصُبَّ الْمَاءَ عَلَيْهِ ثَلَاثًا.

MEMANDIKAN MAYYIT

Paling sedikitnya memandikan mayyit atau hal yang mencukupi dalam memandikan mayyit adalah meratakan siraman ke seluruh badannya dangan air. Adapun memandikan mayyit yang sempurna adalah membasuh (membersihkan) qubul dan qubur mayyit, menghilangkan kotoran dari hidungnya, mewudlu’kan mayyit, menyirami badannya dengan daun as-sidr (daun bidara) dan menyirami mayyit dengan 3 kali siraman.

(فصل) أَقَلُّ الْكَفَنِ ثَوْبٌ يَعُمُّهُ وَأَكْمَلُهُ لِلرَّجُلِ ثَلَاثُ لَفَائِفَ، وَلِلْمَرْأَةِ قَمِيْصٌ وَخِمَارٌ وَإِزَارٌ وَلِفَافَتَانِ.

MENGKAFANI MAYYIT

Paling sedikitnya mengkafini mayyit adalah satu pakaian yang mencukupi. Adapun mengkafani yang sempurna adalah 3 lapis kain bagi laki-laki, sedangkan bagi perempuan adalah qamis (gamis, penj), khimar (baju terusan), izar dan dua lapis pakaian.

(فصل) أَرْكَانُ صَلَاةِ الْجَنَازَةِ سَبْعَةٌ: الْأَوَّلُ: النِّيَّةُ، الثَّانِي: أَرْبَعُ تَكْبِيْرَاتٍ، الثَّالِثُ: الْقِيَامُ عَلَى الْقَادِرِ، الرَّابِعُ: قِرَاءَةُ الْفَاتِحَةِ، الْخَامِسُ: الصَّلَاةُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدَ الثَّانِيَةِ، السَّادِسُ: الدُّعَاءُ لِلْمَيِّتِ بَعْدَ الثَّالِثَةِ، السَّابِعُ: السَّلَامُ

RUKUN SHALAT JENAZAH ADA 7

  1. Niat
  2. Takbir 4 kali
  3. Berdiri bagi yang mampu
  4. Membaca surah al-Fatihah
  5. Membaca shalawat kepada Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam setelah takbir kedua
  6. Membaca do’a untuk mayyit setelah takbir ketiga
  7. Mengucapkan salam

(فصل) أَقَلُّ الدَّفْنِ حُفْرَةٌ تَكْتُمُ رَائِحَتَهُ وَتَحْرُسُهُ مِنَ السَّبَاعِ، وَأَكْمَلُهُ قَامَةٌ وَبَسْطَةٌ. وَيُوْضَعُ خَدُّهُ عَلَى التُّرَابِ، وَيَجِبُ تَوْجِيْهُهُ إِلَى الْقِبْلَةِ.

MENGUBUR MAYYIT

Paling sedikitnya menguburkan mayyit adalah cukup dengan lubang yang bisa mencegah bau mayyit dan bisa melindungi dari binatang buas. Adapun menguburkan mayyit yang sempurna adalah seukuran manusia berdiri ditambah dengan acungan tangan ke atas, meletakkan pipi mayyit diatas tanah dan wajid menghadapkan mayyit ke qiblat.

(فصل) يُنْبَشُ الْمَيِّتُ لِأَرْبَعِ خِصَالٍ: لِلْغُسْلِ إِذَا لَمْ يَتَغَيَّرْ، وَلِتَوْجِيْهِهِ إِلَى الْقِبْلَةِ وَلِلْمَالِ إِذَا دُفِنَ مَعَهُ، وَالْمَرْأَةِ إِذَا دُفِنَ جَنِيْنُهَا وَأمْكَنَتْ حَيَاتُهُ .

MEMBONGKAR MAYYIT

Melakukan pembongkaran mayyit diperbolehkan pada 4 hal yaitu :

  1. Karena untuk dimandikan jika jasadnya belum berubah
  2. Karena ingin menghadapkannya ke qiblat
  3. Karena adanya harta yang ikut terkubur bersama mayyit
  4. Perempuan yang di qubur bersama janinnya namun ada kemungkinan janin tersebut masih hidup.

CARA KE 2

Langkah pertama

Bersihkan tubuh secara menyeluruh dari semua najasat (urin, tinja, darah, dll). Gunakan sabun dengan air hangat dan sepasang sarung tangan.
 

Langkah Dua         

Buat niyyat , "Saya mencuci mayat ini dengan SIDR AIR Wajib Qurbatan IlaLlah" dan mencuci tubuh dengan SIDR AIR (air di mana sejumlah kecil (2 genggam) daun beri atau daun lotus telah ditambahkan atau esensinya diperas dari kertas perkamen).
 

Langkah ketiga        

Buat niyyat, "Saya mencuci mayat ini dengan air kapur barus Wajib Qurbatan IlaLlah". Dan basuhlah tubuh dengan air kapur barus di mana sedikit (setengah genggam) kapur barus telah ditambahkan.
 
NB Berhati-hatilah dalam setiap kasus bahwa air tidak menjadi muzaf  yaitu tidak berubah warna, rasa atau bau.
 

Langkah Empat        

Buat niyyat , "Saya mencuci mayat ini dengan air bersih Wajib Qurbatan IlaLlah" dan mencuci tubuh dengan air bersih (keran).
 
1. Setelah semua Ghusl ini , tubuh harus dikeringkan dengan lembut dengan handuk bersih.

2. Sambil memberikan Ghusl menutupi tubuh dengan selembar kain atau setidaknya bagian pribadi, ganti kain setelah masing-masing Ghusl .

3. Metode pemberian Ghusl adalah Tartibi - secara berurutan, kepala dan leher pertama, lalu sisi kanan dan akhirnya kiri, cara kita biasanya melakukan Ghusl kita .

4. Saat melakukan Ghusl membaca surah / ayat Al-Qur'an dan doa.

5. Orang yang memberi Ghusl harus memiliki jenis kelamin yang sama tetapi jika tidak tersedia, mahram dari jenis kelamin yang berlawanan dapat memberikan Ghusl asalkan tubuh sepenuhnya ditutupi dengan selembar kain. Jenis kelamin tidak relevan ketika memberikan Ghusl ke tubuh seorang anak di bawah usia enam ( tamiz - usia kebijaksanaan).

6. Orang yang memberi Ghusl harus mengetahui masael dasar yang berkaitan dengan Ghusl Mayyit , tetapi jika Mu'min tidak tersedia, seorang Muslim akan melakukannya.

7. Mengambil atau memberikan imbalan apa pun karena memberi Ghusl adalah haram . Jika ada remunerasi dibayarkan atau diambil, Ghusl adalah Batil ( tidak valid.).

8. Dia harus tahir dan dengan wudhu .

 
NB Kasus yang diberikan di sini adalah kematian yang normal. Kematian yang disebabkan oleh kecelakaan (pendarahan dan tubuh yang hancur) memiliki metode Ghusl yang berbeda. Dalam beberapa kasus, tidak mungkin untuk mencuci tubuh di mana Tayammum dilakukan. Untuk detail, silakan merujuk ke Risalah Marjaa Anda. Sebagai aturan umum, selama tubuh berdarah tidak melakukan memulai ghusl. Kemasi luka dengan kapas untuk menghentikan pendarahan dan kemudian mulai Ghusl.

UU Wajib Kedua: Tahnit atau Hunut (Menerapkan Bubuk Kamper)

 
Setelah tindakan wajib pertama selesai, tindakan wajib kedua adalah tahnit . Ini melibatkan mengoleskan bubuk kapur barus harum segar pada tujuh bagian tubuh yang bersandar di tanah ketika melakukan sajdah . Ini adalah dahi, telapak tangan, lutut, dan jari kaki. Adalah wajib / lebih baik untuk memulai tahnit dimulai dengan dahi dan berakhir dengan telapak tangan. Beberapa kapur barus juga dapat diterapkan pada ujung hidung dan dada. Jaga niyyat, "Saya melakukan tahnit / hunut pada mayat Wajib Qurbatan IlaLlah" sebelum memulai tahnit . Tubuh harus diletakkan di atas Kafan pra diatur secara sistematis untuk memfasilitasi proses ini.

UU Wajib Ketiga: Kafan

 

Metode (Membungkus / Membungkus Tubuh dengan Seprai Kain)

 
Setelah tindakan wajib kedua selesai, tindakan wajib ketiga adalah Kafan yaitu, membungkus atau membungkus tubuh secara sistematis dengan tiga wajib dan beberapa potong mustahab tambahan kain.
 

Potongan Wajib

a) Lungi ( kain pinggang) - itu adalah celemek seperti cawat yang harus benar-benar menutupi bagian depan dan belakang tubuh mulai dari pusar hingga pergelangan kaki.
 
b) Qamis - (Kemeja panjang)  sepotong kain yang mirip dengan kemeja yang menutupi tubuh dari bahu ke bawah lutut, lebih disukai ke pergelangan kaki.
 
c) Chadar - ( selembar kain besar ) yang menutupi seluruh tubuh dan panjang dan cukup lebar sehingga bagian depannya tumpang tindih dan bagian atas dan bawah dapat diikat dengan tali.
 

Potongan Mustahab

The mustahab (dianjurkan) buah Kafan adalah:
 
a) Kedua Chadar - potongan kedua persis seperti lembar pertama.
 
b) Syal untuk menutupi kepala dan leher (hanya untuk wanita); sorban (untuk laki-laki) untuk menutupi kepala.
 
c) Celana / celana / celana pendek untuk menutupi seluruh area bagian pribadi dan ikat pinggang untuk mengencangkannya di pinggang, baik untuk pria maupun wanita.
 
d) Brassier / terlihat untuk menutupi seluruh area payudara atau payudara (hanya untuk wanita).
 
e) Kapas ditaburi kapur barus (hanya untuk perempuan) untuk ditempatkan di sekitar bagian pribadi.
 
NB Semua potongan kain ini telah diatur sebelumnya secara sistematis dalam urutan yang tepat sesuai urutan yang telah ditentukan dan tetap siap di lantai di atas tikar sehingga memudahkan menyelubungi saat tubuh diletakkan di atasnya untuk Tahnit diikuti oleh kain kafan .
 
Hal ini mustahab (dianjurkan) yang
 
a) kain untuk "Kafan" harus putih.
 
b) tubuh harus dijaga dalam posisi wajah menghadap kiblat saat diselimuti.
 
c) dua ranting segar pohon bertuliskan Shahadah (Kalma) yang disebut Jareedatain yang dibungkus dengan kapas harus disimpan di bawah ketiak kedua lengan sebelum membungkus chadar .
 
d) membacakan surah / ayats dari Al Qur'an dan Istaghfar sambil membungkus tubuh.
 
PS Urutan di mana potongan-potongan Kafan diatur secara sistematis dan disimpan untuk memfasilitasi pembungkus adalah sebagai berikut:
 

Dari Bawah ke Atas (diatur sebelum badan diletakkan)

                       

Sabuk (Atas, tengah dan bawah untuk mengencangkan seluruh kafan ) priaPerempuan
ChadarwajibpriaPerempuan
ChadarMustahabpriaPerempuan
SyalMustahab-Perempuan
Turban (Amama)Mustahabpria-
Qamis (baju panjang)wajibpriaPerempuan
Kain pinggangwajibpriaPerempuan
Celana / celana dalamMustahabpriaPerempuan
Belt (untuk mengencangkan celana)MustahabpriaPerempuan
Brassier (untuk menutupi dada)Mustahab-Perempuan
KapasMustahab-Perempuan

 
Pembungkus ini kemudian dilakukan dari atas ke bawah hingga akhirnya mencapai sabuk untuk mengikat seluruh tubuh setelah diselimuti.
 
 

Wajib Keempat: Salaatul Mayyit

Ada 5 Takbir (yaitu mengucapkan Allahu Akbar) dalam Namaz-e-Mayyit, yang didoakan sebagai berikut: 
 
Setelah membuat Niyyat untuk salat dan mengucapkan
 
Takbir Pertama, orang harus mengatakan:

  "أشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أن محمد رسوله. أشه

دان لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمد عبده ورسوله أرسله بالحق بشيراً ونذيراب

Ash hadu an la ilaha illal lah wa ashhadu anna Muhammadan Rasulullah. Ash haduan la ilaha illallahu wahdahu la sharika lah. Wa Ashhadu anna Muhammadan 'abduhu wa Rasuluh, arsalahu bil haqqi bashiran wa nadhiran bayna yada yis sa'ah.
 
Setelah Takbir 2 orang harus mengatakan:
 

"اللهم صلي على محمد وأل محمد, اللهم صلي على محمد وأل محمد وبارك على محمد وأل محمد ورحم محمد وأل محمد كأفضل ما صليت وباركت وترحمت على إبراهيم وأل إبراهيم إنك حميد مجيد وصلي على جميع الأنبياء والمرسلين والشهداء والصديقين وجميع عباد الله الصالحين."

Alla humma salli 'ala Muhammadin wa' ali Muhammad. Alla humma salli 'ala Muhammadin wa Ali Muhammad wa barik' ala Muhammadin wa Ali
Muhammad warham Muhammadan wa Ala Muhammadin ka afzali ma sallayta wa barakta wa tarah hamta 'ala Ibrahima wa Ali Ibrahima innaka Hamidum Majid wa salli' ala jami'il ambiya'iwal -mursalina cuci-shuhada'i was-siddiqina wa jami'i 'ibadilla his-salihin.      Setelah Takbir ke-3 orang harus mengatakan:
 

"اللهم إغفر للمؤمنين والمؤمنات, اللهم إغفر للمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات الأحياء منهم والأموات تابع بيننا وبيهم بالخيرات إنك مجيب الدعوات إنك على كل شيء قدير." 

Alla hummaghfir lil mu'minina wal mu'minat. Alla hum maghfir lil mu'minina wal mu'minati wal muslimina dan muslimat, al ahya'i minhum wal amwat tabi'baynana wa baynahum bil khayrati innaka mujibud-da'wat innak 'ala kulli shay'in Qadeer. Setelah Takbir ke-4 ia harus mengatakan:
 

 

"اللهم إن هذا عبدك وابن عبدك وابن أمتك نزل بك وأنت خير المنزلين به, اللهم إنا لا نعلم منه إلا خير ما أنت أعلم به منا. اللهم إن كان محسنا فزد في إحسانه وإن كان مسيئا فتجواز عنه واغفر له. اللهم إجعله عندك في أعلى عليين واخلف على أهله في الغابرين وارحمه برحمتك يا أرحم الراحمين. "

 Alla humma inna hadha 'abduka wabnu' abdika wabnu amatika nazala bika wa anta khayru manzulin bihi Alla humma inna la na'lamu minhu illa khayra wa anta a'alamu bihi minna. Alla humma di kana mohsinan fa zid fi ihsanihi wa di kana musi'an fatajawaz anhu waghfir lahu. Alla hummaj'alhu 'indaka fi a'la'illiyyin wakhluf' ala ahlihi fil ghabirin warhamhu bi-rahmatika ya ar hamar Rahimin
 
Jika mayat adalah mayat seorang wanita, orang harus mengatakan:
 

"اللهم إن هذا أمتك وابنة عبدك وابنة أمتك نزلت بك وأنت خير المنزلين به, اللهم إنا لا نعلم منها إلا خير ما أنت أعلم به منا. اللهم إن كانن محسنة فزد في إحسانها وإن كانت مسيئة فتجواز عنها واغفر لها. اللهم إجعلها عندك في أعلى عليين واخلف على أهلها في الغابرين وارحمها برحمتك يا أرحم الراحمين. "

Alla humma inna hazihi 'amatuka wabnatu 'abdika wabnatu amatika nazalat bika wa anta khayra manzulin bihi Alla humma inna la na'lamu minha illa khayra wa anta a'lamu biha minna. Alla humma in kanat mohsinatan fa zid fi ihsaniha wa in kanat musi'atan fatajawaz 'anha waghfir laha. Alla hummaj'al ha 'indaka fi a'la 'illiyin wakhluf 'ala ahliha fil ghabirin warhamha bi-rahmatika ya ar hamar Rahimin.
  Talqin kemudian dibacaan. Berikut ini adalah teks lengkap Talqin.

إسمع إفهم يا محمد إبن علي ... هل أنت على العهد الذي فرقتنا عليه من شهادة أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأن محمد صلى الله عليه وأله عبده ورسوله وسيدا نبييا وخاتم المرسلين, وأن علي أمير المؤمنين وسيد الوصيين وإمام إفترضت طاعته على العالمين وأن الحسن والحسين وعلي بن الحسين ومحمد ابن علي وجعفر ابن محمد وموسى ابن جعفر وعلي إبن موسى ومحمد ابن علي وعلي ابن محمد والحسن ابن علي والقائم الحجة المهدي صلوات الله عليهم أئمة المؤمنين وحجج الله على خلقه أجمعين وأئمتك أئمة الهدى أبرار يا .... .

Isma 'ifham ya Muhammad bin' Ali}. Dan kemudian dia harus mengatakan: Hal anta 'alal' ahdil lazi farqtana 'alayhi min shahadati an la ilaha illal lahu wahdahu la sharika lah wa anna Muhammadan sallal lahu' alayhi wa Alihi 'abduhu wa Rasuluhu wa sayyidun nabiyyina wa khatamul wa aliah wa anna Amirul mu'minina wa sayyidul wasiyyina wa imamu nif taradhallahu ta'tahu 'alal' alamina wa annal Hasana wal Husayna wa 'Aliyyabnal Husayni wa Muhammadabna' Aliyyin wa Ja'farabna Muhammadin wa Musabna Ja'farin wa 'Ali ibne Musa wa Muhammadaby wa 'Aliyyabna Muhammadin wal Hasanabna' Aliyyin wal Qa'imal hujjatal Mahdi salawatullahi 'alayhim a'i'mmatul mu'minina wa hujajullahi'alal khalqi ajma'ina wa a'immatuka a'

(di sini nama orang yang meninggal dan ayahnya harus dipanggil) dan kemudian kata-kata berikut harus diucapkan:

"إذا أتاك الملكين المقربين رسولا من عند الله تبارك وتعالى وسألك عن ربك وعن نبيك وعن كتابك وعن قبلتك وعن أئمتك فلا تخف ولا تحزن وقل في جوابهما اللهم ربي ومحمد صلى الله عليه وأله نبيي والإسلام ديني والقرءان كتابي والكعبة قبلتي وأمير المؤمنين علي بن أبي طالب إمامي والحسن ابن علي المجتبى إمامي والحسين ابن علي الشهيد بكربلاء إمامي وعلي زين العابدين إمامي ومحمد الباقر إمامي وجعفر الصادق إمامي وموسى الكاظم إمامي وعلي الرضا إمامي ومحمد الجواد إمامي وعلي الهادي إمامي والحسن العسكري إمامي والحجة المنتظر إمامي هؤلاء صلوات الله عليهم أجمعين أئمتي وسادتي وقادتي وشفعائي, بهم أتوالى ومِن أعدائهم أتبرء في الدنيا والأخرة ثم أعلم يا ....

Iza atakal malakanil muqarraabani Rasulayni min 'indillahi tabaraka wa ta'ala wa sa'alaka' an Rabbika wa 'an Nabiyyika wa' an dinika wa 'an Kitabika wa' an Qiblatika wa 'an A'immatika fala takhaf wa la tahzan wa'qul fi jawabi hima, Allahu Rabbi wa Muhammadun sallal lahu 'alayhi wa Alihi nabiyyi wal Islamu dini wal Qur'anu kitabi wal Ka'batu Qiblati wa Amirul mu'minina' Aliyybnu Abi Talib imami wal Hasanubnu 'Aliyyi nil Mujtaba imami wal Husaynubnu -shahidu bi-Karbala imami wa 'Aliyyun Zaynul' Abidina imami wa Muhammadu nil Baqiru imami wa Ja'faru nis Sadiqu imami wa Musal Kazimu imami wa 'Aliyyu-nir Riza imami wa Muhammadu nil Jawadu imami wa' Aliyyu nil Hadi imami wal Hasanul ' askari imami wal Hujjatul muntazar imami ha ula 'saya salawatullahi 'alayhim ajma'in A'i'mmati wa sadati wa qadati wa shufa-a'i bihim atawalla wa min a'daihim atabarra'u fid dunya wal akhirati thumma i'lam ya ....... di sini nama orang yang meninggal dan ayahnya harus dipanggil dan setelah itu harus dikatakan:

إن الله تبارك وتعالى نعم الرب وأن محمد صلى الله عليه وأله نعم الرسول وأن علي بن أبي طالب وأولاده المعصومين أئمة الإثنى عشر نعم الأئمة وأن ما جاء به محمد صلى الله عليه وأله حقا وأن الموت حق وسؤال منكر ونكير حق والبعث حق والنشر حق والصراط حق والميزان حق وتطاير الكتب حق وأن الجنة حق والنار حق وأن الساعة أتية لا ريب فيها وأن الله يبعث من في القبول.

Annal laha tabaraka wa ta'ala ni'mar-Rabb wa anna Muhammadan sallal lahu 'alayhi wa Alihi ni'mar Rasul wa anna' Aliyyabna Abi Talib wa awladahul ma'suminal A'i'mmatal ithna 'asharah ni'mal A'i 'mmah wa anna ma ja'a bihi Muhammadun sallal lahu' alayhi wa Alihi haqqun wa annal mawta haqqun wa suwala munkarin wa nakirin fil qabri haqqun wal ba'tha haqqun wan nushura haqqun wassirata haqqun wa waqq wa taqwa wan-nara haqqun wa annas sa'ata a'tiyatun la rayba fiha wa annallaha yab'athu man fil qubur. Maka kata-kata berikut harus diucapkan:

أفهمت يا ...

Afahimta ya .... (di sini nama orang yang meninggal harus dipanggil) dan setelah itu harus dikatakan:

"ثبّتك الله بالقول الثابت وهداك الله إلى صراط مستقيم وعرّف الله بينك وبين أوليائك في مستقر من رحمته".

Thabbatakallahu bil qawlith thabit wa hadakallahu ila siratim mustaqim 'arrafallahu baynaka wa bayna awliya'ika fi mustaqarrim min rahmatih. Maka kata-kata berikut harus diucapkan:

"اللهم اجعل جف الأرض عن جنبيه واصعد بروحه إليك ولقّه منك برهانه اللهم عفوك عفوك عفوك."

Alla humma jafil arza 'an jambayhi vas'ad biruhihi ilayka wa laqqihi minka burhana Alla humma' afwaka 'afwaka.
 
Setelah penguburan, Talqin dibacakan sekali lagi di atas kubur.
 
Surah Al-Qadr dibacakan tujuh kali di atas kuburan setelah penguburan dan doa pendek dari Maghferat untuk almarhum juga ditawarkan.
 

Ghusl karena menyentuh mayat (Mase Mayyit)

 
Jika seseorang menyentuh bagian tubuh yang mati termasuk tulang tetapi bukan rambut manusia yang telah menjadi dingin secara keseluruhan dan belum diberikan Ghusl lengkap, baik secara sadar atau tidak sadar, secara sukarela atau tidak sadar saat tidur atau bangun, dengan setiap bagian tubuhnya termasuk kuku, ia harus melakukan Ghusl Mase Mayyit (Ghusl untuk menyentuh mayat).
 
Oleh karena itu, mereka yang melakukan Ghusl al-Mayyit untuk orang yang berpenyakit, setelah menyentuh tubuh sebelum tiga ghus diselesaikan, harus melakukan Ghusl Mase Mayyit. Mereka tidak dapat berdoa atau melakukan ibadah yang serupa sebelum mereka melakukan Ghusl.
 

Salaat-ul-Wahshat

 
Para shalat ini berdoa biasanya pada malam pertama penguburan antara doa Magrib dan Isha untuk kedamaian jiwa yang telah pergi. Ini terdiri dari dua raakaat sebagai berikut:
 
a) Dalam rakaat pertama melafalkan Ayatal Kursi setelah Sura Al Hamd

b) Dalam rakaat kedua ucapkan sepuluh kali Sura Al-Qadr setelah Sura Al-Hamd

c) Setelah doa, ucapkan doa Dua untuk pengampunan dan kedamaian jiwa yang telah pergi.

Sholat menurut ASWAJA

1.

Syarat Shalat Jenazah

  1. Jenazah telah disucikan dari najis baik tubuh, kafan maupun tempatnya.
  2. Orang yang menshalati telah memenuhi syarat sah salat.
  3. Bila jenazahnya hadir, posisi musholli harus berada di belakang jenazah. Adapun aturannya adalah sebagai berikut :
  4. Jenazah laki-laki : jenazah dibaringkan dengan meletakkan kepala di sebelah utara. Imam atau munfarid berdiri lurus dengan kepala jenazah.
  5. Jenazah perempuan : cara peletakan jenazah sama dengan jenazah laki-laki, sedangkan imam atau munfarid berdiri lurus dengan pantat jenazah.
  6. Jarak antara jenazah dengan musholli tidak melebihi 300 dziro’ atau sekitar 144 m. Hal ini jika sholat dilakukan di luar masjid.
  7. Tidak ada penghalang antara keduanya; misalnya seandainya jenazah berada dalam keranda, maka keranda tersebut tidak boleh dipaku.
  8. Bila jenazah hadir, maka orang yang mensholati juga harus hadir di tempat tersebut.

Rukun sholat jenazah

  1. Apabila jenazah hanya satu, niatnya adalah :

Untuk jenazah laki-laki:

أُصَلِّي عَلَى هَذَا الـمَيِّتِ فَرْضًا للهِ تَعَالَى

Untuk jenazah perempuan:

أُصَلِّي عَلَى هَذَا الـمَيِّتَةِ فَرْضًا للهِ تَعَالَى

  1. Takbir dan dilanjutkan dengan membaca Surat al-Fatihah.
  2. Takbir lagi dan diteruskan dengan membaca shalawat Nabi:

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Akan lebih bagus bila disambung:

كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

  1. Usai membaca shalawat, takbir lagi dan membaca doa untuk jenazah yang sedang dishalati:
    Untuk jenazah laki-laki:

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ  وَاجْعَلِ اْلجَنَّةَ مَثْوَاهُ. اللّهُمَّ ابْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ، وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ وَأَهْلًا خَيْراً مِنْ أَهْلِهِ. اللَّهُمَّ إِنَّهُ نَزَلَ بِكَ وَأَنْتَ خَيْرُ مَنْزُوْلٍ بِهِ. اَللَّهُمَّ أَكْرِمْ نُزولَهُ ووسِّعْ مَدْخَلَهُ

    Untuk jenazah perempuan:

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهاَ وَارْحَمْهاَ وَعَافِهَا وَاعْفُ عَنْهاَ  وَاجْعَلِ اْلجَنَّةَ مَثْوَاهاَ. اللّهُمَّ ابْدِلْهاَ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهَا، وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهَا وَأَهْلًا خَيْراً مِنْ أَهْلِهاَ. اللَّهُمَّ إِنَّهُ نَزَلَ بِكَ وَأَنْتَ خَيْرُ مَنْزُوْلٍ بِهاَ. اَللَّهُمَّ أَكْرِمْ نُزولَهاَ ووسِّعْ مَدْخَلَهاَ

  1. Takbir yang keempat kalinya, lalu membaca doa. Untuk jenazah laki-laki:

اللهُمّ لاتَحرِمْنا أَجْرَهُ ولاتَفْتِنّا بَعدَهُ

Untuk jenazah perempuan:

اللهُمّ لاتَحرِمْنا أَجْرَهُ ولاتَفْتِنّا بَعدَهُ

  1. Mengucapkan salam secara sempurna:

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

2.syekh Muhammad Nawawi al-Bantani dalam kitabnya Tausyih ala Ibni Qasim menjelaskan secara ringkas tentang rukun-rukun dalam melaksanakan shalat mayit yang berjumlah tujuh. Berikut penjelasannya: 1. Niat Niat ini dilafalkan dalam hati dan harus bersamaan dengan pelaksanaan takbiratul ihram, seperti halnya yang berlaku dalam melaksanakan niat pada shalat fardhu. Adapun lafal niat melakukan shalat jenazah secara sendirian dan jenazah berkelamin laki-laki adalah sebagai berikut: 

أُصَلِّيْ عَلَى هَذَا الْمَيِّتِ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى 
Ushalli ‘alâ hâdzal mayyiti fardlan lillâhi ta’âlâ Artinya, “Aku niat shalat atas jenazah (laki-laki) ini fardhu karena Allah ta’âlâ.” Ketika shalat sendirian dan jenazah berkelamin perempuan, lafal niat yang diucapkan sebagai berikut: 
أُصَلِّى عَلَى هَذِهِ الْمَيِّتَةِ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى 
Ushalli ‘alâ hâdzihil mayyitati fardlan lillâhi ta’âlâ Artinya, “Aku niat shalat atas jenazah (perempuan) ini fardhu karena Allah ta’âlâ.” Ketika shalat jenazah berjamaah dan menjadi makmum, maka melafalkan niat berikut ini, baik jenazah berupa laki-laki ataupun perempuan: 
أُصَلِّىْ عَلَى مَنْ صَلَّى عَلَيْهِ الْإِمَامُ مَأْمُومًا فَرْضًا لله تَعَالَى 
Ushalli ‘alâ man shalla ‘alaihil imâmu ma’mûman fardlan lillâhi ta’âlâ Artinya, “Aku niat shalat atas jenazah yang dishalati imam fardhu karena Allah ta’âlâ.” 
2. Berdiri Shalat jenazah wajib dilakukan dengan cara berdiri, sebab shalat jenazah tergolong shalat fardhu, sedangkan setiap shalat fardhu wajib dilaksanakan dengan cara berdiri. Berbeda halnya ketika seseorang tidak mampu untuk berdiri, maka ia dapat melaksanakan shalat jenazah dengan cara duduk, seperti halnya ketentuan yang terdapat dalam shalat lima waktu.
 3. Takbir empat kali Termasuk dalam hitungan empat takbir adalah takbiratul ihram. Maka shalat jenazah tidak dihukumi sah jika jumlah takbir yang dilakukan kurang dari empat takbir. Disunnahkan ketika membaca takbir agar mengangkat kedua tangan sejajar dengan dua pundak, persis seperti yang dilakukan tatkala shalat lima waktu.
 4. Membaca Surat al-Fatihah Membaca Surat al-Fatihah dilakukan setelah takbir pertama (takbiratul ihram). Sebaiknya dalam membaca Surat al-Fatihah agar suara dilirihkan, sekiranya bacaan tetap terdengar oleh dirinya sendiri, meskipun shalat jenazah dilakukan di malam hari. Disunnahkan sebelum membaca Surat al-Fatihah agar membaca ta’awwudz menurut qaul ashah (pendapat terkuat), tapi tidak disunnahkan untuk membaca doa iftitah. Shalat jenazah sebaiknya dilakukan secara ringkas, sedangkan doa iftitah dianggap terlalu panjang untuk dibaca dalam shalat jenazah (Syekh Ibnu Hajar al-Haitami, Tuhfah al-Muhtaj, juz 1, hal. 342). 
5. Membaca Shalawat Bacaan shalawat ini dibaca setelah takbir kedua. Bacaan minimal shalawat yang mencukupi dalam sahnya shalat jenazah adalah sebagai berikut: 
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ 
Allâhumma shalli ‘alâ sayyidinâ Muhammad Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad.” Sedangkan bacaan shalawat yang paling sempurna adalah bacaan Shalawat Ibrahimiyah, yakni shalawat yang dibaca ketika tasyahud akhir dalam shalat fardhu lima waktu, berikut bacaannya:
 اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ 
Allâhumma shalli ‘alâ sayyidinâ Muhammad wa ‘alâ âli sayyidinâ Muhammad, kamâ shallaita ‘alâ sayyidinâ Ibrâhîm wa ‘alâ âli sayyidinâ Ibrâhim, wa bârik ‘alâ sayyidinâ Muhammad, wa ‘alâ âli sayyidinâ Muhammad, kamâ bârakta ‘alâ sayyidina Ibrâhîm wa ‘alâ âli sayyidinâ Ibrâhîm fil ‘âlamîna innaka hamîdun majîd. 
Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana telah Engkau limpahkan rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Limpahkan pula keberkahan bagi Nabi Muhammad dan bagi keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana telah Engkau limpahkan keberkahan bagi Nabi Ibrahim dan bagi keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya di alam semesta Engkau Maha Terpuji dan Maha Agung.” 6. Mendoakan Jenazah Mendoakan jenazah ini dilakukan setelah takbir ketiga. Adapun minimal bacaan doa ketika jenazah berkelamin laki-laki adalah sebagaimana berikut:
 اللّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ 
Allâhumaghfir lahu 
Artinya, “Ya Allah, ampunilah dia (laki-laki).” Sedangkan minimal bacaan doa ketika jenazah perempuan adalah membaca doa berikut: 
اللهم اغْفِرْ لَهَا 
Allâhumaghfir lahâ Artinya, “Ya Allah, ampunilah dia (perempuan).” Jika ingin membaca doa yang lebih sempurna, maka ketika jenazah berkelamin laki-laki maka dianjurkan membaca doa berikut:
 اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ، وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ، وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُ، وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا نَقَيْتَ الثَّوْبَ الْأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ، وَاَهْلًا خَيْرًا مِنْ اَهْلِهِ، وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ وأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَ مِنْ عَذَابِ النَّارِ Allâhummaghfir lahu warhamhu wa ‘âfihi wa‘fu anhu wa akrim nuzulahu wa wassi’ madkhalahu waghsilhu bilmâ’i wats tsalji wal baradi, wa naqqihi minal khathâyâ kamâ naqaita ats-tsauba al-abyadh minad danasi, wa abdilhu dâran khairan min dârihi wa ahlan khairan min ahlihi wa zaujan khairan min zaujihi wa adkhilhu al-jannata wa a’idzhu min ‘adzâbil qabri wa min adzâbinnâr Artinya: “Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, bebaskanlah dan maafkanlah dia. Muliakanlah tempatnya, luaskanlah kuburnya, dan mandikanlah ia dengan air, salju, dan es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran. Berikan ia rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), keluarga yang lebih baik dari keluarganya, pasangan yang lebih baik dari pasangannya. Kemudian masukkanlah ia ke dalam surga dan lindungilah ia dari siksa kubur dan siksa neraka. Sedangkan ketika jenazah berkelamin perempuan, maka dianjurkan membaca doa berikut ini: 
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لَها وَارْحَمْهَا وَعَافِهَا وَاعْفُ عَنْهَا، وَأَكْرِمْ نُزُلَهَا، وَوَسِّعْ مَدْخَلَهَا، وَاغْسِلْهَا بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهَا مِنَ الْخَطَايَا كَمَا نَقَيْتَ الثَّوْبَ الْأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهَا دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهَا، وَاَهْلًا خَيْرًا مِنْ اَهْلِهَا، وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهَا وأَدْخِلْهَا الْجَنَّةَ وَأَعِذْهَا مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَ مِنْ عَذَابِ النَّارِ
 Allâhummaghfir lahâ warhamhâ wa ‘âfihâ wa‘fu anhâ wa akrim nuzulahâ wa wassi’ madkhalahâ waghsilhâ bilmâ’i wats tsalji wal baradi, wa naqqihâ minal khathâyâ kamâ naqaita ats-tsauba al-abyadh minad danasi, wa abdilhâ dâran khairan min dârihâ wa ahlan khairan min ahlihâ wa zaujan khairan min zaujihâ wa adkhilhâ al-jannata wa a’idzhâ min ‘adzâbil qabri wa min adzâbinnâr Artinya: “Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, bebaskanlah dan maafkanlah dia. Muliakanlah tempatnya, luaskanlah kuburnya, dan mandikanlah ia dengan air, salju, dan es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran. Berikan ia rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), keluarga yang lebih baik dari keluarganya, pasangan yang lebih baik dari pasangannya. Kemudian masukkanlah ia ke dalam surga dan lindungilah ia dari siksa kubur dan siksa neraka. Ketika selesai membaca doa di atas, orang yang melaksanakan shalat jenazah melanjutkan shalatnya dengan melakukan takbir yang keempat. Setelah takbir keempat ini, disunnahkan untuk membaca doa berikut ini. Untuk jenazah laki-laki: اللهُمّ لاتَحرِمْنا أَجْرَهُ ولاتَفْتِنَّا بَعدَهُ وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهُ Allâhumma lâ tahrimnâ ajrahu wa la taftinna ba’dahu waghfir lanâ wa lahu Artinya: “Ya Allah, jangan haramkan kami dari pahalanya dan jangan beri fitnah (cobaan) bagi kami sepeninggalnya. Ampunilah kami dan ampunilah dia.” Untuk jenazah perempuan: 
اللَّهُمَّ لاَ تَحْرِمْنَا أَجْرَهَا وَلاَ تَفْتِنَّا بَعْدَهَا وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهَا 
Allâhumma lâ tahrimnâ ajrahâ wa la taftinna ba’dahâ waghfir lanâ wa lahâ Artinya: “Ya Allah, jangan haramkan kami dari pahalanya dan jangan beri fitnah (cobaan) bagi kami sepeninggalnya. Ampunilah kami dan ampunilah dia. 
7. Membaca Salam Membaca salam ini dilakukan setelah melaksanakan takbir yang keempat dan setelah membaca doa yang dilafalkan setelah takbir keempat—jika ia membaca doa sunnah itu. Bacaan salam pada shalat jenazah ini persis seperti bacaan salam yang dibaca pada shalat fardhu lima waktu. Selain itu, kesunnahan menghadapkan wajah ke arah kanan pada saat bacaan salam pertama dan menghadapkan wajah ke kiri pada saat salam kedua, juga berlaku dalam pelaksanaan shalat jenazah ini. Demikian penjelasan secara ringkas tentang rukun-rukun yang harus dilakukan dalam shalat jenazah. Dengan menjalankan shalat jenazah dengan cara-cara di atas, maka berarti kita telah memenuhi standar keabsahan pelaksanaan shalat jenazah yang benar dalam mazhab Syafi’i.

Imam At-Tobarony dalam Mu’jam Sighir dan Mu’jam Kabir daripada Abi Umamah Al-Bahily berkata :

[إذا أنا مت فاصنعوا بي كما أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم أن نصنع بموتانا، أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال: إذا مات أحد من إخوانكم فسويتم التراب على قبره فليقم أحدكم على رأس قبره ثم ليقل: يا فلان ابن فلانة فإنه يسمعه ولا يجيب، ثم يقول: يا فلان ابن فلانة فإنه يستوي قاعداً، ثم يقول: يا فلان ابن فلانة فإنه يقول أرشدنا يرحمك الله ولكن لا تشعرون، فليقل: اذكر ما خرجت عليه من الدنيا شهادة أن لا إله إلا الله وأن محمداً عبده ورسوله وأنك رضيت بالله رباً وبالإسلام ديناً وبمحمد نبياً وبالقرءان إماماً فإن منكراً ونكيراً يأخذ كل واحد منهما بيد صاحبه ويقول: انطلق بنا ما يقعدنا عند من لُقّن حجته، قال [أي أبو أمامة]: فقال رجل: يا رسول الله فإن لم يُعرف أمه، قال: ينسبه إلى أمه حواء، يا فلان ابن حواء” .

Yang bermaksud : “Apabila aku mati nanti, lakukan padaku sepertimana yang disuruh oleh Rasulullah agar dilakukan kepada mayat, Rasulullah telah memerintah kita dengan sabda baginda: “ Apabila matinya seorang daripada kalanganmu, maka tanahlah dan berdirilah seorang dikalangan kamusemua pada bahagian kepala dikuburnya kemudian katakan Wahai si fulan anak si fulanah, orang itu mendengarnya tetapi dia tidak akan menjawab, kemudian katakan Wahai fulan anak fulanah maka dia duduk, kemudian katakan Wahai fulan anak fulanah maka dia berkata semoga Allah merahmati kamu tetapi kamu semua tidak merasai (apa yang telah berlaku pada si mayat), maka hendaklah dikatakan : Ingatlah apa yang telah menyebabkan kamu dilahirkan kedunia iaitu syahadah tiada Tuhan melainkan Allah dan Nabi Muhammad itu hambaNya dan rasulNya dan engkau telah meredhoi dengan allah sebagai tuhanmua dan islam itu agamamu dan Muhammad itu nabimu dan al-quran itu petunjukmu maka malaikat mungkar dan nakir akan mengambil tangannya lantas berkata Ayuh bersama kami bawakan kepada siapa yang telah ditalqinkan hujahnya”
Abu Umamah bertanya kepada Rasulullah Wahai Rasulullah!bagaimana sekiranya tidak diketahui nama ibunya? Rasulullah menjawab “Maka hendaklah dinasabkan kepada ibu manusia iaitu Hawwa dengan mengatakan Wahai si fulan anak Hawwa.” Tamat hadith riwayat Imam Al-Hafiz Tobarony Dalam kitabnya Mu’jam Soghir Wal Kabir.

Hadith yang mengharuskan talqin diatas telah disolehkan sanadnya (ulama hadith menyatakan hadith itu boleh digunakan) oleh Imam Muhaddith dari kalangan ulama hadith iaitu Al-Hafiz Ibnu Hajar Al-Asqolany dalam kitab beliau berjudul At-Talkhis Al-Habir sepertimana yang juga dibawah Kitab Al-Majmuk oleh Imam Nawawi pada jilid 5 muksurat 243 :

وإسناده صالح وقد قواه الضياء في أحكامه

Yang bermaksud : “ Sanad hadith ini adalah boleh digunakan dan hadith ini telah dikuatkan oleh Imam Al-Hafiz Ad-Dhiya dalam kitab Ahkam”.

Kenyataan Mazhab Al-Hanafi Mengharuskan Talqin


1-Berkata As-Syeikh Al-Alim Abdul Al-Ghony Al-Ghonimy Ad-Dimasyqy Al-Hanafi dalam kitab beliau berjudul Al-Lubab Fi Syarhil Kitab pada jilid 1 mukasurat 125 menyatakan :

: “وأما تلقينه (أي الميت) في القبر فمشروع عند أهل السنة لأن الله تعالى يحييه في قبره”.

“Manakala hukum mentalqin mayat pada kubur adalah merupakan syariat islam disisi Ahli Sunnah Wal Jamaah kerana Allah ta’ala menghidupkannya dalam kuburnya”.


Mazhab Maliki Mengharuskan Amalan Talqin

1- Imam Al-Qurtuby Al-Maliky pengarang kitab tafsir terkenal telah menulis satu bab yang khusus mengenai amalan talqin disisi mazhab Maliki dalam kitab beliau berjudul At-Tazkirah Bil Ahwal Al-Mauta Wal Akhiroh pada mukasurat 138-139 :

باب ما جاء في تلقين الإنسان بعد موته شهادة الإخلاص في لحده

Didalam bab itu juga Imam Qurtuby telah menjelaskan amalan talqin dilakukan oleh para ulama islam di Qurtubah dan mereka mengharuskannya.

Dalam mazhab Maliki juga bercanggah dengan mereka yang mengharamkan amalan talqin.
Dimana anda wahai si pengharam tanpa dalil?!

Mazhab Syafi’e Mengharuskan Dan Mengalakkan Amalan Talqin

1- Imam An-Nawawi As-Syafi’e menyatakan dalam kitab beliau berjudul Al-Majmuk pada jilid 5 mukasurat 303-304 :

قال جماعات من أصحابنا يستحب تلقين الميت عقب دفنه” ثم قال: “ممن نص على استحبابه: القاضي حسين والمتولي والشيخ نصر المقدسي”

Yang bermaksud : “ Telah menyatakan oleh ramai para ulama dari mazhab Syafi’e bahawa disunatkan talqin pada mayat ketika mengebumikannya”.

Kenyataan mazhab Syafi’e dari kitab yang sama :

“وسئل الشيخ أبو عمرو بن الصلاح رحمه الله عنه فقال: التلقين هو الذي نختاره ونعمل به”

Imam Nawawi menyatakan : “ Telah ditanya kepada As-Syeikh Abu Amru Bin As-Solah mengenai talqin maka beliau menjawab Amalan talqin merupakan pilihan kita (mazhab Syafi’e) dan kami beramal dengannya”.
2- Imam Abu Qosim Ar-Rofi’e As-Syafi’e menyatakan dalam kitab beliau berjudul Fathul ‘Aziz Bi syarh Al-Wajiz tertera juga pada bawah kita Al-Majmuk oleh Imam Nawawi pada jilid 5 mukasurat 242 :
“ويستحب أن يُلقن الميت بعد الدفن فيقال: يا عبد الله بن أمة الله …” إلى اخره .

Yang bermaksud : Digalakkan dan disunatkan mentalqin mayat selepas mengebumikannya dan dibaca : Wahai hamba Allah bin hamba Allah…(bacaan talqin).

Mazhab Hambali Mengharuskan Talqin

1- Imam Mansur Bin Yusuf Al-Buhuty Al-Hambaly menyatakan hukum pengharusan talqin dalam kitab beliau berjudul Ar-Raudul Mari’ mukasurat 104.
2- Imam Al-Mardawy Al-Hambaly dalam kitabnya Al-Insof Fi Ma’rifatil Rojih Minal Khilaf pada jilid 2 mukasurat 548-549 menyatakan :

“فائدة يستحب تلقين الميت بعد دفنه عند أكثر الأصحاب”
Yang bermaksud : “ Kenyataan yang penting : Disunatkan hukum talqin mayat selepas mengkebumikannya disisi kebanyakan ulama ( selainnay hanya mengaruskan sahaja.

Dinukil dari kitab Al-Riyadlul Badi'ah, Hal 52 :

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الَّرَحِيْمِ. كُلُّ شَيْئٍ هَالِكٌ اِلاَّ وَجْهَهُ . لَهُ الْحُكْمُ وَ اِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ . كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ . وَ اِنَّمَا تُوَفَّوْنَ اُجُوْرَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ . فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَاُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ. وَمَاالْحَيَاةُ الدُّنْيَا اِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُوْرِ. مِنْهَاخَلَقْنَاكُمْ, وَفِيْهَا نُعِيْدُكُمْ, وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً اُخْرَى.مِنْهَاخَلَقْنَاكُمْ لِلْأَجْرِ وَالثَّوابِ. وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ لِلدُّودِ والتُّرَابِ.وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ لِلْعَرْضِ وَالْحِسَابِ. بِسْمِ اللَّهِ وَبِاللَّهِ وَمِنَ اللَّهِ وَاِلَى اللَّهِ وَعَلَى مِلَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. هَذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمَنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُونَ.
اِنْ كَانَتْ اِلاَّ صَيْحَةً وَاحِدَةً فَاِذَا هُمْ جَمِيعٌ لَدَيْنَا مُحْضَرُونَ.
يَا ......بِنْ / بِنْتِ ....... يَرْحَمُكَ اللَّهُ . ذَهَبَتْ عَنْكَ الدُّنْيَا وَزِيْنَتُهَا . وَصِرْتَ اْلآنَ فِيْ بَرْزَخٍ مِنْ بَرَازِيْخِ اْلآخِرَةِ. فَلاَ تَنْسَ الْعَهْدَ الَّذِيْ فَارَقْتَنَا عَلَيْهِ فِيْ دَارِ الدُّنْيَا وَقَدِمْتَ بِهِ اِلَى دَارِ اْلآخِرَةِ. وَهُوَشَهَادَةُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللَّهُ وَ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللَّهِ. فَإِذَاجَاءَكَ الْمَلَكَانِ الْمُوَكَّلاَنِ بِكَ وَبِأَمْثَالِكَ مِنْ اُمَّةِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلاَ يُزْعِجَاكَ وَلاَ يُرْعِبَاكَ. وَاعْلَمْ اَنَّهُمَا خَلْقٌ مِنْ خَلْقِ اللَّهِ تَعَالَى كَمَا اَنْتَ خَلْقٌ مِنْ خَلْقِ اللَّهِ. وَاِذَا سَاَلاَكَ مَنْ رَبُّكَ؟ وَمَا دِيْنُكَ؟ وَمَا اعْتِقَادُكَ؟ وَمَاالَّذِيْ مُتَّ عَلَيْهِ؟. فَقُلْ لَهُمَا اَللَّهُ رَبِّيْ. وَاِذَاسَأَلاَكَ الثَّانِيَةَ فَقُلْ لَهُمَا اَللَّهُ رَبِّيْ. وَاِذَا سَأَلاَكَ الثَّالِثَةَ وَهِيَ الْخَاتِمَةُ الْحُسْنَى فَقُلْ لَهُمَا بِلِسَانٍ طَلْقٍ بِلاَ خُوْفٍ وَلاَفَزَعٍ. اَللَّهُ رَبِّيْ وَاْلإِسْلاَمُ دِيْنِيْ وَمُحَمَّدٌ نَبِيِّـيْ وَالْقُرْآنُ اِمَامِيْ وَالْكَعْبَةُ قِبْلَتِيْ وَالصَّلَوَاتُ فَرِيْضَتِيْ وَالْمُسْلِمُوْنَ اِخْوَانِيْ وَاِبْرَاهِيْمُ الْخَلِيْلُ اَبِيْ وَاَنَا عِشْتُ وَمُتُّ عَلَى قَوْلِ لاَ اِلَهَ اِلاَّاللَّهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللَّهِ .

تَمَسَّكْ بِهَذِهِ الْحُجَّةِ يَا ........ بِنْ ........ وَاعْلَمْ اَنَّكَ مُقِيْمٌ بِهَذَا الْبَرْزَخِ اِلَى يَوْمِ يُبْعَثُوْنَ. فَإِذَا قِيْلَ لَكَ مَا تَقُوْلُ فِيْ هَذَا الرُّجُلِ الَّذِيْ بُعِثَفِيْكُمْ وَفِى الْخَلْقِ اَجْمَعِيْنَ. فَقُلْ هُوَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَاءَنَا بِالْبَيِّنَاتِ مِنْ رَبِّهِ فَاتَّبَعْنَاهُ وَآمَنَّا بِهِ. فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ لاَ اِلَهَ اِلاَّ هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ. وَاعْلَمْ اَنَّ الْمَوْتَ حَقٌّ وَاَنَّ نُزُوْلَ الْقَبْرِ حَقٌّ وَ اَنَّ سُؤَالَ مُنْكَرٍ وَنَكِيْرٍ حَقٌّ وَاَنَّ الْبَعْثَ حَقٌّ وَاَنَّ الْحِسَابَ حَقٌّ وَاَنَّ الْمِيزَانَ حَقٌّ وَاَنَّ الصِّرَاطَ حَقٌّ وَاَنَّ النَّارَ حَقٌّ وَاَنَّ الْجَنَّةَ حَقٌّ وَاَنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ لاَ رَيْبَ فِيْهَا وَ اَنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ مَنْ فِى الْقُبُوْرِ

Sampai di sini pembacaan Talqin mayit, kemudian dilanjutkan dengan pembacaan doa. Pada saat dibacakan doa, semua pelayat atau pengiring disunnahkan duduk dan mengamini doa tersebut. Berikut ini teks doanya :

نَسْتَوْدِعُكَ اللَّهـُمَّ يَا أَنِيْسَ كُلِّ وَحِيْدٍ وَيَا حَاضِرًا لَيْسَ بِغَائِبٍ, آنِسْ وَحْدَتَنَا وَوَحْدَتَهُ وَارْحَمْ غُرْبَتَنَاوَغُرْبَتَهُ وَلَقِّنْهُ حُجَّتَهُ وَلاَ تَفْتِنَّا بَعْدَهُ وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهُ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.

“Kami menitipkan saudaraku kepada-Mu ya Allah, Ya Tuhan yang memberi kesenangan setiap orang yang mendirikan, Ya Tuhan yang selalu hadir tidak pernah absen berilah kesenangan atas kesendirian saudaraku ini. Kasihanilah pengembaraan kami dan pengembaraan saudara kami ini, peringatkanlah dua dari hujjah yang telah kami ajarkan kepadanya, janganlah Engkau menfitnah kami sesudah dia meninggal dan ampunilah kami dan dia wahai Tuhan seluruh Alam”.

ulama mazhab Hanbali menyatakan, mentalqin mayit setelah dikubur hukumnya sunnah. Syekh Ibnu Abidin dari mazhab Hanafi menyebutkan:   وَإِنَّمَا لَا يُنْهَى عَنِ التَّلْقِينِ بَعْدَ الدَّفْنِ، لِأَنَّهُ لَا ضَرَرَ فِيهِ، بَلْ نَفْعٌ، فَإِنَّ الْمَيِّتَ يَسْتَأْنِسُ بِالذِّكْرِ.   “Sesungguhnya tidak dilarang mentalqin mayit setelah dikubur hanyalah karena tidak ada kemadharatan di dalamnya, bahkan terdapat manfaat. Sebab, mayit memperoleh manfaat dari pemberitahuan tersebut” (Muhammad Amin Ibnu Abidin, Hasyiyah Raddul Mukhtar Ala Ad-Durril Muhtar, juz 2, h. 205).   Syekh Al-Mawwaq dari mazhab Maliki juga menyebutkan:   
إذَا أُدْخِلَ الْمَيِّتُ قَبْرَهُ فَإِنَّهُ يُسْتَحَبُّ تَلْقِينُهُ فِي تِلْكَ السَّاعَةِ، وَهُوَ فِعْلُ أَهْلِ الْمَدِينَةِ الصَّالِحِينَ مِنَ الْأَخْيَارِ، لِأَنَّهُ مُطَابِقٌ لِقَوْلِهِ تَعَالَى: {وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِينَ}. وَأَحْوَجُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ إلَى التَّذْكِيرِ بِاللَّهِ عِنْدَ سُؤَالِ الْمَلَائِكَةِ.
   “Jika mayit telah dimasukkan ke dalam kuburnya, maka sesungguhnya disunnahkan mentalqinnya pada saat itu. Hal ini merupakan perbuatan penduduk Madinah yang shaleh lagi baik, karena sesuai dengan firman Allah ta’ala: “Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” Dan seorang hamba sangat membutuhkan peringatan tentang Allah saat ditanya oleh malaikat” (Muhammad bin Yusuf Al-Mawwaq Al-Maliki, At-Taj Wal Iklil li Mukhtashari Khalil, juz 2, h. 375).   Senada dengan kedua ulama di atas, Imam Nawawi dari mazhab Syafi’i menuturkan:   
يُسْتَحَبُّ تَلْقِينُ الْمَيِّتِ عَقِبَ دَفْنِهِ فَيَجْلِسُ عِنْدَ رَأْسِهِ إنْسَانٌ، وَيَقُولُ: يَا فُلَانَ ابْنَ فُلَانٍ وَيَا عَبْدَ اللَّهِ ابنَ أَمَةِ اللَّهِ، أُذْكُرِ العَهْدَ الَّذِي خَرَجْتَ عَلَيْهِ مِنَ الدُّنْيَا: شَهَادَةَ أَنْ لَا إِلَهَ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، وَأَنَّ الْجَنَّةَ حَقٌّ، وَأَنَّ النَّارَ حَقٌّ، وَأَنَّ البَعْثَ حَقٌّ، وَأَنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ لَارَيْبَ فِيهَا، وَأَنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ مَنْ فِي الْقُبُورِ. وَأَنَّكَ رَضِيتَ بِاللَّهِ رَبًّا، وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا، وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا، وَبِالْقُرْآنِ إِمَامًا، وَبِالْكَعْبَةِ قِبْلَةً، وَبِالْمُؤْمِنِينَ إِخْوَانًا.   
“Disunnahkan mentalqin mayit segera setelah menguburnya, di mana seseorang duduk di depan kepala mayit, dan berkata: Wahai fulan anak fulan, dan wahai hamba Allah anak hamba perempuan Allah. Ingatlah janji yang atasnya kamu keluar dari dunia, yaitu persaksian bahwa tiada tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu baginya, sesungguhnya Nabi Muhammad adalah hamba dan rasulNYA, surga itu benar, neraka itu benar, kebangkitan itu benar, kiamat itu pasti datang; tiada keragu-raguan di dalamnya, Allah akan membangkitkan orang yang ada dalam kubur. Dan sungguh kamu telah meridhai Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam sebagai Nabi, Al-Qur’an sebagai imam, Ka’bah sebagai kiblat, dan kaum Mukminin sebagai saudara” (Yahya bin Syaraf An-Nawawi, Al-Majmu’, juz 5, h. 303).   Sedangkan, Syekh Al-Bahuti dari mazhab Hanbali menulis:   
وَسُنَّ تَلْقِيْنُهُ أَيْ: الْمَيِّتِ بَعْدَ الدَّفْنِ عِنْدَ الْقَبْرِ؛ لِحَدِيْثِ أَبِي أُمَامَةَ البَاهِلِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ.   “Dan disunnahkan mentalqin mayit setelah dipendam di kuburan, karena hadits riwayat Abi Umamah Al-Bahili radhiyallahu anhu” (Mansur bin Yunus Al-Bahuti, Syarh Muntahal Iradat, juz 1, h. 374).   Kedua, sebagian ulama mazhab Hanafi menegaskan, mentalqin mayit setelah dikubur hukumnya mubah. Syekh Az-Zaila’i dari mazhab Hanafi menyebutkan:   
أَنَّ تَلْقِينَ الْمَيِّتِ مَشْرُوعٌ، لِأَنَّهُ تُعَادُ إلَيْهِ رُوحُهُ وَعَقْلُهُ، وَيَفْهَمُ مَا يُلَقَّنُ.   
“Sesungguhnya mentalqin mayit itu disyariatkan, sebab ruhnya dikembalikan kepadanya, begitu pula akalnya. Dia memahami apa yang ditalqinkan (diajarkan)” (Usman bin Ali Az-Zaila’i, Tabyinul Haqaiq Syarh Kanzud Daqaiq, juz 3, h. 153).   Di antara ulama yang membolehkan mentalqin mayit adalah Syekh Ibnu Taimiyyah. Beliau berkata:  
 تَلْقِينُهُ بَعْدَ مَوْتِهِ لَيْسَ وَاجِبًا بِالْإِجْمَاعِ، وَلَا كَانَ مِنْ عَمَلِ الْمُسْلِمِينَ الْمَشْهُورِ بَيْنَهُمْ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَخُلَفَائِهِ. بَلْ ذَلِكَ مَأْثُورٌ عَنْ طَائِفَةٍ مِنْ الصَّحَابَةِ؛ كَأَبِي أُمَامَةَ، وَوَاثِلَةَ بْنِ الْأَسْقَعِ. فَمِنَ الْأَئِمَّةِ مَنْ رَخَّصَ فِيهِ كَالْإِمَامِ أَحْمَدَ، وَقَدْ اسْتَحَبَّهُ طَائِفَةٌ مِنْ أَصْحَابِهِ، وَأَصْحَابِ الشَّافِعِيِّ. وَمِنَ الْعُلَمَاءِ مَنْ يَكْرَهُهُ لِاعْتِقَادِهِ أَنَّهُ بِدْعَةٌ. فَالْأَقْوَالُ فِيهِ ثَلَاثَةٌ: الِاسْتِحْبَابُ، وَالْكَرَاهَةُ، وَالْإِبَاحَةُ، وَهَذَا أَعْدَلُ الْأَقْوَالِ.  
 “Mentalqin mayit setelah kematiannya itu tidak wajib, berdasarkan ijma’, juga tidak termasuk perbuatan yang masyhur di kalangan umat Islam pada masa Nabi shallallahu alaihi wasallam dan para khalifahnya. Tetapi, hal itu dicritakan dari sebagian sahabat, seperti Abi Umamah dan Watsilah bin Al-Asqa’. Karenanya, sebagian ulama membolehkannya, seperti imam Ahmad. Sebagian sahabat (murid) imam Ahmad, dan sahabat-sahabat imam Syafi’i mensunnahkannya. Sebagian ulama menghukuminya makruh, karena meyakininya sebagai bid’ah. Dengan demikian, ada tiga pendapat dalam hal ini; sunnah, makruh, dan mubah. Dan pendapat yang terakhir (mubah) merupakan pendapat yang paling adil” (Ahmad bin Abdul Halim bin Taimiyyah, Al-Fatawa Al-Kubra, juz 3, h. 356).   Ketiga, sebagian ulama mazhab Maliki menyatakan, mentalqin mayit setelah dikubur hukumnya makruh. Syekh Abdul Wahab Al-Baghdadi Al-Maliki menyebutkan:  
 وَكَذَا يُكْرَهُ عِنْدَهُ – أَيْ عِنْدَ مَالِكٍ – تَلْقِيْنُهُ بَعْدَ وَضْعِهِ فِي قَبْرِهِ   
“Begitu pula dimakruhkan, menurut imam Malik, mentalqin mayit setelah diletakkan di dalam kubur” (Abdul Wahhab bin Ali Al-Baghdadi, Syarhur Risalah, h. 266).   Dengan demikian dapat disimpulkan, para ulama berbeda pendapat tentang hukum mentalqin mayit setelah dikubur. Sebagian ulama mazhab Hanafi, sebagian ulama mazhab Maliki, ulama mazhab Syafi’i, dan ulama mazhab Hanbali menghukuminya sunnah. Sebagian ulama mazhab Hanafi yang lain menghukuminya mubah. Sedangkan, sebagian ulama mazhab Maliki yang lain menghukuminya makruh.   Dari ketiga pendapat di atas, tampaknya pendapat yang menyatakan kesunnahan mentalqin mayit merupakan pendapat yang kuat, sebab didukung oleh hadits riwayat Abu Umamah, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:   
إِذَا مَاتَ أَحَدٌ مِنْ إِخْوَانِكُمْ، فَسَوَّيْتُمِ التُّرَابَ عَلَى قَبْرِهِ، فَلْيَقُمْ أَحَدُكُمْ عَلَى رَأْسِ قَبْرِهِ، ثُمَّ لِيَقُلْ: يَا فُلانَ بن فُلانَةَ، فَإِنَّهُ يَسْمَعُهُ وَلا يُجِيبُ.....   “Bila seseorang dari kalian mati, maka ratakanlah tanah di kuburnya. Lalu hendaknya salah seorang di antara kalian berdiri di atas kuburnya, kemudian berkata: “Wahai Fulan putra si Fulanah’. Sungguh si mayit mendengarnya dan tidak menjawabnya. (HR Thabrani).   Imam Nawawi mengomentari hadits tersebut, bahwa sekalipun hadits itu dhaif tetapi dapat dijadikan sebagai dalil penguat. Apalagi, para ulama ahli hadits dan ulama lain sepakat menerima hadits-hadits terkait amal utama, berita gembira, dan peringatan (Yahya bin Syaraf An-Nawawi, Al-Majmu’, juz 5, h. 304). 
1.TAHLIL MENURUT ASWAJA
   1. Pengantar Al-Fatihah.   
اِلَى حَضْرَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ وَاَلِهِ وصَحْبِهِ شَيْءٌ لِلهِ لَهُمُ الْفَاتِحَةُ   
Artinya, “Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Untuk yang terhormat Nabi Muhammad SAW, segenap keluarga, dan para sahabatnya. Bacaan Al-Fatihah ini kami tujukan kepada Allah dan pahalanya untuk mereka semua. Al-Fatihah…”   
2. Al-Fatihah.   
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
. اَلْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اَلرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ. اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ. اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الَّمُسْتَقِيْمَ. صِرَاطَ الَّذِ يْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّيْنَ. اَمِينْ   Artinya, “Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terlontar. Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Yang maha pengasih lagi maha penyayang. Yang menguasai hari pembalasan. Hanya kepada-Mu kami menyembah. Hanya kepada-Mu pula kami memohon pertolongan. Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang telah Kauanugerahi nikmat kepada mereka, bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat. Semoga Kaukabulkan permohonan kami.”   
3. Surat Al-Ikhlas (3 kali). 
 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. قُلْ هُوَ اللهُ اَحَدٌ. اَللهُ الصَّمَدُ. لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ. وَلَمْ يَكٌنْ لَهُ كُفُوًا اَحَدٌ   Artinya, “Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Katakanlah, ‘Dialah yang maha esa. Allah adalah tuhan tempat bergantung oleh segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan-Nya.’” (3 kali).   
4. Tahlil dan Takbir.   
لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ   
Artinya, “Tiada tuhan yang layak disembah kecuali Allah. Allah maha besar.”   
5. Surat Al-Falaq.  
 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ. مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ. وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ اِذَا وَقَبَ. وَمِنْ شَرِّ النَّفَاثاتِ فِى الْعُقَدِ. وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَ   Artinya, “Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Katakanlah, ‘Aku berlindung kepada tuhan yang menguasai waktu subuh dari kejahatan makhluk-Nya. Dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita. Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang mengembus nafasnya pada buhul-buhul. Dan dari kejahatan orang-orang yang dengki apabila ia mendengki.’”  
 6. Tahlil dan Takbir.  
 لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ  
 Artinya, “Tiada tuhan yang layak disembah kecuali Allah. Allah maha besar.”   
7. Surat An-Nas. 
  بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. قُلْ اَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ. مَلِكِ النَّاسِ. اِلَهِ النَّاسِ. مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ. الَّذِى يُوَسْوِسُ فِى صُدُوْرِ النَّاسِ. مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ   
Artinya, “Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Katakanlah, ‘Aku berlindung kepada tuhan manusia, raja manusia. Sesembahan manusia, dari kejahatan bisikan setan yang biasa bersembunyi. Yang membisikkan kejahatan ke dalam dada manusia. Dari setan dan manusia.’”  
 8. Tahlil dan Takbir.   لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ  
 Artinya,
 “Tiada tuhan yang layak disembah kecuali Allah. Allah maha besar. 
  9. Surat Al-Fatihah.   
اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. اَلْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اَلرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ. اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ. اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الَّمُسْتَقِيْمَ. صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّيْنَ. اَمِينْ   
Artinya, “Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terlontar. Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Yang maha pengasih lagi maha penyayang. Yang menguasai hari pembalasan. Hanya kepada-Mu kami menyembah. Hanya kepada-Mu pula kami memohon pertolongan. Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang telah Kauanugerahi nikmat kepada mereka, bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat. Semoga Kaukabulkan permohonan kami.”  
 10. Awal Surat Al-Baqarah.
   بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. المّ. ذَلِكَ الكِتابُ لاَرَيْبَ فِيْهِ هُدَى لِلْمُتَّقِيْنَ. الَّذِيْنَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ. وَالَّذِيْنَ يُؤْمِنُونَ بِمَا اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَا اُنْزِلَ مِن قَبْلِكَ وَبِالْاَخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ. اُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِّن رَّبِّهِمْ، وَاُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ  
  Artinya, “Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Alif lam mim. Demikian itu kitab ini tidak ada keraguan padanya. Sebagai petunjuk bagi mereka yang bertakwa. Yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada kitab Al-Qur’an yang telah diturunkan kepadamu (Muhammad SAW) dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelumnya, serta mereka yakin akan adanya kehidupan akhirat. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari tuhannya. Merekalah orang orang yang beruntung.”  
 11. Surat Al-Baqarah ayat 163.   وَاِلَهُكُمْ اِلَهٌ وَّاحِدٌ لاَ اِلَهَ اِلاَّ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ   Artinya, “Dan Tuhan kalian adalah Tuhan yang maha esa. Tiada tuhan yang layak disembah kecuali Dia yang maha pengasih lagi maha penyayang.”   
12. Ayat Kursi (Surat Al-Baqarah ayat 255)   
اللهُ لاَ اِلَهَ اِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ، لاَ تَاْ خُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ، لَّهُ مَا فِى السَّمَوَاتِ وَمَا فِى الْاَرْضِ، مَنْ ذَا الَّذِى يَشْفَعُ عِنْدَهُ اِلاَّ بِاِذْنِهِ، يَعْلَمُ مَا بَينَ اَيْدِيْهِمِ وَمَا خَلْفَهُمْ، وَلاَ يُحْيِطُونَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهِ اِلاَّ بِمَا شَاءَ، وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَوَاتِ وَالْاَرْضَ، وَلاَ يَئُودُهُ حِفْظُهُمُا، وَهُوَ الْعَلِىُّ الْعَظِيْمُ   
 Artinya, “Allah, tiada yang layak disembah kecuali Dia yang hidup kekal lagi berdiri sendiri. Tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberikan syafa’at di sisi-Nya kecuali dengan izin-Nya. Dia mengetahui apa yang ada di hadapan dan di belakang mereka. Mereka tidak mengetahui sesuatu dari ilmu-Nya kecuali apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dia tidak merasa berat menjaga keduanya. Dia maha tinggi lagi maha agung.”   
13. Surat Al-Baqarah ayat 284-286.   لِلَّهِ مَا فِى السَّمَوَاتِ وَمَا فِى الْاَرْضِ. وَاِنْ تُبْدُوْا مَا فِى اَنْفُسِكُمْ اَوْ تَخْفُوْهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللهُ. فَيَغْفِرُ لَمِنْ يَّشَاءُ وَيُعْذِّبُ مَنْ يَّشَاءُ. وَاللهُ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيْرٌ. اَمَنَ الرَّسُوْلُ بِمَا اُنْزِلَ اِلَيْهِ مِنْ رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُوْنَ. كُلٌّ اَمَنَ بِاللهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ. لَانًفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْ رُّسُلِهِ. وَقَالُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَاِلَيْكَ الْمَصِيْرُ. لَا يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا. لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكَتْسَبَتْ. رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا اِنْ نَسِيْنَا اَوْ اَخْطَاْنَا. رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا. رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ. وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا اَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ    
Artinya, “Hanya milik Allah segala yang ada di langit dan yang ada di bumi. Jika kamu menyatakan atau merahasiakan apa saja yang di hatimu, maka kamu dengan itu semua tetap akan diperhitungkan oleh Allah. Dia akan mengampuni dan menyiksa orang yang dikehendaki. Allah maha kuasa atas segala sesuatu. Rasulullah dan orang-orang yang beriman mempercayai apa saja yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya. Semuanya beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan kepada para utusan-Nya. ‘Kami tidak membeda-bedakan seorang rasul dari lainnya.’ Mereka berkata, ‘Kami mendengar dan kami menaati. Ampunan-Mu, wahai Tuhan kami, yang kami harapkan. Hanya kepada-Mu tempat kembali.’ Allah tidak membebani seseorang kecuali dengan kemampuannya. Ia mendapat balasan atas apa yang dia perbuat dan siksaan dari apa yang dia lakukan. ‘Tuhan kami, janganlah Kau siksa kami jika kami terlupa atau salah. Tuhan kami, jangan Kau tanggungkan pada kami dengan beban berat sebagaimana Kaubebankan kaum sebelum kami. Jangan pula Kaubebankan pada kami sesuatu yang kami tidak mampu. Ampunilah kami. Kasihanilah kami. Kau pemimpin kami. Tolonglah kami menghadapi golongan kafir,” (Surat Al-Baqarah ayat 284-286).   14. Surat Hud ayat 73.  
 ارْحَمْنَا، يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ *3   
Artinya, “Kasihani kami, wahai Tuhan yang maha kasih.” (3 kali).  
 رَحْمَتُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ عَلَيْكُمْ اَهْلَ الْبَيْتِ اِنَّهُ حَمِيْدٌ مَّجِيْدٌ  
 Artinya, “Dan rahmat Allah serta berkah-Nya (kami harapkan) melimpah di atas kamu sekalian wahai ahlul bait. Sungguh Dia maha terpuji lagi maha pemurah,” (Surat Hud ayat 73).   
15. Surat Al-Ahzab ayat 33. 
  اِنَّمَا يُريِدُ اللهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ اَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيْرًا
    Artinya, “Sungguh Allah berkehendak menghilangkan segala kotoran padamu, wahai ahlul bait, dan menyucikanmu sebersih-bersihnya,” (Surat Al-Ahzab ayat 33).   
16. Surat Al-Ahzab ayat 56.   
اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيْمًا    Artinya, “Sungguh Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bacalah shalawat untuknya dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” 
  17. Shalawat Nabi (3 kali).   
اَلَّلهُمَّ صَلِّ أَفْضَلَ صَلَاةٍ عَلَى أَسْعَدِ مَخْلُوْقَاتِكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ، عَدَدَ مَعْلُوْمَاتِكَ وَمِدَادَ كَلِمَاتِكَ كُلَّمَا ذَكَرَكَ الذَّاكِرُوْنَ وَغَفَلَ عَنْ ذِكْرِكَ الْغَافِلُوْنَ   
Artinya, “Ya Allah, tambahkanlah rahmat dan kesejahteraan untuk pemimpin dan tuan kami Nabi Muhammad SAW, serta keluarganya, sebanyak pengetahuan-Mu dan sebanyak tinta kalimat-kalimat-Mu pada saat zikir orang-orang yang ingat dan pada saat lengah orang-orang yang lalai berzikir kepada-Mu.”   18. Salam Nabi   
وَسَلِّمْ وَرَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْ اَصْحَابِ سَيِّدِنَا رَسُوْلِ اللهِ اَجْمَعِيْنَ   
Artinya, “Semoga Allah yang maha suci dan tinggi meridhai para sahabat dari pemimpin kami (Rasulullah).”  
 19. Surat Ali Imran ayat 173 dan Surat Al-Anfal ayat 40.  
 حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ. نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ  
  Artinya, “Cukup Allah bagi kami. Dia sebaik-baik wakil. (Surat Ali Imran ayat 173). Dia sebaik-baik pemimpin dan penolong,” (Surat Al-Anfal ayat 40).  
 20. Hauqalah.   
وَلَاحَوْلَ وَلَا قُوَّةَ اِلَّا بِاللهِ العَلِيِّ الْعَظِيْمِ   Artinya, “Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah yang maha tinggi dan agung.” 
  21. Istighfar (3 kali).   
اَسْتَغْفِرُاللهَ الْعَظِيْمَ *3    Artinya, “Saya mohon ampun kepada Allah yang maha agung.” (3 kali). (Allah) yang tiada tuhan selain Dia yang maha hidup, lagi terjaga. Aku bertobat kepada-Nya.”  
 22. Hadits Keutamaan Tahlil.
   الَّذِيْ لَا اِلَهَ اِلَّا هُوَ الحَيُّ القَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ، اَفْضَلُ الذِّكْرِ فَاعْلَمْ اَنَّهُ لَااِلَهَ اِلَّا اللهُ، حَيٌّ مَوْجُوْدٌ   Artinya, “Sebaik-baik zikir–ketahuilah–adalah lafal ‘La ilāha illallāh’, tiada tuhan selain Allah, zat yang hidup dan ujud.”   
لَااِلَهَ اِلَّا اللهُ، حَيٌّ مَعْبُوْدٌ   
Artinya, “Tiada tuhan selain Allah, zat yang hidup dan disembah.” 
  لَااِلَهَ اِلَّا اللهُ، حَىٌّ بَاقٍ الَّذِيْ لَا يَمُوْتُ  
 Artinya, “Tiada tuhan selain Allah, zat kekal yang takkan mati.”  
 23. Tahlil 160 kali.
   لَااِلَهَ اِلَّا اللهُ   
Artinya, “Tiada tuhan selain Allah.” (160 kali). 
  24. Dua Kalimat Syahadat. 
  لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  
 Artinya, “Tiada tuhan selain Allah. Nabi Muhammad SAW utusan-Nya.”   عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوْتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ الآمِنِيْنَ  
 Artinya, “Dengan kalimat itu, kami hidup. Dengannya, kami wafat. Dengannya pula insya Allah kelak kami dibangkitkan termasuk orang yang aman.” 
  25. Doa Tahlil.
   الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ حَمْدًا يُّوَافِى نِعَمَهُ وَيُكَافِىءُ مَزِيْدَهُ، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ، سُبْحَانَكَ لَا نُحْصِى ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ، فَلَكَ الحَمْدُ قَبْلَ الرِّضَى وَلَكَ الحَمْدُ بَعْدَ الرِّضَى وَلَكَ الحَمْدُ إِذَا رَضِيْتَ عَنَّا دَائِمًا أَبَدًا  
 Artinya, “Aku berlindung kepada Allah dari setan yang dilontar. Dengan nama Allah yang maha pengasih, lagi maha penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam sebagai pujian orang yang bersyukur, pujian orang yang memperoleh nikmat sama memuji, pujian yang memadai nikmat-Nya, dan pujian yang memungkinkan tambahannya. Tuhan kami, hanya bagi-Mu segala puji sebagaimana pujian yang layak bagi kemuliaan dan keagungan kekuasaan-Mu. Maha suci Engkau, kami tidak (dapat) menghitung pujian atas diri-Mu sebagaimana Kaupuji diri sendiri. Hanya bagi-Mu pujian sebelum ridha. Hanya bagi-Mu pujian setelah ridha. Hanya bagi-Mu pujian ketika Kau meridhai kami selamanya.”   
26. Shalawat Zat Mukammalah.  
 اللَّهُمَّ صَلِّ علَى الذَّاتِ المُكَمَّلَةِ وَالرَّحْمَةِ المُنَزَّلَةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ   Artinya, “Ya Allah, limpahkan shalawat dan salam untuk zat yang disempurnakan dan rahmat yang diturunkan, yaitu Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan sahabatnya.”   وَصَلِّ اللَّهُمَّ عَلَيْهِ يَا ذَا البَهَاءِ وَالجَلَالِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا  
 Artinya, “Ya Allah, wahai zat yang indah dan agung, limpahkanlah shalawat kepada Nabi Muhammad SAW pada pagi dan sore hari.” 
  27. Doa Kebaikan Lahir dan Batin.   اللَّهُمَّ كَمَا خَصَّصْتَنَا بِكِتَابِكَ الكَرِيْمِ وَهَدَيْتَنَا إِلَى صِرَاطكَ المُسْتَقِيْمِ، وأَصْلِحْ بِهِ مِنَّا جَمِيْعَ مَا فَسَدَ، وَطَهِّرْ بِهِ مِنَّا مَا ظَهَرَ وَمَا بَطَنَ 
  Artinya, “Ya Allah, sebagaimana Kaumuliakan kami dengan Kitab suci-Mu yang mulia dan Kautunjuki kami ke jalan yang lurus, maka berikanlah kemaslahatan untuk kami sebagai pengganti mafsadat dan sucikan kami dari kotoran yang tampak dan tersembunyi.”
   28. Doa Keberkahan Al-Qur‘an.   اللَّهُمَّ اشْرَحْ بِالقُرْآنِ صُدُوْرَنَا وَيَسِّرْ بِهِ أُمُوْرَنَا وَعَظِّمْ بِهِ أُجُوْرَنَا وَحَسِّنْ بِهِ أَخْلَاقَنَا وَوَسِّعْ بِهِ أَرْزَاقَنَا وَنَوِّرْ بِهِ قُبُوْرَنَا 
  Artinya, “Ya Allah, dengan Al-Qur’an lapangkanlah hati kami, mudahkan urusan kami, lipatgandakanlah pahala kami, perbaiki akhlak kami, luaskan rezeki kami, dan terangilah kubur kami.” 
  29. Doa Wahbah untuk Para Sahabat Rasul dan Wali Allah. 
  اللَّهُمَّ اجْعَلْ ثَوَاَبَ مَا قَرَأْنَاهُ وَبَرَكَةَ مَا تَلَوْنَاهُ وَصَلَّيْنَاهُ عَلَى نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَا هَلَلْنَا هَدِيَّةً بَالِغَةً وَرَحْمَةً مِنْكَ نَازِلَةً نُقَدِّمُهَا وَنُهْدِيْهَا اِلَى حَضَرَاتِ النَّبِيِّ الأَكْرَمِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ اِلَى أَرْوَاحِ آبَائِهِ وَإِخْوَانِهِ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَالمُرْسَلِيْنَ وَإِلَى مَلَائِكَةِ اللهِ الْمُقَرَّبِيْنَ وَالكَرُّوْبِيِّيْنَ، وَاِلَى أَرْوَاحِ سَادَاتِنَا أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَإِلَى البَقِيَّةِ العَشْرَةِ المُبَشَّرَةِ بِالجَنَّةِ وَسَائِرِ الصَّحَابَةِ وَالقَرَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَإِلَى أَرْوَاحِ الحَسَنِ وَالحُسَيْنِ وَأُمِّهِمَا سَيِّدَتِنَا فَاطِمَةَ الزَّهْرَاءِ وَسَيِّدَتِنَا خَدِيْجَةَ الكُبْرَى وَسَيِّدِنَا حَمْزَةَ وَالعَبَّاسِ وَالشُّهَدَاءِ البَدْرِيِّيْنَ وَالأُحُدِيِّيْنَ وَإِلَى أَرْوَاحِ الخِضْرِ وَإِلْيَاسَ وَسَيِّدِنَا عَبْدِ اللهِ ابْنِ عَبَّاسٍ وَإِلَى أَرْوَاحِ الأَرْبَعَةِ الأَئِمَّةِ المُجْتَهِدِيْنَ وَمُقَلِّدِيْهِمْ فِي الدِّيْنِ وَإِلَى أَرْوَاحِ العُلَمَاءِ العَامِلِيْنَ وَالقُرَّاءِ وَأَئِمَّةِ الحَدِيْثِ وَالمُفَسِّرِيْنَ وَسَادَاتِنَا الصُّوْفِيَّةِ المُحَقِّقِيْنَ وَإِلَى رُوْحِ القُطْبِ الرَّبَّانِيِّ وَالعَارِفِ الصَّمَدَانِيِّ سَيِّدِيْ عَبْدِ القَادِرِ الجَيْلَانِيّ وَسَيِّدِيْ أَحْمَدَ البَدَوِيِّ وَسَيِّدِيْ أَحْمَدَ الرِّفَاعِيِّ وَسَيِّدِيْ إِبْرَاهِيْمَ الدَّسُوْقِيِّ وَسَيِّدِيْ أَبِي القَاسِمِ الجُنَيْدِ البَغْدَادِيِّ وَسَيِّدِيْ أَحْمَدَ ابْنِ عَلْوَانَ وَسَيِّدِيْ أَبِي طَالِبٍ المَكِّيِّ وَإِلَى أَرْوَاحِ كُلِّ وَلِيٍّ وَوَلِيَّةٍ لِلهِ مِنْ مَشَارِقِ الأَرْضِ وَمَغَارِبِهَا بَرِّهَا وَبَحْرِهَا أَيْنَمَا كَانُوْا وَكَانَ الكَائِنُ فِي عِلْمِكَ وَحَلَّتْ أَرْوَاحُهُمْ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ 
  Artinya, “Ya Allah, jadikanlah pahala dan keberkahan bacaan kami, shalawat kami, dan tahlil kami sebagai hadiah yang sampai dan rahmat-Mu yang turun, yang kami persembahkan dan hadiahkan untuk Nabi Muhammad SAW termulia, arwah bapak moyangnya, saudaranya dari kalangan para nabi dan rasul, malaikat muqarrabin dan karubiyyin, pemimpin kami Abu Bakar RA, Umar RA, Ustman RA, Ali RA, sepuluh sahabat yang dijanjikan masuk surge, seluruh sahabat, kerabat, tabi‘in, arwah Hasan, Husein, Ibu keduanya yaitu Sayyidah Fathimah Az-Zahra, Sayyidah Khadijah Al-Kubra, Sayyidina Hamzah, Abbas RA, syuhada Badar dan Uhud, arwah Khidhir, Ilyas, Sayyidina Abdullah bin Abbas RA, arwah empat imam mujtahid dan pengikut mereka perihal agama, arwah ulama, ahli qira‘ah, imam hadits, mufasir, pemuka sufi ahli hakikat, roh quthub rabbani dan arif as-shamadani Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, Sayyid Ahmad Badawi, Sayyid Ahmad Ar-Rifa‘i, Sayyid Ibrahim Ad-Dasuqi, Sayyid Abul Qasim Al-Junaid Al-Baghdadi, Sayyid Ahmad bin Alwan, Sayyid Abu Thalib Al-Makki, seluruh wali Allah baik laki-laki dan perempuan dari Timur ke Barat baik di daratan maupun di lautan; di mana saja mereka dan roh mereka berada. Sementara semua yang ada berada dalam pengetahuan-Mu, waha Tuhan sekalian alam.”   30. Doa untuk Arwah Penghuni Makam Mualla, Syubaikah, Baqi‘, dan Mereka yang Tidak Pernah Diziarahi.   
وَإِلَى أَرْوَاحِ سَادَاتِنَا أَهْلِ المُعَلَّا وَالشُّبَيْكَةِ وَالبَقِيْعِ وَأَمْوَاتِ المُسْلِمِيْنَ كَافَّةً عَامَّةً وَفِي صَحَائِفِ مَنْ لَا زَائِرَ لَهُ وَلَا ذَاكِرَ لَهُ عُمَّ الجَمِيْعَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ  
 Artinya, “Dan kepada arwah pemimpin kami, yaitu ahli kubur Mualla, Syubaikah, Baqi‘, semua arwah umat Islam, dan pada lembaran ahli kubur yang tidak diziarahi dan tidak diingat, ratakanlah semuanya dengan rahmat-Mu, wahai zat yang maha penyayang.” 
  31. Doa Permohonan Rahmat Berkah Al-Qur’an.  
 اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ بِالقُرْآنِ العَظِيْمِ رَحْمَةً وَاسِعَةً، وَاغْفِرْ لَهُ مَغْفِرَةً جَامِعَةً يَا مَالِكَ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ   
Artinya, “Ya Allah, turunkanlah rahmat yang luas kepadanya (arwah ahli kubur) dengan berkat Al-Qur’an yang agung, ampunilah ia dengan ampunan yang luas, wahai Penguasa dunia dan akhirat, Tuhan sekalian alam.”   32. Doa Ketenteraman untuk Ahli Kubur.  
 اللَّهُمَّ أَنْزِلْ فِيْ قَبْرِهِ الرَّحْمَةَ وَالضِّيَاءَ وَالنُّوْرَ، وَالبَهْجَةَ وَالرَوْحَ وَالرَيْحَانَ وَالسُّرُوْرَ، مِنْ يَوْمِنَا هَذَا إِلَى يَوْمِ البَعْثِ وَالنُّشُوْرِ، إِنَّكَ مَلِكٌ رَبٌّ غَفُوْرٌ   Artinya, “Ya Allah, turunkanlah di kuburnya (almarhum fulan) rahmat, sinar, cahaya, kegembiraan, kesenangan, keharuman, dan kebahagiaan sejak hari ini hingga hari kebangunan dan kebangkitan. Sungguh, Kau penguasa, tuhan yang maha pengampun.” 
  33. Doa Meminta Syafa‘at Al-Qur’an.   اللَّهُمَّ اجْعَلِ القُرْآنَ العَظِيْمَ فِي قَبْرِهِ مُؤْنِسًا، وَفِي القِيَامَةِ شَافِعًا، وَفِي الحَشْرِ ضِيَاءً وَظِلًّا وَدَلِيْلًا، وَفِي المِيْزَانِ رَاجِحًا، وَعَلَى الصِّرَاطِ نُوْرًا وَقَائِدًا، وَعَنِ النَّارِ سِتْرًا وَحِجَابًا، وَفِي الجَنَّةِ رَفِيْقًا.   
Artinya, “Ya Allah, jadikanlah Al-Qur’an di kuburnya sebagai teman, di Hari Kiamat sebagai pemberi syafaat, di tempat berkumpul (mahsyar) kelak sebagai sinar, naungan, dan petunjuk, di mizan sebagai pemberat timbangan amal baik, di sirath sebagai cahaya dan penuntun, dari api neraka sebagai tabir dan hijab, dan di surga sebagai kawan.”   
34. Doa Pengantar untuk Penghuni Baru Kubur.   
اللَّهُمَّ عَبْدُكَ وَابْنَ عَبْدَيْكَ خَرَجَ مِنْ رَّوْحِ الدُّنْيَا وَسَعَتِهَا وَمَحْبُوْبِهِ وَاَحِبَّائِهِ فِيْهَا اِلَى ظـُـلْمَةِ اْلقَبْرِ وَمَا هُوَ لَا قِيْهِ كـَانَ يَشْهَـدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اَنْتَ وَاَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُكَ وَرَسُوْلـُـكَ وَاَنْتَ اَعْلَمُ بِهِ   Artinya, “Ya Allah, ini hamba-Mu dan anak dari kedua hamba-Mu. Ia keluar dari kebahagiaan dan keluasan dunia, orang yang dicintai, dan para kekasihnya di dunia menuju kegelapan kubur dan apa yang akan ia jumpai di dalamnya. Ia dulu pernah bersaksi bahwa tiada tuhan selain Engkau dan Nabi Muhammad SAW adalah hamba dan utusan-Mu. Kau pun lebih tahu akan hal ini.”   35. Doa Kelapangan Kubur. 
  اللَّهُمَّ اِنَّهُ نَزَلَ بِكَ وَاَنْتَ خَيْرُ مَنْزُوْلٍ بِهِ وَاَصْبَحَ فـَـقِـيْرًا اِلـَى رَحْمَتِكَ، وَاَنْتَ غَنِيٌّ عَنْ عَذَابِهِ وَقـَـدْ جِئْنَاكَ رَاغِبِيْنَ اِلـَـيْكَ شُفـَـعَاءَ لـَـهُ، اللـّٰهُمَّ اِنْ كَانَ مُحْسِنًا فَزِدْ فِيْ اِحْسَانِهِ وَاِنْ كـَانَ مُسِيْئًا فَتَجَاوَزْ عَنْهُ وَلـَـقـِّـهِ بِرَحْمَتِكَ رِضَاكَ وَقِهِ فِتْنَةَ اْلقـَـبْرِ وَعَــَذابَهُ وَافْسَحْ لـَـهُ فِيْ قـَــبْرِهِ وَجَافِ اْلاَرْضَ عَنْ جَنْبَيْهِ وَلـَــقـِّـهِ بِرَحْمَتِكَ اْلاَمْنَ مِنْ عَذَابِكَ حَتَّى تَبْعَثَــهُ آمِنًا اِلـَى جَنَّتِكَ بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ 
  Artinya, “Ya  Allah, dia kembali kepada-Mu. Engkau adalah sebaik-baik tempat kembali. Ia membutuhkan rahmat-Mu. Sementara Engkau tidak perlu menyiksanya. Kami mendatangi-Mu seraya mengharap kepada-Mu agar dapat memberikan syafa’at baginya. Ya Allah, jika ia orang baik, maka tambahkanlah kebaikannya. Jika ia orang jahat, maka maafkanlah keburukannya. Pertemukan ia dan ridha-Mu berkat rahmat-Mu. Peliharalah ia dari fitnah dan azab kubur. Lapangkanlah kuburnya. Jauhkanlah dinding bumi dari kedua sisi badannya. Pertemukanlah ia dan keamanan berkat rahmat-Mu dari azab-Mu hingga Engkau membangkitkannya dalam keadaan aman menuju surga-Mu berkat rahmat-Mu, wahai Zat Yang Maha Pengasih.   
36. Doa untuk Ahli Kubur.
   اللهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ   Artinya, “Ya Allah, ampunilah dirinya, kasihanilah dirinya, afiatkan dirinya, dan maafkanlah dirinya.”   Untuk jenazah perempuan, kata ganti penanda maskulin/mudzakkar diganti dengan kata ganti feminin/mu’annats.   
 اللهُمَّ اغْفِرْ لَها وَارْحَمْها وَعَافِها وَاعْفُ عَنْها يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ   
Artinya, “Ya Allah, ampunilah dirinya (perempuan), kasihanilah dirinya, afiatkan dirinya, dan maafkanlah dirinya, wahai Tuhan sekalian alam.”   37. Doa Khusus untuk Ahli Kubur yang Diziarahi.   
وَاجْعَلِ اللهُمَّ ثَوَابًا مِثْلَ ثَوَابِ ذَالِكَ فِي صَحَائِفِنَا وَفِي صَحَائِفِ وَالِدِيْنَا وَمَشَائِخِنَا وَالسَّادَاتِ الحَاضِرِيْنَ وَوَالِدِيْهِمْ وَمَشَائِخِهِمْ خَاصَّةً وَإِلَى أَمْوَاتِ المُسْلِمِيْنَ عَامَّةً  
 Artinya, “Ya Allah, jadikanlah pahala ini sebagaimana pahala demikian yang tercatat pada lembaran kami, lembaran orang tua kami, guru kami, para pemuka yang hadir, orang tua mereka, dan guru mereka khususnya, dan arwah umat Islam secara umum.”   
38. Doa agar Ingat dan Paham Al-Qur’an. 
  اللهُمَّ ذَكِّرْنَا مِنْهُ مَا نَسِيْنَا وَعَلِّمْنَاهُ مَا جَهِلْنَا وَارْزُقْنَا تِلَاوَتَهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَأَطْرَافَ النَّهَارِ، وَاجْعَلْهُ حُجَّةً لَّنَا وَلَا تَجْعَلْهُ حُجَّةً عَلَيْنَا   
Artinya, “Ya Allah, ingatkan kami ayat-ayat Al-Qur‘an yang kami terlupa. Beritahukan kami sesuatu yang kami tidak ketahui. Anugerahkan kami kesempatan untuk membacanya sepanjang malam dan di tepi-tepi siang. Jadikanlah Al-Qur‘an sebagai pembela kami. Jangan jadikan Al-Qur‘an sebagai penghujat kami kelak.”  
 39. Doa Kemurahan dan Keridhaan Allah.  
 اللهُمَّ بِفَضْلِكَ عُمَّنَا، وَبِلُطْفِكَ حُفَّنَا، وَعَلَى الإِسْلَامِ وَالإِيْمَانِ جَمْعًا تَوَفَّنَا وَأَنْتَ رَاضٍ عَنَّا، وَاخْتِمْ بِالصَّالِحَاتِ أَعْمَالَنَا. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، وَالحَمْدُ لِلهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ   Artinya, “Ya Allah, ratakanlah keutamaan-Mu. Selimuti kami dengan kelembutan-Mu. Atas Islam dan iman sekaligus, matikanlah kami sementara Kaumeridhai kami. Akhiri amal kami dengan kesalehan. Tuhan kami, berikanlah kami kebaikan di dunia, dan kebaikan di akhirat. Lindungilah kami dari siksa neraka, dengan rahmat-Mu wahai Tuhan maha penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam.”   Susunan bacaan zikir, tahlil, dan doa arwah ini diharapkan dapat memudahkan bagi para pembaca sekalian sebagai pemandu pembacaan tahlil atau sekadar pengingat bila mana Kitab Majmu' Syarif tertinggal ketika diperlukan. Semoga Allah menerima bacaan zikir dan tahlil kita, serta menyampaikan pahalanya untuk ahli kubur yang kita tuju. Amin.
2.Tahlil-nya Ahlul Bait (as)
اَللَّهُمَ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ
وَ عَجِّلْ فَرَجَهُ وَ اَهْلِكْ اَعْدَائَهُ وَ انْصُرْ مَنْ نَصَرَهُ وَ اخْذُلْ مَنْ خَذَلَهُ
وَ ارْحَمْ إِمَامَنَا اْلخَمَيْنِى وَ احْفَظْ قَائِدَنَا اْلخَامِنِئِى

نُهْدِى ثَوَابَهَا "سورة الفاتحة و يـس" اِلىَ حَضْرَةِ نَبِيِّنَا وَ شَفِيْعِنَا وَ قُرَّةِ اَعْيُنِنَا مُحَمَّدٍ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ وَ سَلَّمَ
ثُمَّ اِلىَ حَضْرَةِ سَيِّدَتِنَا اْلبَتُوْلِ فَاطِمَةَ بِنْتِ الرَّسُوْلِ عَلَيْهَا السَّلاَمُ
ثُمَّ اِلىَ حَضْرَةِ سَيِّدِنَا اْلإمَامِ اَمِيْرِ اْلمُؤْمِنِيْنَ عَلِيِّ ابْنِ اَبِى طَالِبٍ عَلَيْهِ السَّلاَمُ
ثُمَّ اِلىَ حَضْرَةِ سَيِّدِنَا اْلإمَامِ اْلحَسَنِ اْلمُجْتَبَى عَلَيْهِ السَّلاَمُ
ثُمَّ اِلىَ حَضْرَةِ سَيِّدِنَا اْلإمَامِ اْلحُسَيْنِ الشَّهِيْدِ عَلَيْهِ السَّلاَمُ
ثُمَّ اِلىَ حَضْرَةِ سَيِّدِنَا اْلإمَامِ عَلِيٍّ زَيْنِ اْلعَابِدِيْنَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ
ثُمَّ اِلىَ حَضْرَةِ سَيِّدِنَا اْلإمَامِ مُحَمَّدٍ اْلبَاقِرِ عَلَيْهِ السَّلاَمُ
ثُمَّ اِلىَ حَضْرَةِ سَيِّدِنَا اْلإمَامِ جَعْفَرٍ الصَّادِقِ عَلَيْهِ السَّلاَمُ
ثُمَّ اِلىَ حَضْرَةِ سَيِّدِنَا اْلإمَامِ مُوْسَى اْلكَاظِمِ عَلَيْهِ السَّلاَمُ

ثُمَّ اِلىَ حَضْرَةِ سَيِّدِنَا اْلإمَامِ عَلِيٍّ الرِّضَا عَلَيْهِ السَّلاَمُ
ثُمَّ اِلىَ حَضْرَةِ سَيِّدِنَا اْلإمَامِ مُحَمَّدٍ اْلجَوَادِ عَلَيْهِ السَّلاَمُ
ثُمَّ اِلىَ حَضْرَةِ سَيِّدِنَا اْلإمَامِ عَلِيٍّ اْلهَادِى عَلَيْهِ السَّلاَمُ
ثُمَّ اِلىَ حَضْرَةِ سَيِّدِنَا اْلإمَامِ اْلحَسَنِ اْلعَسْكَرِى عَلَيْهِ السَّلاَمُ
ثُمَّ الصَّلاَةُ وَ السَّلاَمُ التَّامُ عَلىَ سَيِّدِنَا اْلإمَامِ اْلحُجَّةِ ابْنِ اْلحَسَنِ مُحَمَّدٍ اْلمَهْدِى عَلَيْهِ السَّلاَمُ، اَرْوَاحُنَا وَ اَرْوَاحُ اْلعَالَمِيْنَ فِدَاهُ، عَجَّلَ اللهُ تَعَالىَ فَرَجَهُ وَ سَهَّلَ اللهُ مَخْرَجَهُ وَ تَجْعَلَنَا مِنْ اَنْصَارِهِ وَ اَعْوَانِهِ وَ شِيْعَتِهِ.
ثُمَّ اِلىَ سَائِرِ اَنْبِيَاءِ اللهِ وَ اَوْلِيَائِهِ وَ اْلمُرْسَلِيْنَ وَ الشُّهَدَاءِ وَ الصَّالِحِيْنَ، ثُمَّ اِلىَ سَائِرِ مِلاَئِكَةِ اللهِ اْلمُقَرَّبِيْنَ، ثُمَّ اِلىَ سَادَاتِنَا اْلمَيَامِيْنَ وَ اُصُوْلِهِمْ وَ فُرُوْعِهِمْ اَيْنَ مَا كَانُوْا مِنْ مَشَارِقِ اْلأَرْضِ اِلىَ مَغَارِبِهَا، ثُمَّ اِلىَ مَشَايِخِنَا وَ مُعَلِّمِيْناَ وَ مَرَاجِعِنَا وَ آيَاتِنَا وَ حُجَجِنَا وَ وَالِدِيْناَ وَ وَالِدِيْكُمْ وَ اَمْوَاتِنَا وَ اَمْوَاتِكُمْ وَ اَمْوَاتِ اْلمُؤْمِنِيْنَ وَ اْلمُؤْمِنَاتِ وَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ اْلمُسْلِمَاتِ، خُصُوْصاً لِمَنِ اجْتَمَعَنَا هَاهُنَا بِسَبَبِهِ عَبْدِكَ اْلفَقِيْرِ اِلىَ رَحْمَةِ رَبِّهِ اْلقَدِيْر (فلان ابن فلان / فلانة بنت فلان) أَنَّ اللهَ تَعَالىَ يَغْفِرُ لَهُمْ وَ يَرْحَمُهُمْ وَ يُعْلِى دَرَجَاتِهِمْ فِى اْلجَنَّةِ وَ يَنْفَعُنَا بَرَكَاتِهِمْ وَ اَسْرَارِهِمْ وَ عُلُوْمِهِمْ فِى الدِّيْنِ وَ الدُّنْيَا وَ اْلآخِرَةِ.



إِلهَىِ بِحَقِّ مَنْ نَاجَاكَ وَ بِحَقِّ مَنْ دَعَاكَ فِى اْلبَرِّ وَ اْلبَحْرِ، صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ، تَفَضَّلْ عَلىَ فُقَرَاءِ اْلمُؤْمِنِيْنَ وَ اْلمُؤْمِنَاتِ بِالْغِنَاءِ وَ الثَّرْوَةِ وَ عَلىَ مَرْضَى اْلمُؤْمِنِيْنَ وَ اْلمُؤْمِنَاتِ بِالشِّفَاءِ وَ الصِّحَّةِ وَ عَلىَ اَحْيَاءِ اْلمُؤْمِنِيْنَ وَ اْلمُؤْمِنَاتِ بِاللُّّطْفِ وَ اْلكَرَمِ وَ عَلىَ اَمْوَاتِ اْلمُؤْمِنِيْنَ وَ اْلمُؤْمِنَاتِ بِاْلمَغْفِرَةِ وَ الرَّحْمَةِ، خُصُوْصاً اِلىَ عَبْدِكَ اْلفَقِيْرِ (فلان ابن فلان / فلانة بنت فلان) وَ عَلىَ غُرَبَاءِ اْلمُؤْمِنِيْنَ وَ اْلمُؤْمِنَاتِ بِالرَّدِّ اِلىَ اَوْطَانِهِمْ سَالِمِيْنَ غَانِمِيْنَ، بِحَقِّ مُحَمَّدٍ وَ آلِهِ الطَّيِّبِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ، شَيْئٌ لِلَّهِ لَهُمُ اْلفَاتِحَة وَ قَبْلَهَا الصَّلَوَاتِ...
سورة الفاتحة
سورة يـس

Surat Yasin

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

  1. يٰسۤ ۚyā sīnYa Sin
  2. وَالْقُرْاٰنِ الْحَكِيْمِۙwal-qur`ānil-ḥakīmDemi Al-Qur'an yang penuh hikmah,
  3. اِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِيْنَۙinnaka laminal-mursalīnsungguh, engkau (Muhammad) adalah salah seorang dari rasul-rasul,
  4. عَلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍۗ'alā ṣirāṭim mustaqīm(yang berada) di atas jalan yang lurus,
  5. تَنْزِيْلَ الْعَزِيْزِ الرَّحِيْمِۙtanzīlal-'azīzir-raḥīm(sebagai wahyu) yang diturunkan oleh (Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Penyayang,
  6. لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَّآ اُنْذِرَ اٰبَاۤؤُهُمْ فَهُمْ غٰفِلُوْنَlitunżira qaumam mā unżira ābā`uhum fa hum gāfilụnagar engkau memberi peringatan kepada suatu kaum yang nenek moyangnya belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai.
  7. لَقَدْ حَقَّ الْقَوْلُ عَلٰٓى اَكْثَرِهِمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَlaqad ḥaqqal-qaulu 'alā akṡarihim fa hum lā yu`minụnSungguh, pasti berlaku perkataan (hukuman) terhadap kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman.
  8. اِنَّا جَعَلْنَا فِيْٓ اَعْنَاقِهِمْ اَغْلٰلًا فَهِيَ اِلَى الْاَذْقَانِ فَهُمْ مُّقْمَحُوْنَinnā ja'alnā fī a'nāqihim aglālan fa hiya ilal-ażqāni fa hum muqmaḥụnSungguh, Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, karena itu mereka tertengadah.
  9. وَجَعَلْنَا مِنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ سَدًّا وَّمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَاَغْشَيْنٰهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُوْنَwa ja'alnā mim baini aidīhim saddaw wa min khalfihim saddan fa agsyaināhum fa hum lā yubṣirụnDan Kami jadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang mereka juga sekat, dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.
  10. وَسَوَاۤءٌ عَلَيْهِمْ ءَاَنْذَرْتَهُمْ اَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَwa sawā`un 'alaihim a anżartahum am lam tunżir-hum lā yu`minụnDan sama saja bagi mereka, apakah engkau memberi peringatan kepada mereka atau engkau tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman juga.
  11. اِنَّمَا تُنْذِرُ مَنِ اتَّبَعَ الذِّكْرَ وَخَشِيَ الرَّحْمٰنَ بِالْغَيْبِۚ فَبَشِّرْهُ بِمَغْفِرَةٍ وَّاَجْرٍ كَرِيْمٍinnamā tunżiru manittaba'aż-żikra wa khasyiyar-raḥmāna bil-gaīb, fa basysyir-hu bimagfiratiw wa ajring karīmSesungguhnya engkau hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, walaupun mereka tidak melihat-Nya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia.
  12. اِنَّا نَحْنُ نُحْيِ الْمَوْتٰى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوْا وَاٰثَارَهُمْۗ وَكُلَّ شَيْءٍ اَحْصَيْنٰهُ فِيْٓ اِمَامٍ مُّبِيْنٍinnā naḥnu nuḥyil-mautā wa naktubu mā qaddamụ wa āṡārahum, wa kulla syai`in aḥṣaināhu fī imāmim mubīnSungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab yang jelas (Lauh Mahfuzh).
  13. وَاضْرِبْ لَهُمْ مَّثَلًا اَصْحٰبَ الْقَرْيَةِۘ اِذْ جَاۤءَهَا الْمُرْسَلُوْنَۚwaḍrib lahum maṡalan aṣ-ḥābal-qaryah, iż jā`ahal-mursalụnDan buatlah suatu perumpamaan bagi mereka, yaitu penduduk suatu negeri, ketika utusan-utusan datang kepada mereka;
  14. اِذْ اَرْسَلْنَآ اِلَيْهِمُ اثْنَيْنِ فَكَذَّبُوْهُمَا فَعَزَّزْنَا بِثَالِثٍ فَقَالُوْٓا اِنَّآ اِلَيْكُمْ مُّرْسَلُوْنَiż arsalnā ilaihimuṡnaini fa każżabụhumā fa 'azzaznā biṡāliṡin fa qālū innā ilaikum mursalụn(yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, maka ketiga (utusan itu) berkata, “Sungguh, kami adalah orang-orang yang diutus kepadamu.”
  15. قَالُوْا مَآ اَنْتُمْ اِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُنَاۙ وَمَآ اَنْزَلَ الرَّحْمٰنُ مِنْ شَيْءٍۙ اِنْ اَنْتُمْ اِلَّا تَكْذِبُوْنَqālụ mā antum illā basyarum miṡlunā wa mā anzalar-raḥmānu min syai`in in antum illā takżibụnMereka (penduduk negeri) menjawab, “Kamu ini hanyalah manusia seperti kami, dan (Allah) Yang Maha Pengasih tidak menurunkan sesuatu apa pun; kamu hanyalah pendusta belaka.”
  16. قَالُوْا رَبُّنَا يَعْلَمُ اِنَّآ اِلَيْكُمْ لَمُرْسَلُوْنَqālụ rabbunā ya'lamu innā ilaikum lamursalụnMereka berkata, “Tuhan kami mengetahui sesungguhnya kami adalah utusan-utusan(-Nya) kepada kamu.
  17. وَمَا عَلَيْنَآ اِلَّا الْبَلٰغُ الْمُبِيْنُwa mā 'alainā illal-balāgul-mubīnDan kewajiban kami hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas.”
  18. قَالُوْٓا اِنَّا تَطَيَّرْنَا بِكُمْۚ لَىِٕنْ لَّمْ تَنْتَهُوْا لَنَرْجُمَنَّكُمْ وَلَيَمَسَّنَّكُمْ مِّنَّا عَذَابٌ اَلِيْمٌqālū innā taṭayyarnā bikum, la`il lam tantahụ lanarjumannakum wa layamassannakum minnā 'ażābun alīmMereka menjawab, “Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu. Sungguh, jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami rajam kamu dan kamu pasti akan merasakan siksaan yang pedih dari kami.”
  19. قَالُوْا طَاۤىِٕرُكُمْ مَّعَكُمْۗ اَىِٕنْ ذُكِّرْتُمْۗ بَلْ اَنْتُمْ قَوْمٌ مُّسْرِفُوْنَqālụ ṭā`irukum ma'akum, a in żukkirtum, bal antum qaumum musrifụnMereka (utusan-utusan) itu berkata, “Kemalangan kamu itu adalah karena kamu sendiri. Apakah karena kamu diberi peringatan? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampaui batas.”
  20. وَجَاۤءَ مِنْ اَقْصَا الْمَدِيْنَةِ رَجُلٌ يَّسْعٰى قَالَ يٰقَوْمِ اتَّبِعُوا الْمُرْسَلِيْنَۙwa jā`a min aqṣal-madīnati rajuluy yas'ā qāla yā qaumittabi'ul-mursalīnDan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki dengan bergegas dia berkata, “Wahai kaumku! Ikutilah utusan-utusan itu.
  21. اتَّبِعُوْا مَنْ لَّا يَسْـَٔلُكُمْ اَجْرًا وَّهُمْ مُّهْتَدُوْنَ ۔ittabi'ụ mal lā yas`alukum ajraw wa hum muhtadụnIkutilah orang yang tidak meminta imbalan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.
  22. وَمَا لِيَ لَآ اَعْبُدُ الَّذِيْ فَطَرَنِيْ وَاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَwa mā liya lā a'budullażī faṭaranī wa ilaihi turja'ụnDan tidak ada alasan bagiku untuk tidak menyembah (Allah) yang telah menciptakanku dan hanya kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan.
  23. ءَاَتَّخِذُ مِنْ دُوْنِهٖٓ اٰلِهَةً اِنْ يُّرِدْنِ الرَّحْمٰنُ بِضُرٍّ لَّا تُغْنِ عَنِّيْ شَفَاعَتُهُمْ شَيْـًٔا وَّلَا يُنْقِذُوْنِۚa attakhiżu min dụnihī ālihatan iy yuridnir-raḥmānu biḍurril lā tugni 'annī syafā'atuhum syai`aw wa lā yungqiżụnMengapa aku akan menyembah tuhan-tuhan selain-Nya? Jika (Allah) Yang Maha Pengasih menghendaki bencana terhadapku, pasti pertolongan mereka tidak berguna sama sekali bagi diriku dan mereka (juga) tidak dapat menyelamatkanku.
  24. اِنِّيْٓ اِذًا لَّفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍinnī iżal lafī ḍalālim mubīnSesungguhnya jika aku (berbuat) begitu, pasti aku berada dalam kesesatan yang nyata.
  25. اِنِّيْٓ اٰمَنْتُ بِرَبِّكُمْ فَاسْمَعُوْنِۗinnī āmantu birabbikum fasma'ụnSesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu; maka dengarkanlah (pengakuan keimanan)-ku.”
  26. قِيْلَ ادْخُلِ الْجَنَّةَ ۗقَالَ يٰلَيْتَ قَوْمِيْ يَعْلَمُوْنَۙqīladkhulil-jannah, qāla yā laita qaumī ya'lamụnDikatakan (kepadanya), “Masuklah ke surga.” Dia (laki-laki itu) berkata, “Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui,
  27. بِمَا غَفَرَ لِيْ رَبِّيْ وَجَعَلَنِيْ مِنَ الْمُكْرَمِيْنَbimā gafara lī rabbī wa ja'alanī minal-mukramīnapa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang telah dimuliakan.”
  28. ۞ وَمَآ اَنْزَلْنَا عَلٰى قَوْمِهٖ مِنْۢ بَعْدِهٖ مِنْ جُنْدٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَمَا كُنَّا مُنْزِلِيْنَwa mā anzalnā 'alā qaumihī mim ba'dihī min jundim minas-samā`i wa mā kunnā munzilīnDan setelah dia (meninggal), Kami tidak menurunkan suatu pasukan pun dari langit kepada kaumnya, dan Kami tidak perlu menurunkannya.
  29. اِنْ كَانَتْ اِلَّا صَيْحَةً وَّاحِدَةً فَاِذَا هُمْ خَامِدُوْنَing kānat illā ṣaiḥataw wāḥidatan fa iżā hum khāmidụnTidak ada siksaan terhadap mereka melainkan dengan satu teriakan saja; maka seketika itu mereka mati.
  30. يٰحَسْرَةً عَلَى الْعِبَادِۚ مَا يَأْتِيْهِمْ مِّنْ رَّسُوْلٍ اِلَّا كَانُوْا بِهٖ يَسْتَهْزِءُوْنَyā ḥasratan 'alal-'ibād, mā ya`tīhim mir rasụlin illā kānụ bihī yastahzi`ụnAlangkah besar penyesalan terhadap hamba-hamba itu, setiap datang seorang rasul kepada mereka, mereka selalu memperolok-olokkannya.
  31. اَلَمْ يَرَوْا كَمْ اَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِّنَ الْقُرُوْنِ اَنَّهُمْ اِلَيْهِمْ لَا يَرْجِعُوْنَa lam yarau kam ahlaknā qablahum minal-qurụni annahum ilaihim lā yarji'ụnTidakkah mereka mengetahui berapa banyak umat-umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan. Orang-orang (yang telah Kami binasakan) itu tidak ada yang kembali kepada mereka.
  32. وَاِنْ كُلٌّ لَّمَّا جَمِيْعٌ لَّدَيْنَا مُحْضَرُوْنَwa ing kullul lammā jamī'ul ladainā muḥḍarụnDan setiap (umat), semuanya akan dihadapkan kepada Kami.
  33. وَاٰيَةٌ لَّهُمُ الْاَرْضُ الْمَيْتَةُ ۖاَحْيَيْنٰهَا وَاَخْرَجْنَا مِنْهَا حَبًّا فَمِنْهُ يَأْكُلُوْنَwa āyatul lahumul-arḍul-maitatu aḥyaināhā wa akhrajnā min-hā ḥabban fa min-hu ya`kulụnDan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bumi yang mati (tandus). Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan darinya biji-bijian, maka dari (biji-bijian) itu mereka makan.
  34. وَجَعَلْنَا فِيْهَا جَنّٰتٍ مِّنْ نَّخِيْلٍ وَّاَعْنَابٍ وَّفَجَّرْنَا فِيْهَا مِنَ الْعُيُوْنِۙwa ja'alnā fīhā jannātim min nakhīliw wa a'nābiw wa fajjarnā fīhā minal-'uyụnDan Kami jadikan padanya di bumi itu kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air,
  35. لِيَأْكُلُوْا مِنْ ثَمَرِهٖۙ وَمَا عَمِلَتْهُ اَيْدِيْهِمْ ۗ اَفَلَا يَشْكُرُوْنَliya`kulụ min ṡamarihī wa mā 'amilat-hu aidīhim, a fa lā yasykurụnagar mereka dapat makan dari buahnya, dan dari hasil usaha tangan mereka. Maka mengapa mereka tidak bersyukur?
  36. سُبْحٰنَ الَّذِيْ خَلَقَ الْاَزْوَاجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنْۢبِتُ الْاَرْضُ وَمِنْ اَنْفُسِهِمْ وَمِمَّا لَا يَعْلَمُوْنَsub-ḥānallażī khalaqal-azwāja kullahā mimmā tumbitul-arḍu wa min anfusihim wa mimmā lā ya'lamụnMahasuci (Allah) yang telah menciptakan semuanya berpasang-pasangan, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri, maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.
  37. وَاٰيَةٌ لَّهُمُ الَّيْلُ ۖنَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَاِذَا هُمْ مُّظْلِمُوْنَۙwa āyatul lahumul-lailu naslakhu min-hun-nahāra fa iżā hum muẓlimụnDan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari (malam) itu, maka seketika itu mereka (berada dalam) kegelapan,
  38. وَالشَّمْسُ تَجْرِيْ لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا ۗذٰلِكَ تَقْدِيْرُ الْعَزِيْزِ الْعَلِيْمِۗwasy-syamsu tajrī limustaqarril lahā, żālika taqdīrul-'azīzil-'alīmdan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan (Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Mengetahui.
  39. وَالْقَمَرَ قَدَّرْنٰهُ مَنَازِلَ حَتّٰى عَادَ كَالْعُرْجُوْنِ الْقَدِيْمِwal-qamara qaddarnāhu manāzila ḥattā 'āda kal-'urjụnil-qadīmDan telah Kami tetapkan tempat peredaran bagi bulan, sehingga (setelah ia sampai ke tempat peredaran yang terakhir) kembalilah ia seperti bentuk tandan yang tua.
  40. لَا الشَّمْسُ يَنْۢبَغِيْ لَهَآ اَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا الَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ ۗوَكُلٌّ فِيْ فَلَكٍ يَّسْبَحُوْنَlasy-syamsu yambagī lahā an tudrikal-qamara wa lal-lailu sābiqun-nahār, wa kullun fī falakiy yasbaḥụnTidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya.
  41. وَاٰيَةٌ لَّهُمْ اَنَّا حَمَلْنَا ذُرِّيَّتَهُمْ فِى الْفُلْكِ الْمَشْحُوْنِۙwa āyatul lahum annā ḥamalnā żurriyyatahum fil-fulkil-masy-ḥụnDan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka dalam kapal yang penuh muatan,
  42. وَخَلَقْنَا لَهُمْ مِّنْ مِّثْلِهٖ مَا يَرْكَبُوْنَwa khalaqnā lahum mim miṡlihī mā yarkabụndan Kami ciptakan (juga) untuk mereka (angkutan lain) seperti apa yang mereka kendarai.
  43. وَاِنْ نَّشَأْ نُغْرِقْهُمْ فَلَا صَرِيْخَ لَهُمْ وَلَاهُمْ يُنْقَذُوْنَۙwa in nasya` nugriq-hum fa lā ṣarīkha lahum wa lā hum yungqażụnDan jika Kami menghendaki, Kami tenggelamkan mereka. Maka tidak ada penolong bagi mereka dan tidak (pula) mereka diselamatkan,
  44. اِلَّا رَحْمَةً مِّنَّا وَمَتَاعًا اِلٰى حِيْنٍillā raḥmatam minnā wa matā'an ilā ḥīnmelainkan (Kami selamatkan mereka) karena rahmat yang besar dari Kami dan untuk memberikan kesenangan hidup sampai waktu tertentu.
  45. وَاِذَا قِيْلَ لَهُمُ اتَّقُوْا مَا بَيْنَ اَيْدِيْكُمْ وَمَا خَلْفَكُمْ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَwa iżā qīla lahumuttaqụ mā baina aidīkum wa mā khalfakum la'allakum tur-ḥamụnDan apabila dikatakan kepada mereka, “Takutlah kamu akan siksa yang di hadapanmu (di dunia) dan azab yang akan datang (akhirat) agar kamu mendapat rahmat.”
  46. وَمَا تَأْتِيْهِمْ مِّنْ اٰيَةٍ مِّنْ اٰيٰتِ رَبِّهِمْ اِلَّا كَانُوْا عَنْهَا مُعْرِضِيْنَwa mā ta`tīhim min āyatim min āyāti rabbihim illā kānụ 'an-hā mu'riḍīnDan setiap kali suatu tanda dari tanda-tanda (kebesaran) Tuhan datang kepada mereka, mereka selalu berpaling darinya.
  47. وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ اَنْفِقُوْا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللّٰهُ ۙقَالَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنُطْعِمُ مَنْ لَّوْ يَشَاۤءُ اللّٰهُ اَطْعَمَهٗٓ ۖاِنْ اَنْتُمْ اِلَّا فِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍwa iżā qīla lahum anfiqụ mimmā razaqakumullāhu qālallażīna kafarụ lillażīna āmanū a nuṭ'imu mal lau yasyā`ullāhu aṭ'amahū in antum illā fī ḍalālim mubīnDan apabila dikatakan kepada mereka, “Infakkanlah sebagian rezeki yang diberikan Allah kepadamu,” orang-orang yang kafir itu berkata kepada orang-orang yang beriman, “Apakah pantas kami memberi makan kepada orang-orang yang jika Allah menghendaki Dia akan memberinya makan? Kamu benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”
  48. وَيَقُوْلُوْنَ مَتٰى هٰذَا الْوَعْدُ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَwa yaqụlụna matā hāżal-wa'du ing kuntum ṣādiqīnDan mereka (orang-orang kafir) berkata, “Kapan janji (hari berbangkit) itu (terjadi) jika kamu orang yang benar?”
  49. مَا يَنْظُرُوْنَ اِلَّا صَيْحَةً وَّاحِدَةً تَأْخُذُهُمْ وَهُمْ يَخِصِّمُوْنَmā yanẓurụna illā ṣaiḥataw wāḥidatan ta`khużuhum wa hum yakhiṣṣimụnMereka hanya menunggu satu teriakan, yang akan membinasakan mereka ketika mereka sedang bertengkar.
  50. فَلَا يَسْتَطِيْعُوْنَ تَوْصِيَةً وَّلَآ اِلٰٓى اَهْلِهِمْ يَرْجِعُوْنَfa lā yastaṭī'ụna tauṣiyataw wa lā ilā ahlihim yarji'ụnSehingga mereka tidak mampu membuat suatu wasiat dan mereka (juga) tidak dapat kembali kepada keluarganya.
  51. وَنُفِخَ فِى الصُّوْرِ فَاِذَا هُمْ مِّنَ الْاَجْدَاثِ اِلٰى رَبِّهِمْ يَنْسِلُوْنَwa nufikha fiṣ-ṣụri fa iżā hum minal-ajdāṡi ilā rabbihim yansilụnLalu ditiuplah sangkakala, maka seketika itu mereka keluar dari kuburnya (dalam keadaan hidup), menuju kepada Tuhannya.
  52. قَالُوْا يٰوَيْلَنَا مَنْۢ بَعَثَنَا مِنْ مَّرْقَدِنَا ۜهٰذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمٰنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُوْنَqālụ yā wailanā mam ba'aṡanā mim marqadinā hāżā mā wa'adar-raḥmānu wa ṣadaqal-mursalụnMereka berkata, “Celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?” Inilah yang dijanjikan (Allah) Yang Maha Pengasih dan benarlah rasul-rasul(-Nya).
  53. اِنْ كَانَتْ اِلَّا صَيْحَةً وَّاحِدَةً فَاِذَا هُمْ جَمِيْعٌ لَّدَيْنَا مُحْضَرُوْنَing kānat illā ṣaiḥataw wāḥidatan fa iżā hum jamī'ul ladainā muḥḍarụnTeriakan itu hanya sekali saja, maka seketika itu mereka semua dihadapkan kepada Kami (untuk dihisab).
  54. فَالْيَوْمَ لَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْـًٔا وَّلَا تُجْزَوْنَ اِلَّا مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَfal-yauma lā tuẓlamu nafsun syai`aw wa lā tujzauna illā mā kuntum ta'malụnMaka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikit pun dan kamu tidak akan diberi balasan, kecuali sesuai dengan apa yang telah kamu kerjakan.
  55. اِنَّ اَصْحٰبَ الْجَنَّةِ الْيَوْمَ فِيْ شُغُلٍ فٰكِهُوْنَ ۚinna aṣ-ḥābal-jannatil-yauma fī syugulin fākihụnSesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka).
  56. هُمْ وَاَزْوَاجُهُمْ فِيْ ظِلٰلٍ عَلَى الْاَرَاۤىِٕكِ مُتَّكِـُٔوْنَ ۚhum wa azwājuhum fī ẓilālin 'alal-arā`iki muttaki`ụnMereka dan pasangan-pasangannya berada dalam tempat yang teduh, bersandar di atas dipan-dipan.
  57. لَهُمْ فِيْهَا فَاكِهَةٌ وَّلَهُمْ مَّا يَدَّعُوْنَ ۚlahum fīhā fākihatuw wa lahum mā yadda'ụnDi surga itu mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa saja yang mereka inginkan.
  58. سَلٰمٌۗ قَوْلًا مِّنْ رَّبٍّ رَّحِيْمٍsalām, qaulam mir rabbir raḥīm(Kepada mereka dikatakan), “Salam,” sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang.
  59. وَامْتَازُوا الْيَوْمَ اَيُّهَا الْمُجْرِمُوْنَwamtāzul-yauma ayyuhal-mujrimụnDan (dikatakan kepada orang-orang kafir), “Berpisahlah kamu (dari orang-orang mukmin) pada hari ini, wahai orang-orang yang berdosa!
  60. اَلَمْ اَعْهَدْ اِلَيْكُمْ يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ اَنْ لَّا تَعْبُدُوا الشَّيْطٰنَۚ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌa lam a'had ilaikum yā banī ādama al lā ta'budusy-syaiṭān, innahụ lakum 'aduwwum mubīnBukankah Aku telah memerintahkan kepadamu wahai anak cucu Adam agar kamu tidak menyembah setan? Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kamu,
  61. وَاَنِ اعْبُدُوْنِيْ ۗهٰذَا صِرَاطٌ مُّسْتَقِيْمٌwa ani'budụnī, hāżā ṣirāṭum mustaqīmdan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus.”
  62. وَلَقَدْ اَضَلَّ مِنْكُمْ جِبِلًّا كَثِيْرًا ۗاَفَلَمْ تَكُوْنُوْا تَعْقِلُوْنَwa laqad aḍalla mingkum jibillang kaṡīrā, a fa lam takụnụ ta'qilụnDan sungguh, ia (setan itu) telah menyesatkan sebagian besar di antara kamu. Maka apakah kamu tidak mengerti?
  63. هٰذِهٖ جَهَنَّمُ الَّتِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَhāżihī jahannamullatī kuntum tụ'adụnInilah (neraka) Jahanam yang dahulu telah diperingatkan kepadamu.
  64. اِصْلَوْهَا الْيَوْمَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُوْنَiṣlauhal-yauma bimā kuntum takfurụnMasuklah ke dalamnya pada hari ini karena dahulu kamu mengingkarinya.
  65. اَلْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلٰٓى اَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَآ اَيْدِيْهِمْ وَتَشْهَدُ اَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَal-yauma nakhtimu 'alā afwāhihim wa tukallimunā aidīhim wa tasy-hadu arjuluhum bimā kānụ yaksibụnPada hari ini Kami tutup mulut mereka; tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.
  66. وَلَوْ نَشَاۤءُ لَطَمَسْنَا عَلٰٓى اَعْيُنِهِمْ فَاسْتَبَقُوا الصِّرَاطَ فَاَنّٰى يُبْصِرُوْنَwalau nasyā`u laṭamasnā 'alā a'yunihim fastabaquṣ-ṣirāṭa fa annā yubṣirụnDan jika Kami menghendaki, pastilah Kami hapuskan penglihatan mata mereka; sehingga mereka berlomba-lomba (mencari) jalan. Maka bagaimana mungkin mereka dapat melihat?
  67. وَلَوْ نَشَاۤءُ لَمَسَخْنٰهُمْ عَلٰى مَكَانَتِهِمْ فَمَا اسْتَطَاعُوْا مُضِيًّا وَّلَا يَرْجِعُوْنَwalau nasyā`u lamasakhnāhum 'alā makānatihim famastaṭā'ụ muḍiyyaw wa lā yarji'ụnDan jika Kami menghendaki, pastilah Kami ubah bentuk mereka di tempat mereka berada; sehingga mereka tidak sanggup berjalan lagi dan juga tidak sanggup kembali.
  68. وَمَنْ نُّعَمِّرْهُ نُنَكِّسْهُ فِى الْخَلْقِۗ اَفَلَا يَعْقِلُوْنَwa man nu'ammir-hu nunakkis-hu fil-khalq, a fa lā ya'qilụnDan barangsiapa Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada awal kejadian(nya). Maka mengapa mereka tidak mengerti?
  69. وَمَا عَلَّمْنٰهُ الشِّعْرَ وَمَا يَنْۢبَغِيْ لَهٗ ۗاِنْ هُوَ اِلَّا ذِكْرٌ وَّقُرْاٰنٌ مُّبِيْنٌ ۙwa mā 'allamnāhusy-syi'ra wa mā yambagī lah, in huwa illā żikruw wa qur`ānum mubīnDan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah pantas baginya. Al-Qur'an itu tidak lain hanyalah pelajaran dan Kitab yang jelas,
  70. لِّيُنْذِرَ مَنْ كَانَ حَيًّا وَّيَحِقَّ الْقَوْلُ عَلَى الْكٰفِرِيْنَliyunżira mang kāna ḥayyaw wa yaḥiqqal-qaulu 'alal-kāfirīnagar dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya) dan agar pasti ketetapan (azab) terhadap orang-orang kafir.
  71. اَوَلَمْ يَرَوْا اَنَّا خَلَقْنَا لَهُمْ مِّمَّا عَمِلَتْ اَيْدِيْنَآ اَنْعَامًا فَهُمْ لَهَا مَالِكُوْنَa wa lam yarau annā khalaqnā lahum mimmā 'amilat aidīnā an'āman fa hum lahā mālikụnDan tidakkah mereka melihat bahwa Kami telah menciptakan hewan ternak untuk mereka, yaitu sebagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan kekuasaan Kami, lalu mereka menguasainya?
  72. وَذَلَّلْنٰهَا لَهُمْ فَمِنْهَا رَكُوْبُهُمْ وَمِنْهَا يَأْكُلُوْنَwa żallalnāhā lahum fa min-hā rakụbuhum wa min-hā ya`kulụnDan Kami menundukkannya (hewan-hewan itu) untuk mereka; lalu sebagiannya untuk menjadi tunggangan mereka dan sebagian untuk mereka makan.
  73. وَلَهُمْ فِيْهَا مَنَافِعُ وَمَشَارِبُۗ اَفَلَا يَشْكُرُوْنَwa lahum fīhā manāfi'u wa masyārib, a fa lā yasykurụnDan mereka memperoleh berbagai manfaat dan minuman darinya. Maka mengapa mereka tidak bersyukur?
  74. وَاتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ اٰلِهَةً لَّعَلَّهُمْ يُنْصَرُوْنَ ۗwattakhażụ min dụnillāhi ālihatal la'allahum yunṣarụnDan mereka mengambil sesembahan selain Allah agar mereka mendapat pertolongan.
  75. لَا يَسْتَطِيْعُوْنَ نَصْرَهُمْۙ وَهُمْ لَهُمْ جُنْدٌ مُّحْضَرُوْنَlā yastaṭī'ụna naṣrahum wa hum lahum jundum muḥḍarụnMereka (sesembahan) itu tidak dapat menolong mereka; padahal mereka itu menjadi tentara yang disiapkan untuk menjaga (sesembahan) itu.
  76. فَلَا يَحْزُنْكَ قَوْلُهُمْ ۘاِنَّا نَعْلَمُ مَا يُسِرُّوْنَ وَمَا يُعْلِنُوْنَfa lā yaḥzungka qauluhum, innā na'lamu mā yusirrụna wa mā yu'linụnMaka jangan sampai ucapan mereka membuat engkau (Muhammad) bersedih hati. Sungguh, Kami mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka nyatakan.
  77. اَوَلَمْ يَرَ الْاِنْسَانُ اَنَّا خَلَقْنٰهُ مِنْ نُّطْفَةٍ فَاِذَا هُوَ خَصِيْمٌ مُّبِيْنٌa wa lam yaral-insānu annā khalaqnāhu min nuṭfatin fa iżā huwa khaṣīmum mubīnDan tidakkah manusia memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setetes mani, ternyata dia menjadi musuh yang nyata!
  78. وَضَرَبَ لَنَا مَثَلًا وَّنَسِيَ خَلْقَهٗۗ قَالَ مَنْ يُّحْيِ الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيْمٌwa ḍaraba lanā maṡalaw wa nasiya khalqah, qāla may yuḥyil-'iẓāma wa hiya ramīmDan dia membuat perumpamaan bagi Kami dan melupakan asal kejadiannya; dia berkata, “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang, yang telah hancur luluh?”
  79. قُلْ يُحْيِيْهَا الَّذِيْٓ اَنْشَاَهَآ اَوَّلَ مَرَّةٍ ۗوَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيْمٌ ۙqul yuḥyīhallażī ansya`ahā awwala marrah, wa huwa bikulli khalqin 'alīmKatakanlah (Muhammad), “Yang akan menghidupkannya ialah (Allah) yang menciptakannya pertama kali. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk,
  80. ِۨالَّذِيْ جَعَلَ لَكُمْ مِّنَ الشَّجَرِ الْاَخْضَرِ نَارًاۙ فَاِذَآ اَنْتُمْ مِّنْهُ تُوْقِدُوْنَallażī ja'ala lakum minasy-syajaril-akhḍari nāran fa iżā antum min-hu tụqidụnyaitu (Allah) yang menjadikan api untukmu dari kayu yang hijau, maka seketika itu kamu nyalakan (api) dari kayu itu.”
  81. اَوَلَيْسَ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ بِقٰدِرٍ عَلٰٓى اَنْ يَّخْلُقَ مِثْلَهُمْ ۗبَلٰى وَهُوَ الْخَلّٰقُ الْعَلِيْمُa wa laisallażī khalaqas-samāwāti wal-arḍa biqādirin 'alā ay yakhluqa miṡlahum, balā wa huwal-khallāqul-'alīmDan bukankah (Allah) yang menciptakan langit dan bumi, mampu menciptakan kembali yang serupa itu (jasad mereka yang sudah hancur itu)? Benar, dan Dia Maha Pencipta, Maha Mengetahui.
  82. اِنَّمَآ اَمْرُهٗٓ اِذَآ اَرَادَ شَيْـًٔاۖ اَنْ يَّقُوْلَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُinnamā amruhū iżā arāda syai`an ay yaqụla lahụ kun fa yakụnSesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu.
  83. فَسُبْحٰنَ الَّذِيْ بِيَدِهٖ مَلَكُوْتُ كُلِّ شَيْءٍ وَّاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَfa sub-ḥānallażī biyadihī malakụtu kulli syai`iw wa ilaihi turja'ụnMaka Mahasuci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya kamu dikembalikan.


اَللَّهُمَّ إِناَّ نَسْتَحْفِظُكَ وَ نَسْتَوْدِعُكَ اَدْيَانَنَا وَ اَنْفُسَنَا وَ اَهْلَنَا وَ اَوْلاَدَنَا وَ اَمْوَالَنَا وَ كُلَّ شَيْئٍ اَعْطَيْتَنَا. اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا فِى كَفَنِكَ وَ اَمَانِكَ وَ جِوَارِكَ وَ عِيَاذِكَ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ مَرِيْدٍ وَ جَبَّارٍ عَنِيْدٍ وَ ذِيْ عَيْنٍ وَ ذِيْ بَغْيٍ وَ مِنْ شَرِّ كُلِّ ذِيْ شَرٍّ، إِنَّكَ عَلىَ كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٍ. اَللَّهُمَّ جَمِّلْناَ بِاْلعَافِيَةِ وَ السَّلاَمَةِ وَ حقِّقْناَ بِالتَّقْوَى وَ اْلإِسْتِقَامَةِ وَ اَعِذْنَا مِنْ مُوْجِبَاتِ النَّدَامَةِ، إِنَّكَ سَمِيْعُ الدَّعَاءِ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَ لِوَالِدِيْنَا وَ لِأَوْلاَدِنَا وَ مَشَايِخِنَا وَ لِإِخْوَانِنَا فِى الدِّيْنِ وَ لِأَصْحَابِنَا وَ

اَحْبَابِنَا وَ لِمَنْ اَحَبَّنَا فِيْكَ وَ لِمَنْ اَحْسَنَ إِلَيْنَا وَ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَ اْلمُؤْمِنَاتِ يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ، وَ ارْزُقْنَا كَمَالَ اْلمُتَابَعَةِ لَهُ ظَاهِرًا وَ بَاطِنًا فِى عَافِيَةٍ وَ سَلاَمَةٍ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، وَ صَلِّ اللَّهُمَّ عَلىَ عَبْدِكَ وَ رَسُوْلِكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلىَ آلِهِ وَ سَلَّمَ.
أَفْضَلُ الذِّكْرِ فَاعْلَمْ اَنَّهُ:
لاَ اِلهَ اِلاَّ الله ٢١×
لاَ اِلهَ اِلاَّ الله لاَ اِلهَ اِلاَّ الله
لاَ اِلهَ اِلاَّ الله لاَ اِلهَ اِلاَّ الله
لاَ اِلهَ اِلاَّ الله مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَ آلِهِ وَ سَلِّمْ ٣×
سُبْحَانَ اللهِ وَ بِحَمْدِهِ ٢١×
يِا اَللهُ يَا اَللهُ ٢١×
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ حَبِيْبِكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ آلِهِ وَ سَلِّمْ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ حَبِيْبِكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ آلِهِ وَ سَلِّمْ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ حَبِيْبِكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ آلِهِ وَ بَارِكْ وَ سَلِّمْ


نُهْدِى ثَوَابَهَا "الفَاتِحَة وَ آيَة الكُرْسِى وَ سَبْع سُوْرَة اْلقَدْر وَ ثَلاَث سُوْرَة اْلإخْلاَص وَ اْلمُعَوِّذَتَانِ" اِلىَ عَبْدِكَ اْلفَقِيْرِ (فلان ابن فلان / فلانة بنت فلان) وَ وَالِدِيْناَ وَ وَالِدِيْكُمْ وَ اَمْوَاتِنَا وَ اَمْوَاتِكُمْ، اَجَرَكُمُ اللهُ الفَاتِحَةَ وَ قَبْلَهَا الصَّلَوَاتِ...
سورة الفاتحة
آية الكرسى
سورة القدر ٧×
سورة الإخلاص ٣×
المُعَوِّذَتَانِ (سورة الفلق و سورة الناس)


اَلحْمَدُ لِلَّهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ فِى اِلأَوَّلِيْنَ وَ اْلآخِرِيْنَ، وَ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ فِى النَّبِيِّيْنَ وَ اْلمُرْسَلِيْنَ، وَ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ فِى كُلِّ وَقْتٍ وَ حِيْنٍ، وَ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ فِى اْلمَلاَءِ اْلأَعْلىَ اِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللَّهُمَّ اجْعَلْ وَ اَوْصِلْ وَ تَقَبَّلْ ثَوَابَ مَا قَرَأْنَاهُ مِنَ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَ مَا هَلَّلْنَاهُ مِنْ قَوْلِ لاَ اِلهَ اِلاَّ الله وَ مَا سَبَّحْنَاهُ مِنْ

سُبْحَانَ اللهِ وَ بِحَمْدِهِ وَ مَا قُلْنَاهُ مِنْ يَا اَللهُ يَا اَللهُ وَ مَا صَلَّيْنَا وَ مَا سَلَّمْنَا عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ وَ سَلَّمً فِى هَذَا اْلمَجْلِسِ اْلمُبَارَكِ هَدِيَّةً وَاصِلَةً وَ رَحْمَةً نازِلَةً وَ بَرَكَةً شَامِلَةً نُقِدَّمُ ذَلِكَ وَ نُهْدِيْهِ اِلىَ حَضْرَةِ سَيِّدِنَا وَ حَبِيْبِنَا وَ شَفِيْعِنَا وَ قُرَّةِ اَعْيُنِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ وَ سَلَّمَ، ثُمَّ اِلىَ اَرْوَاحِ آبَائِهِ وَ إِخْوَانِهِ مِنَ اْلأَنْبِيَاءِ وَ اْلمُرْسَلِيْنَ، ثُمَّ اِلىَ اَرْوَاحِ اْلأَئِمَّةِ اْلمَعْصُوْمِيْنَ مِنْ اَهْلِ بَيْتِهِ الطَّيِّبِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ، ثُمَّ اِلىَ اَرْوَاحِ مَنْ اجْتَمَعَنَا هَا هُنَا بِسَبَبِهِ عَبْدِكَ اْلفَقِيْرِ اِلىَ رَحْمَةِ رَبِّهِ اْلقَدِيْرِ (فلان ابن فلان / فلانة بنت فلان) وَ وَالِدِيْناَ وَ وَالِدِيْكُمْ وَ اَمْوَاتِنَا وَ اَمْوَاتِكُمْ وَ اَمْوَاتِ اْلمُؤْمِنِيْنَ وَ اْلمُؤْمِنَاتِ وَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ اْلمُسْلِمَاتِ. اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُ فِدَاءً لَهُمْ مِنَ النَّارِ وَ سِتْراً لَهُمْ مِنَ النَّارِ وَ حِجَاباً لَهُمْ مِنَ النَّارِ وَ فَكَاكاً لَهُمْ مِنَ النَّارِ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُمْ وَ ارْحَمْهُمْ وَ اَكْرِمْ نُزُوْلَهُمْ وَ وَسِّعْ مَدْخَلَهُمْ وَ نَقِّهِمْ مِنَ اْلخَطَايَا كَمَا يُنَقَّ الثَّوْبُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ وَ اَبْدِلْهُمْ دَاراً خَيْراً مِنْ دَارِهِمْ وَ زَوْجاً خَيْراً مِنْ زَوْجِهِمْ وَ اَدْخِلْهُمُ اْلجَنَّةَ وَ اَعِذْهُمْ مِنْ عَذَابِ اْلقَبْرِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَ صَلَّى اللهُ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ آلِهِ وِ سَلَّمَ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ اْلعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَ سَلاَمٌ عَلىَ اْلمُرْسَلِيْنَ وَ اْلحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ.
بِحَقِّ فَاطِمَةَ وَ اَبِيْهَا وَ بَعْلِهَا وَ بَنِيْهَا وَ سِرِّ اْلمُسْتَوْدَعِ فِيْهَا، اَلْفَاتِحَةُ وَ قَبْلَهَا الصَّلَوَاتِ...
الحمد لله ربّ العالمين
وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمْ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. آمِي 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ISI MATERI ISLAMI

BULAN GERHANA

Tempat Tinggal Kita Bumi Bumi merupakan planet ketiga terdekat dari Matahari, dan sejauh yang diketahui sebagai satu-satunya yang dihuni mak...

DAFTAR MATERI ISLAMI AL MAHDI