Selasa, 30 Juni 2020

DALIL PUASA TARWIYAH DAN ARAFAH MENURUT AHLUL BAIT AS DAN ASWAJA

DALIL PUASA ARAFAH DAN TARWIYAH


 Penentuan hari arafah itu juga ditegaskan dalam Bahtsul Masa’il Diniyah Maudluiyyah pada Muktamar Nahdlatul Ulama XXX di Pondok Pesantren Lirboyo, akhir 1999. Ditegaskan bahwa yaumu arafah atau hari Arafah yaitu tanggal 9 Dzulhijjah berdasarkan kalender negara setempat yang berdasarkan pada rukyatul hilal. Adapun tentang fadhilah atau keutamaan berpuasa hari Arafah tanggal 9 Dzulhijjah didasarkan pada hadits berikut ini:

ومُ يَوْمِ التَّرْوِيَّةِ كَفَّارَةٌ سَنَةً وَصَوْمُ يَوْمِ عَرَفَةَ كَفَّارَةٌ سَنَتَيْنِ

Puasa Hari Tarwiyah menghapus dosa setahun, dan puasa Hari Arafah menghapus dosa dua tahun. (Jamiul Ahadits, XIV, 34)

Puasa pada hari Arafah (tanggal 9 Dzulhijjah) adalah hukumnya sunat sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di bawah ini. 

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ اَحْتَسِبُ عَلَى اللّهِ اَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِيْ قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِيْ بَعْدَهُ، وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ اَحتَسِبُ عَلَى اللّهِ اَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِيْ قَبْلَهُ

 “Artinya : … Dan puasa pada hari Arafah –aku mengharap dari Allah- menghapuskan (dosa) satu tahun yang telah lalu dan satu tahun yang akan datang. Dan puasa pada hari ‘Asyura’ (tanggal 10 Muharram) –aku mengharap dari Allah menghapuskan (dosa) satu tahun yang telah lalu”. [Shahih riwayat Imam Muslim (3/168), Abu Dawud (no. 2425), Ahmad (5/297, 308, 311), Baihaqi (4/286) dan lain-lain] Kata ulama : Dosa-dosa yang dihapuskan di sini adalah dosa-dosa yang kecil.

Niat puasa Tarwiyah dan Arafah adalah sebagai berikut.

نويتُ صومَ تَرْوِيَة سُنّةً لله تعالى

Saya niat puasa Tarwiyah, sunnah karena Allah ta’ala

نويتُ صومَ عرفة سُنّةً لله تعالى

Saya niat puasa Arafah, sunnah karena Allah ta’ala

Hari arafah disebut sebagai hari yang paling utama (afdlol al ayyam), karena puasa Arafah bisa menghapus dosa dua tahun. Sebagaimana diriwayatkan Imam Muslim:

مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ مِنْ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ

Tidak ada hari yang lebih banyak Allah membebaskan dari api neraka dibanding hari Arafah.”(HR Ahmad, Muslim dan Abu Daud dari Abi Qotadah)

Imam At Tirmidzi Rahimahullah mengatakan:
وقد استحب أهل العلم صيام يوم عرفة إلا بعرفة

Para ulama telah menganjurkan berpuasa pada hari ‘Arafah, kecuali bagi yang sedang di ‘Arafah. (Sunan At Tirmidzi, komentar hadits No. 749)

Apa dasarnya bagi yang sedang wuquf di ‘Arafah dilarang berpuasa?
Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu berkata:
نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ بِعَرَفَاتٍ

“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang berpuasa pada hari ‘Arafah bagi yang sedang di ‘Arafah.” (HR. Abu Daud No. 2440, Ibnu Majah No. 1732, Ahmad No. 8031, An Nasa’i No. 2830, juga dalam As Sunan Al Kubra No. 2731, Ibnu Khuzaimah No. 2101, Al Hakim dalam Al Mustadrak No. 1587)

Hadits ini dishahihkan oleh Imam Al Hakim, katanya: “Shahih sesuai syarat Bukhari dan Muslim.
Diriwayatkan dari Ibnu Umar, beliau tidak pernah melakukannya, tetapi juga tidak melarang puasa ‘Arafah bagi yang wuquf di ‘Arafah.
 سئل بن عمر عن صوم يوم عرفة فقال حججت مع النبي صلى الله عليه و سلم فلم يصمه وحججت مع أبي بكر فلم يصمه وحججت مع عمر فلم يصمه وحججت مع عثمان فلم يصمه وأنا لا أصومه ولا أمر به ولا أنهى عنه

Ibnu Umar ditanya tentang berpuasa pada hari ‘Arafah, beliau menjawab: “Saya haji bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Beliau  tidak berpuasa, saya haji bersama Abu Bakar, juga tidak berpuasa, saya haji bersama Umar, juga tidak berpuasa, saya haji bersama ‘Utsman dia juga tidak berpuasa, dan saya tidak berpuasa juga, saya tidak memerintahkan dan tidak melarangnya.” (Sunan Ad Darimi No. 1765. Syaikh Husein Salim Asad berkata: isnaduhu shahih.)

Kalangan Hanafiyah mengatakan, boleh saja berpuasa ‘Arafah bagi jamaah haji yang sedang wuquf jika itu tidak membuatnya lemah. (Syaikh Wahbah Az Zuhaili, Al Fiqhul Islami wa Adillatuhu,  3/25)

Puasa Arafah hanya disunnahkan bagi selain jamaah haji, sedangkan bagi yang sedang menunaikan ibadah haji tidak disunnahkan, walaupun kuat melaksanakannya. Alasannya, karena ittiba’ kepada sunnah Nabi. Apabila tetap melakukan puasa, maka hukumnya khilaful aula. Hal itu berbeda dengan pendapat Imam an Nawawi yang menganggapnya makruh. Namun, bila sudah tiba di Arafah pada malam hari, maka tidak dimakruhkan, sebagaimana disebutkan asy Syafi’i dalam kitab al-Imla’. (Asnal Mathalib, V, 385)

Para ulama menambahkan adanya kesunnahan puasa Tarwiyah yang dilaksanakan pada hari Tarwiyah, yakni pada tanggal 8 Dzulhijjah. Ini didasarkan pada satu redaksi hadits lain, bahwa Puasa pada hari Tarwiyah menghapuskan dosa satu tahun, dan puasa pada hari Arafah menghapuskan (dosa) dua tahun. Dikatakan bahwa hadits ini dloif (tidak kuat riwayatnya) namun para ulama memperbolehkan mengamalkan hadits yang dloif sekalipun sebatas hadits itu diamalkan dalam kerangka fadla'ilul a’mal (untuk memperoleh keutamaan), dan hadits yang dimaksud tidak berkaitan dengan masalah aqidah dan hukum. Selain itu, memang pada hari-hari pada sepersepuluh bulan Dzulhijjah adalah hari-hari yang istimewa untuk menjalankan ibadah seperti puasa. 
Hadits tentang puasa tersebut sebagai berikut : 

 رسول الله صلى الله عليه وسلم: ما من أيام العمل الصالح فيهن أحب إلى الله من هذه الأيام العشر

Artinya : “Rasulullah SAW berkata: Tak ada hari lain yang disukai Allah SWT untuk beribadah seperti sepuluh hari ini,” (HR. At- Tirmidzi)

lebih lengkapnya seperti hadits di riwayatkan oleh shohabat ibnu Abbas RA meriwayatkan Rasulullah SAW bersabda: 

مَا مِنْ أيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيْهَا أَحَبَّ إِلَى اللهِ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ يَعْنِيْ أَياَّمُ اْلعُشْرِ قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ! وَلَا الْجِهَادُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ؟ قَالَ: وَلَا الْجِهَادُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ إلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهُ فَلَمْ يَرْجِعُ مِنْ ذَلِكَ شَيْءٌ 
Diriwayatkan Rasulullah SAW bersabda: Tidak ada perbuatan yang lebih disukai oleh Allah SWT, dari pada perbuatan baik yang dilakukan pada sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah. Para sahabat bertanya: Ya Rasulallah, walaupun jihad di jalan Allah? Rasulullah bersabda: Walau jihad pada jalan Allah kecuali seorang lelaki yang keluar dengan dirinya dan harta bendanya, kemudian tidak kembali selama-lamanya atau menjadi syahid. (HR Bukhari) 
Hadits yang di riwayatkan oleh shobahat hunaydah sebagai berikut :

عَنْ هُنَيْدَةَ بْنِ خَالِدٍ عَنِ امْرَأَتِهِ عَنْ بَعْضِ أَزْوَاجِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ تِسْعَ ذِى الْحِجَّةِ وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ وَالْخَمِيسَ [رواه أبو داود وأحمد والبيهقي].

Dari Hunaidah Ibn Khalid, dari istrinya, dari salah seorang istri Nabi saw [diriwayatkan bahwa] ia berkata: Adalah Rasulullah saw melakukan puasa pada sembilan hari bulan Zulhijah, hari Asyura, tiga hari setiap bulan, dan hari Senin dan Kamis pertama setiap bulan[HR Abu Dawud, Ahmad, dan al-Baihaqi].

Puasa Arafah dan Tarwiyah sangat dianjurkan bagi yang tidak menjalankan ibadah haji di tanah suci. Adapun teknis pelaksanaannya mirip dengan puasa Ramadhan.

Hal ini tampak dalam judul bab dalam kitab Ibnu Majah yang memberi judul Shiyamul ‘asyr (shaum sepuluh hari). Selain itu, Ibnu Hajar al Asqalani dalam kitabnya Fathul Baari  mengatakan:

    واستدل به على فضل صيام عشر ذي الحجة لاندراج الصوم في العمل

Artinya : “Hadits ini menjadi dalil atas keutamaan shaum sepuluh hari di bulan Dzulhijjah, karena shaum termasuk amalan saleh.”

Seperti juga rapat Muktamar NU X di Surakarta tahun 1935, dengan mengutip fatwa dari kitab Fatawa al-Kubra pada bab tentang puasa: 
يُعْلَمُ أَنَّ اْلأَفْضَلَ لِمُرِيْدِ التََطَوُّعِ أَنْ يَنْوِيَ اْلوَاجِبَ إِنْ كَانَ عَلَيْهِ وَإِلَّا فَالتَّطَوُّعِ لِيَحْصُلَ لَهُ مَا عَلَيْهِ Diketahui bahwa bagi orang yang ingin berniat puasa sunnah, lebih baik ia juga berniat melakukan puasa wajib jika memang ia mempunyai tanggungan puasa, tapi jika ia tidak mempunyai tanggungan (atau jika ia ragu-ragu apakah punya tanggungan atau tidak) ia cukup berniat puasa sunnah saja, maka ia akan memperoleh apa yang diniatkannya.

Pertama: Mandi.Tujuannya adalah agar ibadah kepada Allah, dimulai dengan bersih lahir dan batin. kemudian pada bulan dzulhijjah melaksanakan ibadah haji dan umrah adalah amalan yang paling utama, berdasarkan berbagai hadits shahih yang menunjukkan keutamaannya, antara lain : sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

العمرة إلى العمرة كفارة لما بينهما والحج المبرور ليس له جزاء إلا الجنة

“Dari umrah ke umrah adalah tebusan (dosa-dosa yang dikerjakan) di antara keduanya, dan haji yang mabrur balasannya tiada lain adalah Surga“.

Berpuasa di awal hari bulan dzulhijjah, terutama pada hari Arafah.

Tidak diragukan lagi puasa adalah jenis amalan yang paling utama, dan yang dipilih Allah untuk diri-Nya.

Disebutkan dalam hadist Qudsi :

الصوم لي وأنا أجزي به ، انه ترك شهوته وطعامه وشرابه من أجلي

“Puasa ini adalah untuk-Ku, dan Aku lah yang akan membalasnya. Sungguh dia telah meninggalkan syahwat, makanan dan minumannya semata-mata karena Aku“.

Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri, Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

ما من عبد يصوم يوماً في سبيل الله ، إلا باعد الله بذلك اليوم وجهه عن النار سبعين خريف

“Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari di jalan Allah melainkan Allah pasti menjauhkan dirinya dengan puasanya itu dari api neraka selama tujuh puluh tahun“. [Hadits Muttafaqun ‘Alaih].

Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Qatadah rahimahullah bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

صيام يوم عرفة أحتسب على الله أن يكفر السنة التي قبله والتي بعده

“Berpuasa pada hari Arafah karena mengharap pahala dari Allah melebur dosa-dosa setahun sebelum dan sesudahnya”.

Kedua: Hari ini juga disunnahkah untuk menziarahi Imam Husain as orang tidak melakukan haji. kalau tidak bisa untuk haji dan ziaroh maka baca ziaroh imam husen. Dalam beberapa riwayat dari para Imam Ahlul Bait, menyebutkan keutamaan ziarah kepada Imam Husain as pada hari ini sangat mutawatir. Sesiapa yang berkesempatan untuk berziarah kepada beliau pada hari ini dengan hadir di bawah kubah sucinya, ia mendapat pahala tidak kurang dari orang yang hadir di Arafah, bahkan lebih dari itu. Cara-cara berziarah kepada beliau di hari Arafah akan disebutkan di bab ziarah .

Ketiga: Membaca doa Arafah. Di luar ruangan serta beratap langit. Mulailah dengan menyatakan dosa-dosanya di hadapan Allah serta mohonkanlah ampunan dari-Nya. (Doa Arafah dan doa Imam Husein di Arafah) dan pada malam hari raya idul adha di sunnah untuk membaca Takbir dan Dzikir.

Sebagaimana firman Allah Ta’ala.

وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ

“…. dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan…”. (al-Hajj/22:28).

Para ahli tafsir menafsirkannya dengan sepuluh hari dari bulan Dzulhijjah. Karena itu, para ulama menganjurkan untuk memperbanyak dzikir pada hari-hari tersebut, berdasarkan hadits dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma.

فأكثروا فيهن من التهليل والتكبير والتحميد

“Maka perbanyaklah pada hari-hari itu tahlil, takbir dan tahmid“. [Hadits Riwayat Ahmad].

Imam Bukhari rahimahullah menuturkan bahwa Ibnu Umar dan Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhuma keluar ke pasar pada sepuluh hari tersebut seraya mengumandangkan takbir lalu orang-orangpun mengikuti takbirnya.

Dan Ishaq, Rahimahullah, meriwayatkan dari fuqaha’, tabiin bahwa pada hari-hari ini mengucapkan :

الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله والله أكبر ولله الحمد

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa Ilaha Ilallah, wa-Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahil Hamdu

“Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Tidak ada Ilah (Sembahan) Yang Haq selain Allah. Dan Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, segala puji hanya bagi Allah”.

Dianjurkan untuk mengeraskan suara dalam bertakbir ketika berada di pasar, rumah, jalan, masjid dan lain-lainnya.

Sebagaimana firman Allah.

وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ

“Dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu …”. (al-Baqarah/2:185).


Keempat : Berpuasa. Dalam riwayat Al Kaf’ami disebutkan “Disunnahkan untuk berpuasa pada hari ini jika tidak meletihkan pendoa untuk berdoa, dan mandi sebelum zawal lalu berziarah kepada Imam Husain as pada siang dan malam di hari ini. Apabila zawal telah tiba, maka bersegeralah melakukan shalat Dhuhur dan Ashar dengan beratapkan langit. Setelah selesai melakukan dua shalat wajib tersebut, lakukanlah shalat dua rakaat, pada rakaat pertama membaca al-Fâtihah lalu membaca surah at-Tauhîd, dan pada rakaat kedua setelah al-Fâtihah membaca surah al-Kâfirun, kemudian shalat lagi empat rakaat masing-masing rakaatnya membaca al-Fâtihah dan at-Tauhîd 50 kali.”

Kelima : Shalat khusus. Mendirikan shalat dua raka’at.  Pada rakaat pertama setelah membaca al Fatihah, membaca surah al Ikhlas, dan pada rakaat kedua, setelah membaca al Fatihah membaca surah al Kaafirun. Setelah itu mendirikan shalat 4 raka’at yang setiap raka’atnya sehabis membaca surah Al Fatihah, membaca 50 kali surah al Ikhlas. Shalat inilah yang dikenal dengan shalat Amirul Mukminin as. Hal ini disebutkan dalam Kitab Al Iqbal yang diriwayatkan oleh Ibn Thawus. Setelah shalat itu, disunnahkan untuk membaca doa-doa sebagai berikut :

سُبْحَانَ الَّذِيْ فِي السَّمَاءِ عَرْشُهُ، سُبْحَانَ الَّذِيْ فِي الْأَرْضِ حُكْمُهُ، سُبْحَانَ الَّذِيْ فِي الْقُبُوْرِ قَضَاؤُهُ، سُبْحَانَ الَّذِيْ فِي الْبَحْرِ سَبِيْلُهُ، سُبْحَانَ الَّذِيْ فِي النَّارِ سُلْطَانُهُ، سُبْحَانَ الَّذِيْ فِي الْجَنَّةِ رَحْمَتُهُ، سُبْحَانَ الَّذِيْ فِي الْقِيَامَةِ عَدْلُهُ، سُبْحَانَ الَّذِيْ رَفَعَ السَّمَاءَ، سُبْحَانَ الَّذِيْ بَسَطَ الْأَرْضَ، سُبْحَانَ الَّذِيْ لاَ مَلْجَأَ وَ لاَ مَنْجَى مِنْهُ إِلاَّ إِلَيْهِ

Maha suci Dia Yang Arsy-Nya berada di langit! Maha Suci Dia Yang hukum-Nya berlaku di bumi! Maha Suci Dia Yang qada’-Nya berlaku di alam kubur! Maha Suci Dia Yang jalan-Nya di lautan! Maha Suci Dia Yang menguasai api! Maha Suci Dia Yang rahmat-Nya berada di surga! Maha Suci Dia Yang keadilan-Nya pada hari kiamat! Maha Suci Dia Yang meninggikan langit! Maha Suci Dia Yang membentangkan bumi! Maha Suci Dia Yang tidak ada tempat berlindung dan memohon keselamatan kecuali kepada-Nya!

Kemudian membaca:

سُبْحَانَ اللَّهِ وَ الْحَمْدُ لِلَّهِ وَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَ اللَّهُ اَكْبَرُ

Maha suci Allah! Segala puji bagi-Nya! Tiada tuhan selain Allah! Allah Maha Besar!

(Dibaca sebanyak 100 X, lalu membaca surah at-Tauhîd 100X, ayat kursi 100 X, dan membaca shalawat 100 X)

Kemudian membaca:

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَ لَهُ الْحَمْدُ يُحْيِيْ وَ يُمِيْتُ وَ يُمِيْتُ وَ يُحْيِيْ وَ هُوَ حَيٌّ لاَ يَمُوْتُ بِيَدِهِ الْخَيْرُ وَ هُوَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ

Tiada tuhan selain Allah Yang Maha Esa! Tiada sekutu bagi-Nya! Kekuasaan adalah milik-Nya! Puji syukur untuk-Nya Yang Menghidupkan dan Mematikan, Yang mematikan dan Menghidupkan! Dia-lah Yang Hidup tidak pernah mati! Dia-lah kebaikan! Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu! (dibaca 10 kali)

Membaca wirid berikut (masing masing 10  x)

أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الَّذِي لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَ أَتُوْبُ إِلَيْهِ

Aku memohon ampun kepada Allah Yang tiada tuhan selain-Nya, Yang Maha Hidup dan Kekal! Aku bertaubat kepada-Nya!

يَا اللَّهُ

Ya Allah!

يَا رَحْمَانُ

Wahai Pengasih!

يَا رَحِيْمُ

Wahai Penyayang!

يَا بَدِيْعَ السَّمَاوَاتِ وَ الْأَرْضِ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَ الْإِكْرَامِ

Wahai Pencipta langit dan bumi! Wahai Pemilik kesucian dan kemuliaan!

يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ

Wahai Yang Maha Hidup dan Kekal!

يَا حَنَّانُ يَا مَنَّانُ

Wahai Pengasih dan Pemberi!

يَا لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ

Wahai Yang tiada tuhan selain Engkau!

آمِيْنَ

Lalu bacalah doa berikut dan kemudian sampaikan hajat kepada Allah swt:

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ يَا مَنْ هُوَ أَقْرَبُ إِلَيَّ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيْدِ، يَا مَنْ يَحُوْلُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَ قَلْبِهِ، يَا مَنْ هُوَ بِالْمَنْظَرِ الْأَعْلَى وَ بِالْأُفُقِ الْمُبِيْنِ، يَا مَنْ هُوَ الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى، يَا مَنْ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْئٌ وَ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ، أَسْأَلُكَ أَنْ تُصَلِّيَ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ

Ya Allah aku memohon-Mu! Wahai Yang Paling Dekat denganku melebihi urat leherku! Wahai Dzat Yang berada di hati seseorang! Wahai Yang Tinggi dan di ufuk yang jelas! Wahai Yang Maha Pengasih Yang bersinggasana di Arsy! Wahai Yang tiada sesuatu yang serupa dengan-Nya! Dia Maha Mendengar dan Melihat! Aku memohon-Mu melalui shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad saw!

Kemudian bacalah dengan shalawat yang diriwayatkan dari Imam Ja’far Shadiq as. Dalam riwayat disebutkan bahwa sesiapa yang ingin menyenangkan Rasulullah saw, maka bacalah shalawat kepadanya sebagai berikut:

اَللَّهُمَّ يَا أَجْوَدَ مَنْ أَعْطَى، وَ يَا خَيْرَ مَنْ سُئِلَ، وَ يَا أَرْحَمَ مَنِ اسْتُرْحِمَ،

Ya Allah! Wahai Yang Maha Derma! Wahai Tempat Terbaik untuk memohon! Wahai Yang Maha Menyayangi siapa pun yang memohon kasih sayang!

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِهِ فِي الْأَوَّلِيْنَ وَ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِهِ فِي الْآخِرِيْنَ وَ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِهِ فِي الْمَلَإِ الْأَعْلَى وَ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِهِ فِي الْمُرْسَلِيْنَ،

Ya Allah! Curahkan shalawat atas Muhammad beserta keluarganya di antara orang-orang terdahulu! Sejahterakan Muhammad saw beserta keluarganya di antara orang-orang yang terakhir! Sejahterakan Muhammad saw beserta keluarganya di hadapan semua orang! Sejahterakan Muhammad beserta keluarganya di antara para rasul!

اَللَّهُمَّ أَعْطِ مُحَمَّدًا وَ آلَهُ الْوَسِيْلَةَ وَ الْفَضِيْلَةَ وَ الشَّرَفَ وَ الرِّفْعَةَ وَ الدَّرَجَةَ الْكَبِيْرَةَ،

Ya Allah anugerahilah Muhammad saw dan keluarganya dengan wasilah, keutamaan, kemuliaan, keagungan dan derajat yang tinggi!

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ آمَنْتُ بِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ وَ لَمْ أَرَهُ، فَلاَ تَحْرِمْنِيْ فِيْ (يَوْمِ) الْقِيَامَةِ رُؤْيَتَهُ وَ ارْزُقْنِيْ صُحْبَتَهُ وَ تَوَفَّنِيْ عَلَى مِلَّتِهِ وَ اسْقِنِيْ مِنْ حَوْضِهِ مَشْرَبًا رَوِيًّا سَائِغًا هَنِيْئًا لاَ أَظْمَأَ بَعْدَهُ أَبَدًا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ،

Ya Allah! Aku berkeyakinan penuh kepada Muhammad saw meski aku tidak pernah melihatnya, maka jangan Engkau hindarkan aku untuk melihatnya pada hari kiamat, pertemukanlah aku dengannya, matikanlah aku sebagai golongannya, berilah aku minum dari air telaganya yang menghapus dahaga selamanya! Sungguh Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu!

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ آمَنْتُ بِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ وَ لَمْ أَرَهُ فَعَرِّفْنِيْ فِي الْجِنَانِ وَجْهَهُ،

Ya Allah! Aku berkeyakinan penuh kepada Muhammad saw! Aku belum pernah melihatnya, maka aku ingin melihat wajahnya di surga!

اَللَّهُمَّ بَلِّغْ مُحَمَّدًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ مِنِّيْ تَحِيَّةً كَثِيْرَةً وَ سَلاَمًا

Ya Allah sampaikanlah penghormatan yang banyak salam dariku kepada Muhammad beserta keluarganya!

Kemudian bacalah doa Ummu Daud, sebagaimana disebutkan pada amalan bulan Rajab, kemudian membaca tasbih yang pahalanya tidak terhitung, tasbih tersebut sebagai berikut:

سُبْحَانَ اللَّهِ قَبْلَ كُلِّ أَحَدٍ، وَ سُبْحَانَ اللَّهِ بَعْدَ كُلِّ أَحَدٍ، وَ سُبْحَانَ اللَّهِ مَعَ كُلِّ أَحَدٍ، وَ سُبْحَانَ اللَّهِ يَبْقَى رَبُّنَا وَ يَفْنَى كُلُّ أَحَدٍ، وَ سُبْحَانَ اللَّهِ تَسْبِيْحُا يَفْضُلُ تَسْبِيْحَ الْمُسَبِّحِيْنَ فَضْلاُ كَثِيْرًا قَبْلَ كُلِّ أَحَدٍ، وَ سُبْحَانَ اللَّهِ تَسْبِيْحًا يَفْضُلُ تَسْبِيْحَ الْمُسَبِّحِيْنَ فَضْلاً كَثِيْرًا بَعْدَ كُلِّ أَحَدٍ، وَ سُبْحَانَ اللَّهِ تَسْبِيْحًا يَفْضُلُ تَسْبِيْحَ الْمُسَبِّحِيْنَ فَضْلاً كَثِيْرًا مَعَ كُلِّ أَحَدٍ، وَ سُبْحَانَ اللَّهِ تَسْبِيْحًا يَفْضُلُ تَسْبِيْحَ الْمُسَبِّحِيْنَ فَضْلاً كَثِيْرًا لِرَبِّنَا الْبَاقِيْ وَ يَفْنَى كُلُّ أَحَدٍ، وَ سُبْحَانَ اللَّهِ تَسْبِيْحًا لاَ يُحْصَى وَ لاَ يُدْرَى وَ لاَ يُنْسَى وَ لاَ يَبْلَى وَ لاَ يَفْنَى وَ لَيْسَ لَهُ مُنْتَهًى، وَ سُبْحَانَ اللَّهِ تَسْبِيْحًا يَدُوْمُ بِدَوَامِهِ وَ يَبْقَى بِبَقَائِهِ فِيْ سِنِي الْعَالَمِيْنَ وَ شُهُوْرِ الدُّهُوْرِ وَ أَيَّامِ الدُّنْيَا وَ سَاعَاتِ اللَّيْلِ وَ النَّهَارِ، وَ سُبْحَانَ اللَّهِ أَبَدَ الْأَبَدِ وَ مَعَ الْأَبَدِ مِمَّا لاَ يُحْصِيْهِ الْعَدَدُ وَ لاَ يُفْنِيْهِ الْأَمَدُ وَ لاَ يَقْطَعُهُ الْأَبَدُ وَ تَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِيْنَ

Maha suci Allah sebelum adanya seorangpun! Maha Suci Allah setelah adanya segala sesuatu! Maha Suci Allah bersama siapa pun! Maha Suci Allah! Tuhan kami Abadi sedangkan segala sesuatu pasti musnah! Maha Suci Allah Yang melebihi tasbih para pentasbih sebelum segala sesuatu! Maha Suci Allah Yang melebihi tasbih para pentasbih setelah segala sesuatu! Maha Suci Allah Yang melebihi tasbih para pentasbih dan segala sesuatu! Maha Suci Allah Yang melebihi tasbih para pentasbih Tuhanku Yang Kekal sedangkan segala sesuatu musnah! Maha Suci Allah dengan tasbih yang tak terhitung, tak diketahui, tak terlupakan, tak sirna, tak rusak dan tak berakhir! Maha suci Allah dengan tasbih yang selalu ada bersama-Nya, tetap ada bersama-Nya, pada tahun alam semesta, pada bulan masa, pada hari-hari dunia, pada jam-jam malam dan siang! Maha Suci Allah selama-lamanya, bersama keabadian, yang tak terhitung oleh bilangan, yang tidak pupus oleh tujuan, yang tidak terputus oleh masa! Maha Mulia Allah sebaik-baik Pencipta.

Ke enam: Taubat Serta Meninggalkan Segala Maksiat Dan Dosa.

Sehingga akan mendapatkan ampunan dan rahmat. Maksiat adalah penyebab terjauhkan dan terusirnya hamba dari Allah, dan keta’atan adalah penyebab dekat dan cinta kasih Allah kepadanya. Disebutkan dalam hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

ان الله يغار وغيرة الله أن يأتي المرء ما حرم الله علي

“Sesungguhnya Allah itu cemburu, dan kecemburuan Allah itu manakala seorang hamba melakukan apa yang diharamkan Allah terhadapnya,” (Hadits Muttafaqun ‘Alaihi)

Ketujuh : Berkurban Pada Hari Raya Qurban Dan Hari-Hari Tasyriq

Hal ini adalah sunnah Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam, yakni ketika Allah Ta’ala menebus putranya dengan sembelihan yang agung.

Diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

وقد ثبت أن النبي صلى الله عليه وسلم ضحى بكبشين أملحين أقرنين ذبحهما بيده وسمى وكبّر ووضع رجله على صفاحهما

“Berkurban dengan menyembelih dua ekor domba jantan berwarna putih dan bertanduk. Beliau sendiri yang menyembelihnya dengan menyebut nama Allah dan bertakbir, serta meletakkan kaki beliau di sisi tubuh domba itu“. (Muttafaqun ‘Alaihi).

Kedelapan :Dilarang Mencabut Atau Memotong Rambut Dan Kuku Bagi Orang Yang Hendak Berkurban.

Diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya, dari Ummu Salamah Radhiyallhu ‘anha bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

إذا رأيتم هلال ذي الحجة وأراد أحدكم أن يضّحي فليمسك عن شعره وأظفاره

“Jika kamu melihat hilal bulan Dzul Hijjah dan salah seorang di antara kamu ingin berkurban, maka hendaklah ia menahan diri dari (memotong) rambut dan kukunya“.

Dalam riwayat lain :

فلا يأخذ من شعره ولا من أظفاره حتى يضحي

“Maka janganlah ia mengambil sesuatu dari rambut atau kukunya sehingga ia berkurban“.

Hal ini, mungkin, untuk menyerupai orang yang menunaikan ibadah haji yang menuntun hewan kurbannya.

Firman Allah.

وَلا تَحْلِقُوا رُءُوسَكُمْ حَتَّى يَبْلُغَ الْهَدْيُ مَحِلَّه

“….. dan jangan kamu mencukur (rambut) kepalamu, sebelum kurban sampai di tempat penyembelihan…”. (al-Baqarah/2 : 196).

Kesembilan : Mengerjakan sholat Idul Adha dan mendengarkan khutbahnya: sholat seperti pada hari Idul Fitri, Imam Ridha as kepada orang-orang disekitarnya berkata, pakailah pakaian biasa, lepaskan sepatu dan sandal kalian, singsingkan lengan baju kalian serta ulangilah zikir yang aku ucapkan. Imam kemudian memakai imamah dan pakaian seperti yang dipakai Rasulullah. Tongkatnya pun dibawa seperti saat Rasulullah membawanya. Dengan kaki telanjang, Imam keluar dari rumah dan dengan suara yang menggelegar mulai mengucapkan takbir Idul Fitri.

«اللَّهُ اکبَرُ، اللَّهُ اکبَرُ، لا اله الاالله و اللَّهُ اکبَرُ، الله اکبرو لله الحمد، الحمدلله عَلى‌ ما هَدانا، وَ لَهُ الشُّکرُ عَلى‌ ما اوْلانا».

Telah bertahun-tahun masyarakat tidak mendengar zikir seperti ini. Masyarakat ketika menyaksikan kondisi Imam berubah dan air mata mengalir dari mata beliau, dengan spirit penuh mereka mengulangi zikir yang dilantunkan Imam Ridha. Makmun juga mengirim pada komandan militer dan pemimpin kabilah untuk menunaikan salat Idul Fitri bersama Imam. Mereka sesuai dengan kebiasaan para khalifah, memakai pakaian yang indah dan mahal, menaiki kuda yang mahal serta menggantungkan pedang keemasan di pinggang.

Setiap muslim hendaknya memahami hikmah hari raya idul adha yang mana hari bersyukur dan beramal kebajikan. Maka janganlah dijadikan sebagai hari keangkuhan dan kesombongan; janganlah dijadikan kesempatan bermaksiat dan bergelimang dalam kemungkaran seperti; nyanyi-nyanyian, main judi, mabuk-mabukan dan sejenisnya. Hal mana akan menyebabkan terhapusnya amal kebajikan yang dilakukan selama sepuluh hari.

Kesepuluh: Dianjurkan melakukan hal-hal berikut

Hendaknya setiap muslim dan muslimah mengisi hari-hari ini dengan melakukan ketaatan, dzikir dan syukur kepada Allah, melaksanakan segala kewajiban dan menjauhi segala larangan ; memanfaatkan kesempatan ini dan berusaha memperoleh kemurahan Allah agar mendapat ridha-Nya.

Begitu banyak hadist shahih tentang keutamaan 10 Hari Dzulhijjah ini. Apa sebabnya? Al-Hafidz Ibnu Hajar menganalisa:

وَالَّذِي يَظْهَرُ أَنَّ السَّبَبَ فِي امتياز عَشْرِ ذِي الْحِجَّةِ لِمَكَانِ اجْتِمَاعِ أُمَّهَاتِ الْعِبَادَةِ فِيهِ وَهِيَ الصَّلَاةُ وَالصِّيَامُ وَالصَّدَقَةُ وَالْحَجُّ وَلَا يَتَأَتَّى ذَلِكَ فِي غَيْرِهِ وَعَلَى هَذَا هَلْ يَخْتَصُّ الْفَضْلُ بِالْحَاجِّ أَوْ يَعُمُّ الْمُقِيمَ فِيهِ احْتِمَالٌ

“Secara dzahir faktor keutamaan pada 10 Dzulhijjah adalah karena di hari-hari tersebut ada banyak pokok-pokok ibadah, yakni shalat, puasa, sedekah (Qurban) dan haji. Keutamaan ini tidak dijumpai di bulan lain. Apakah keutamaan ini hanya tertentu bagi orang yang haji saja atau juga merata kepada orang yang tidak haji? Boleh jadi” (Fath Al-Bari, 2/460).

sekian dulu penjelasan tentang puasa arafah wa tarwiyah. semoga itu menjadi amal yang baik di dunia , agama dan akhirat.amiin...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ISI MATERI ISLAMI

BULAN GERHANA

Tempat Tinggal Kita Bumi Bumi merupakan planet ketiga terdekat dari Matahari, dan sejauh yang diketahui sebagai satu-satunya yang dihuni mak...

DAFTAR MATERI ISLAMI AL MAHDI