IMAM AL MAHDI VERSI AHLUL BAIT AS DAN ADWAJA
Hadits shohih tentang imam al mahdi kemunculannya pada akhir zaman sebagai tanda dari tanda-tanda Kiamat.
a. Diriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَخْرُجُ فِيْ آخِرِ أُمَّتِـي الْمَهْدِيُّ؛ يُسْقِيْهِ اللهُ الْغَيْثَ، وَتُخْرِجُ اْلأَرْضُ نَبَاتَهَا، وَيُعْطِى الْمَالَ صِحَاحًا، وَتَكْثُرُ الْمَاشِيَةُ، وَتَعْظُمُ اْلأُمَّةُ، يَعِيْشُ سَبْعًا أَوْ ثَمَانِيًا (يَعْنِي: حِجَجًا).
“Pada akhir umatku akan keluar al-Mahdi. Allah menurunkan hujan kepadanya, bumi mengeluarkan tumbuhannya, harta akan dibagikan secara merata, binatang ternak melimpah dan umat menjadi mulia, dia akan hidup selama tujuh atau delapan (yakni, musim haji).
”[2] b. Dan darinya (Abu Sa’id) Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أُبَشِّرُكُمْ بِالْمَهْدِيِّ؛ يُبْعَثُ عَلَـى اخْتِلاَفٍ مِنَ النَّاسِ وَزَلاَزِلَ، فَيَمْلأُ اْلأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلاً كَمَا مُلِئَتْ جُوْرًا وَظُلْمًا، يُرْضِـى عَنْهُ سَاكِنُ السَّمَاءِ وَسَاكِنُ اْلأَرْضِ، يَقْسِمُ الْمَالَ صِحَاحًا.
‘Aku berikan kabar gembira kepada kalian dengan al-Mahdi, yang diutus saat manusia berselisih dengan banyaknya keguncangan. Dia akan memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana telah dipenuhi dengan kelaliman dan kezhaliman sebelumnya. Penduduk langit dan penduduk bumi meridhainya, ia akan membagikan harta dengan cara shihaah (merata).’ Seseorang bertanya kepada beliau, ‘Apakah shihaah itu?’ Beliau menjawab, ‘Dengan merata di antara manusia.’” Beliau bersabda:
وَيَمْلأُ اللهُ قُلُوْبَ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللّٰـهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غِنًـى، وَيَسَعُهُمْ عَدْلُهُ، حَتَّى يَأْمُرَ مُنَادِيًا، فَيُنَادِيْ، فَيَقُوْلُ: مَنْ لَهُ فِـي مَالٍ حَاجَةٌ؟ فَمَا يَقُوْمُ مِنَ النَّاسِ إِلاَّ رَجَلٌ، فَيَقُوْلُ: اِئْتِ السَّدَّانَ -يَعْنِي: الْخَازِنَ-، فَقُلْ لَهُ: إِنَّ الْمَهْدِيَّ يَأْمُرُكَ أَنْ تُعْطِيْنِيْ مَالاً. فَيَقُوْلُ لَهُ: اِحْثِ، حَتَّـى إِذَا حَجَرَهُ وَأَبْرَزَهُ؛ نَدِمَ، فَيَقُوْلُ: كُنْتُ أَجْشَعَ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ نَفْسًا، أَوْ عَجِزَ عَنِّي مَا وَسِعَهُمْ؟ قَالَ: فَيَرُدُّهُ، فَلاَ يُقْبَلُ مِنْهُ فَيُقَالُ لَهُ: إِنَّا لاَ نَاْخُذُ شَيْئًا أَعْطَيْنَاهُ، فَيَكُوْنُ كَذَلِكَ سَبْعَ سِنِيْنَ أو ثَمَانِ سِنِيْنَ أَوْتِسْعَ سِنِيْنَ، ثُمَّ لاَ خَيْرَ فِي الْعَيْشِ بَعْدَهُ أَوْ قَالَ: ثُمَّ لاَ خَيْرَ فِي الْحَيَاةِ بَعْدَهُ.
“Dan Allah memenuhi hati umat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan kekayaan (rasa puas), meliputi mereka dengan keadilannya, sehingga dia memerintah seorang penyeru, maka penyeru itu berkata, ‘Siapakah yang memerlukan harta?’ Lalu tidak seorang pun berdiri kecuali satu orang. Dia (al-Mahdi) berkata, ‘Temuilah penjaga (gudang harta) dan katakan kepadanya, ‘Sesungguhnya al-Mahdi memerintahkan mu untuk memberikan harta kepadaku.’ Kemudian dia (penjaga) berkata kepadanya, ‘Ambillah sedikit!’ Sehingga ketika dia telah menyimpan di pangkuannya dan menampak-kannya, dia menyesal dan berkata, ‘Aku adalah umat Muhammad yang jiwanya paling rakus, atau aku tidak mampu mencapai apa yang mereka capai?’” Beliau berkata, “Lalu dia mengembalikannya dan harta itu tidak diterima, maka para penjaga gudang harta berkata padanya, ‘Sesungguhnya kami tidak menerima apa-apa yang telah kami berikan.’ Demikian-lah yang akan terus terjadi selama tujuh tahun atau delapan tahun atau sembilan tahun, kemudian tidak ada lagi kehidupan yang baik setelah itu.” Atau beliau berkata, “Kemudian tidak ada lagi hidup yang baik se-telahnya.
[3] Hadits ini menunjukkan bahwa setelah kematian al-Mahdi akan muncul kejelekan dan berbagai fitnah besar.
c. Diriwayatkan dari ‘Ali Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اَلْمَهْدِيُّ مِنَّا أَهْلَ الْبَيْتِ، يُصْلِحُهُ اللهُ فِيْ لَيْلَةٍ.
‘Al-Mahdi dari keturunan kami; Ahlul Bait, Allah akan memperbaikinya dalam satu malam.’”[4] Ibnu Katsir berkata, “Maknanya adalah memberikan taubat, memberikan taufik kepadanya, mengilhaminya, dan membimbingnya padahal sebelumnya tidak demikian.”[5] d. Diriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اَلْمَهْدِيُّ مِنِّي، أَجْلَى الْجَبْهَةِ، أَقْنَى اْلأَنْفِ، يَمْلأُ اْلأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلاً كَمَا مُلِئَتْ ظُلْمًا وَجُوْرًا، يَمْلِكُ سَبْعَ سِنِيْنَ.
‘Al-Mahdi dari keturunanku, dahinya lebar, hidungnya mancung. Dia akan memenuhi bumi dengan keadilan, sebagaimana bumi telah dipenuhi dengan kezhaliman dan kelaliman sebelumnya. Dia akan berkuasa selama tujuh tahun.’
”[6] e. Diriwayatkan dari Ummu Salamah Radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اَلْمَهْدِيُّ مِنْ عِتْرَتِيْ، مِنْ وَلَدِ فَاطِمَةَ.
‘Al-Mahdi berasal dari Ahlul Baitku, dari keturunan Fathimah.’”[7] f. Diriwayatkan dari Jabir Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَنْزِلُ عِيْسَى بْنُ مَرْيَمَ، فَيَقُوْلُ أَمِيْرُهُمْ اَلْمَهْدِيُّ: تَعَالَ صَلِّ بِنَا، فَيَقُوْلُ: لاَ؛ إِنَّ بَعْضَهُمْ أَمِيْرُ بَعْضٍ؛ تَكْرِمَةَ اللهِ هَذِهِ اْلأُمَّةَ. ‘
‘Isa bin Maryam turun, lalu pemimpin mereka, al-Mahdi berkata, ‘Shalatlah mengimami kami!’ Dia berkata, ‘Tidak, sesungguhnya sebagian dari kalian adalah pemimpin bagi sebagian yang lainnya, sebagai suatu kemuliaan yang Allah berikan kepada umat ini.’”
[8] g. Diriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مِنَّا الَّذيْ يُصَلِّي عِيْسَى بْنُ مَرْيَمَ خَلْفَهُ. ‘Orang yang menjadi imam bagi ‘Isa bin Maryam di dalam shalatnya adalah dari golongan kami.’”[9] h. Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ber-sabda: لاَ تَذْهَبُ أَوْ لاَ تَنْقَضِي الدُّنْيَا حَتَّى يُمْلِكَ الْعَرَبُ رَجَلٌ مِنْ أَهْلِ بَيْتِيْ، يُوَاطِىءُ اِسْمُهُ اِسْمِيْ. ‘Dunia tidak akan hilang atau tidak akan lenyap hingga seseorang dari Ahlul Baitku menguasai bangsa Arab, namanya sama dengan namaku.”[10] Dalam satu riwayat: يُوَاطِىءُ اِسْمُهُ اِسْمِيْ وَاسْمُ أَبِيْهِ اِسْمَ أَبِيْ. “Namanya sama dengan namaku dan nama bapaknya sama dengan nama bapakku.”[11] [Disalin dari kitab Asyraathus Saa’ah, Penulis Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil, Daar Ibnil Jauzi, Cetakan Kelima 1415H-1995M, Edisi Indonesia Hari Kiamat Sudah Dekat, Penerjemah Beni Sarbeni, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir
_______
Footnote [1]. Syaikh ‘Abdul ‘Alim bin ‘Abdil ‘Azhim telah melakukan penelitian berbagai pendapat tentang hadits-hadits al-Mahdi di dalam risalahnya yang berjudul al-Ahaadiits fil Mahdi fii Miizaanil Jarh wat Ta’diil untuk mendapatkan gelar S2. Beliau menyebutkan para imam yang meriwayatkannya, menyebutkan pendapat para ulama tentang sanad untuk setiap hadits, hukum atasnya, kemudian hasil yang didapatkannya. Maka siapa saja yang ingin mendapatkan penjelasan lebih luas, hendak-lah ia membaca risalah tersebut, karena ia adalah rujukan paling luas dalam pembicaraan tentang hadits-hadits al-Mahdi, sebagaimana dikatakan oleh Syaikh ‘Abdul Muhsin al-‘Abbad di dalam Majallah al-Jaami’ah al-Islaamiyah (edisi 45/hal. 323). , al-‘Allamah Ibnul Qayyim dalam kitabnya al-Manaarul Muniif fish Shahiihi wadh Dha’iif (hal. 142 dan yang setelahnya), tahqiq Syaikh ‘Abdul Fattah Abu Ghuddah, dan dishahihkan pula oleh al-Hafizh Ibnu Katsir dalam kitabnya an-Nihaayah/al-Fitan wal Malaahim (I/24-32) tahqiq Dr. Thaha Zaini, dan para ulama lainnya sebagaimana akan dijelaskan. [2]. Mustadrak al-Hakim (IV/557-558), sepakati oleh adz dzaabi berkata, “Ini adalah sanad yang shahih, perawinya tsiqat.” Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah (II/336, no. 711). Dan lihat Risalah ‘Abdul ‘Alim Ahaadiitsul Mahdi fii Miizaanil Jarh wat Ta’diil (hal. 127-128). [3]. Musnad Imam Ahmad (III/37, Muntakhab al-Kanz). Al-Haitsami berkata, “Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan selainnya dengan banyak diringkas, dan diriwayatkan oleh Ahmad dengan sanad-sanadnya, Abu Ya’la dengan sangat diringkas dan para perawi keduanya tsiqat.” Majmaa’uz Zawaa-id (VII/313-314). Lihat ‘Aqidatu Ahlis Sunnah wal Atsar fil Mahdil Muntazhar (hal. 177), karya Syaikh ‘Abdul Muhsin al-‘Abbad. [4]. Musnad Ahmad (II/58, no. 645), tahqiq Ahmad Syakir, beliau berkata, “Sanadnya shahih,” dan Sunan Ibni Majah (II/1367). Dan hadits ini dishahihkan Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir (VI/22, no. 6611). [5]. An-Nihaayah fil Fitan wal Malaahim (I/29) tahqiq Dr. Thaha Zaini. [6]. Sunan Abi Dawud, kitab al-Mahdi (XI/375, no. 4265), dan Mustadrak al-Hakim (IV/557), Al-Mundziri mengomentari sanad Abu Dawud, “Di dalam sanadnya ada ‘Imran al-Qaththan, dia adalah Abul ‘Awam ‘Imran bin Dawir al-Qaththan al-Bashri. Al-Bukhari menjadikannya sebagai penguat, ‘Affan bin Muslim mentsiqatkannya, dan Yahya bin Sa’id al-Qaththan memujinya, sedangkan Yahya bin Ma’in dan an-Nasa-i melemahkannya.” Aunul Ma’buud (XI/375). Adz-Dzahabi berkata dalam al-Miizaan, “Ahmad berkata, ‘Aku berharap dia sebagai perawi yang haditsnya shalih (baik).’” Abu Dawud berkata, “Lemah.” Miizaanul I’tidaal (III/236). Ibnu Hajar mengomentarinya, “Shaduq Yuhammu, dan dituduh sebagai orang yang berpola pikir Khawarij.” Taqriibut Tahdziib (II/83). Ibnul Qayyim mengomentari sanad Abu Dawud, “Jayyid,” al-Manaarul Muniif (hal. 144) tahqiq Syaikh ‘Abdul Fattah Abu Ghuddah.Shahiihul Jaami’ (VI/22-23, no. 6616). [7]. Sunan Abi Dawud (XI/373), dan Sunan Ibni Majah (II/1368). As -Shahiihul Jaami’, “Shahih.” (VI/22, no. 6610). Lihat Risalah ‘Abdul ‘Alim tentang al-Mahdi (hal. 160). [8]. HR. Al-Harits bin Abi Usamah dalam Musnadnya, begitu juga diriwayatkan dalam al-Manaarul Muniif, karya Ibnul Qayyim (hal. 147-148), dan al-Haawi fil Fataawaa’, karya as-Suyuthi (II/64). Ibnul Qayyim berkata, “Ini adalah sanad yang jayyid.” Dishahihkan oleh ‘Abdul ‘Alim di dalam risalahnya tentang al-Mahdi (hal. 144). [9]. HR. Abu Nu’aim dalam Akhbaarul Mahdi sebagaimana dikatakan oleh as-Suyuthi di dalam al-Haawi 2 hal 64 al-Manawi dalam Faidhul Qadiir (VI/17)“Shahih.” Lihat Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir (V/219, no. 5796). ‘Abdul ‘Alim berkata dalam risalahnya, “Sanadnya hasan dengan beberapa penguat.” (hal. 241). [10]. Musnad Ahmad (V/199, no. 485), tahqiq Ahmad Syakir, beliau berkata, “Sanadnya shahih.” At-Tirmidzi (VI/485), beliau berkata, “Hadits ini hasan shahih.” Dan Sunan Abi Dawud (XI/371). [11]. Sunan Abi Dawud (XI 370).“Shahih,” Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir (V/70-71, no. 5180). Lihat Risaalah ‘Abdul ‘Alim fil Mahdi (hal. 202 dan Kedua riwayat ini semuanya berporos kepada ‘Ashim bin Abi an-Najwad, dia perawi tsiqah dengan haditsnya yang hasan. Imam Ahmad mengomentarinya, “Dia seorang yang shalih, dan aku memilih riwayat dari sahabat-sahabatnya,” Abu Hatim mengomentari beliau, “Ia terdaftar dalam catatanku sebagai orang yang jujur, haditsnya shalih, dan dia tidak disebut sebagai orang yang banyak riwayat hadits dengan keadaan-nya itu.”
Nabi muhammad SAW bersabda :
عن عَبْدِ الله قَالَ: قَالَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم: لاَ تَذْهَبُ الدّنْيَا حَتّى يَمْلِكَ العَرَبَ رَجُلٌ مَنْ أَهْلِ بَيْتِي يُوَاطِئُ اسْمَهُ اسْمِي
Dari Abdullah (bin Mas'ud) berkata, Rasulullah SAW bersabda: "Tidak hancur dunia (kiamat) sampai orang Arab memiliki seorang laki-laki dari keturunanku yang namanya sama dengan namaku." (HR. At-Tirmidzi)
A. (khilafah ala minhajin nubuwwah), dan kepemimpinan dua belas lelaki, atau khalifah atau amir.
عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ رضي الله عنه قَالَ إِنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: تَكُوْنُ النُّبُوَّةُ فِيْكُمْ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُوْنَ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى إِذَا شَاءَ، ثُمَّ تَكُوْنُ الْخِلاَفَةُ عَلىَ مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُوْنُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُوْنَ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا، ثُمَّ يَكُوْنُ مُلْكًا عَاضًّا فَتَكُوْنُ مُلْكًا مَا شَاءَ اللهُ، ثُمَّ يَرْفَعُهُ إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهُ ثُمَّ تَكُوْنُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً، ثُمَّ تَكُوْنُ خِلاَفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ، ثُمَّ سَكَتَ. قَالَ حَبِيبٌ فَلَمَّا قَامَ عُمَرُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ وَكَانَ يَزِيدُ بْنُ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ فِي صَحَابَتِهِ فَكَتَبْتُ إِلَيْهِ بِهَذَا الْحَدِيثِ أُذَكِّرُهُ إِيَّاهُ فَقُلْتُ لَهُ إِنِّي أَرْجُو أَنْ يَكُونَ أَمِيرُ الْمُؤْمِنِينَ يَعْنِي عُمَرَ بَعْدَ الْمُلْكِ الْعَاضِّ وَالْجَبْرِيَّةِ فَأُدْخِلَ كِتَابِي عَلَى عُمَرَ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ فَسُرَّ بِهِ وَأَعْجَبَهُ.“ Dari Hudzaifah bin al-Yaman radhiyallahu ‘anhu, berkata: “Sesungguhnya Nabi bersabda: ‘Kenabian akan menyertai kalian selama Allah menghendakinya, kemudian Allah mengangkat kenabian itu bila menghendakinya. Kemudian akan datang khilafah sesuai dengan jalan kenabian (khilafah 'ala minhajin nubuwwah) pada waktu Allah menghendakinya. Kemudian Allah mengangkatnya apabila menghendakinya. Kemudian akan datang kerajaan yang menggigit dalam waktu yang Allah kehendaki. Kemudian Allah mengangkatnya apabila menghendakinya dan diganti dengan kerajaan yang memaksakan kehendaknya. Kemudian akan datang khilafah sesuai dengan jalan kenabian.’ Lalu Nabi diam.” Habib bin Salim berkata: ‘Setelah Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah, sedangkan Yazid bin al-Nu’man bin Basyir menjadi sahabatnya, maka aku menulis hadits ini kepada Yazid. Aku ingin mengingatkannya tentang hadits ini [yang aku riwayatkan dari ayahnya]. Lalu aku berkata kepada Yazid dalam surat itu: ‘Sesungguhnya aku berharap bahwa Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz adalah khalifah yang mengikuti minhaj al-nubuwwah sesudah kerajaan yang menggigit dan memaksakan kehendak. Kemudian suratku mengenai hadits ini disampaikan kepada Umar bin Abdul Aziz, dan ternyata beliau merasa senang dan kagum dengan hadits ini’.” (HR. Ahmad, al-Bazzar, Abu Dawud, al-Baihaqi, dan lain-lain). Berdasar riwayat ini ada banyak ulama yang menyatakan bahwa khilafah ala minhajin nubuwwah ini sudah tergenapi oleh Khalifah Umar ibn Abdul Aziz. Sementara, ada pula ulama yang menyatakan bahwa khilafah ala minhajin nubuwwah ini adalah Al-Mahdi akhir zaman. Tentang dua belas pemimpin, bahwa umat Islam akan kokoh dalam persatuan selama dipimpin oleh dua belas orang ini. Dalam Shahih Muslim, hadits nomor 3393, dan Sunan Abi Daud, hadits nomor 4279, dan 4280, digunakan istilah khalifah untuk dua belas pemimpin ini. Sementara dalam Shahih al-Bukhari, nomor hadits 7222 memakai istilah Amir. Demikianlah, Rasulullah memerintahkan manusia untuk taat kepada pemimpin, adakalanya memakai istilah imam, sultan, dan amir.
لا يزال هذا الدين قائما حتى يكون عليكم اثنا عشر خليفة، كلهم تجتمع عليه الأمة
"Agama ini akan selalu tegak sampai ada bagi kalian, 12 khalifah. Mereka semua disepakati oleh umat" (HR. Abu Dawud: 4279).
Para ulama berbeda pendapat, apakah dua belas khalifah itu sudah terjadi, ataukah ada yang belum terjadi. Bagi yang memahami sudah terjadi, maka dengan menghitung khulafaur Rasyidin, Hasan, Muawiyah, Umar bin Abdul Aziz, dan beberapa khalifah dari Bani Umayyah, dan atau diakhiri dengan Abbasiyah. Baik dengan menghitung Umar ibn Abdul Aziz sebagai khalifah terakhir dari dua belas orang itu, atau memasukkan beliau sebagai salah salah satunya, yang jelas bagi yang berpandangan bahwa dua belas pemimpin ini telah berlalu, maka kesimpulannya, khalifah yang bermanhaj ala nubuwwah berkaitan dengan akhir dari dua belas khalifah. Sementara, bagi yang berpendapat bahwa dua belas khalifah itu belum berakhir, karena masanya hingga menjelang kiamat, maka hitungan yang disepakati adalah empat Khulafaur Rasyidin, Sayyidina Hasan, dan Umar ibn Abdul Aziz. Al-Hafidz Jalaluddin as Suyuthi dalam Tarikh al-Khulafa' menyatakan,
وعلى هذا فقد وجد من الاثنى عشر خليفة الخلفاء الأربعة والحسن ومعاوية وابن الزبير وعمر بن عبد العزيز هؤلاء ثمانية ويحتمل أن يضم إليهم المعادي من العباسيين لأنه فيهم كعمر بن عبد العزيز فى بني أمية وكذلك الطاهر لما أوتيه من العدل. وبقي الإثنان المنتظران أحدهما المهدي لأنه من آل بيت محمد صلى الله عليه وسلم
Dengan demikian, berarti dua belas khalifah telah ada delapan orang, yaitu Khulafaur Rasyidin yang empat (Abu Bakr, Umar, Utsman, Ali), Hasan, Muawiyah, Abdullah bin Zubair, dan Umar bin Abdul Aziz. Jumlah ini mungkin dapat ditambah dengan al-Muhtadi dari Bani Abbasiyah yang kedudukannya seperti Umar bin Abdul Aziz dari Bani Umayyah, dan dengan az-Zahir karena dengan keadilannya. Tinggal dua khalifah lagi yang kita tunggu, yang salah satunya adalah al-Mahdi dari ahli bait Rasulullah. Pemahaman bahwa kepemimpinan ideal terwujud di akhir zaman karena memang sudah dinubuatkan oleh Rasulullah tentu menenangkan kita semua. Artinya, khalifah akhir zaman yang sesuai dengan manhaj nabi dan mengokohkan dakwah Islam sebagai rahmat bagi alam itu pasti akan datang.
salah seorang perawinya- berkata:
قُلْتُ لأَبِيْ نَضْرَةَ وَأَبِي الْعَلاَءِ: أَتَرَيَانِ أَنَّهُ عُمَرُ بْنُ عَبْدَالْعَزِيْزِ؟ فَقَالاَ: لاَ.
“Aku berkata kepada Abu Nadhrah[4] dan Abil ‘Ala, ‘Apakah kalian berpendapat bahwa ia adalah ‘Umar bin ‘Abdil ‘Aziz?’ Beliau menjawab, ‘Tidak.’”
hadits yang diriwayatkan oleh al-Harits bin Abi Usamah dalam Musnadnya dari Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu anhuma, beliau berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَنْزِلُ عِيْسَى بْنُ مَرْيَمَ، فَيَقُوْلُ أَمِيْرُهُمُ الْمَهْدِيُّ… ‘‘Isa bin Maryam akan turun, sementara pemimpin mereka al-Mahdi berkata….
--------------------------------
Beliau adalah al-Mundzir bin Malik bin Qith’ah al-‘Abadi al-Bashri, perawi tsiqah, beliau meriwayat-kan dari beberapa Sahabat. Wafat pada tahun 108 H rahimahullah. Lihat Tahdziibut Tahdziib (X/302-303). Beliau adalah Yazid bin ‘Abdillah bin asy-Syikhir al-‘Amiri, seorang Tabi’in, tsiqah, beliau meriwayatkan dari sekelompok Sahabat. Wafat pada tahun 108 H rahimahullah. Lihat Tahdziibut Tahdziib (XI/341). Shahiih Muslim, kitab al-Fitan wa Asyraathus Saa’ah (XVIII/38-39, Syarh an-Nawawi), dan diriwayat-kan pula oleh al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah bab al-Mahdi (XV/86-87), tahqiq Syu’aib al-Arna-uth. Al-Baghawi berkata, “Hadits ini shahih, diriwayatkan oleh Muslim.”
a.Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, beliau berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
كَيْفَ أَنْتُمْ إِذَا نَزَلَ اِبْنُ مَرْيَمَ فِيْكُمْ، وَإِمَامُكُمْ مِنْكُمْ؟
‘Bagaimanakah keadaan kalian ketika putera Maryam turun di tengah kalian, sedangkan imam kalian dari kalangan kalian?!’”
b. Diriwayatkan dari Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu anhuma, beliau berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِيْ يُقَاتِلُوْنَ عَلَى الْحَقِّ، ظَاهِرِيْنَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. قال: فَيَنْزِلُ عِيْسَى بْنُ مَرْيَمَ، فَيَقُوْلُ أَمِيْرُهُمْ: تَعَالَ صَلِّ لَنَا فَيَقُوْلُ: لاَ؛ إِنَّ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ أُمْرَاءُ؛ تَكْرِمَةَ اللهِ هَذِهِ اْلأُمَّةَ..
‘Senantiasa sekelompok dari umatku berjuang di atas kebenaran, mereka akan tetap ada sampai hari Kiamat.’ Beliau bersabda, ‘Lalu ‘Isa bin Maryam turun, pemimpin mereka berkata, ‘Kemarilah, shalatlah meng-imami kami.’ Lalu dia berkata, ‘Tidak, sesungguhnya sebagian dari kalian adalah pemimpin bagi sebagian yang lainnya sebagai kemuliaan yang Allah berikan kepada umat ini.’”
c. Diriwayatkan dari Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu anhuma, beliau berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَكُوْنُ فِيْ آخِرِ أُمَّتِيْ خَلِيْفَةٌ يَحْثِي اْلَمَالَ حَثْيًا لاَ يَعُدُّهُ عَدَدًا.
‘Di akhir umatku akan ada seorang khalifah yang akan membagi-bagikan harta dengan kedua tangannya tanpa ada yang dapat menghitungnya.’” Al-Jurairi.
-------------------------
keterangan lebih jelasnya
_______ Footnote
[a]. Shahiih al-Bukhari, kitab Ahaadiitsul Anbiyaa’, bab Nuzuulu ‘Isa bin Maryam Alaihissallam (VI/491), dan Shahiih Muslim, kitab al-Iimaan, bab Nuzuulu ‘Isaa bin Maryam Haakiman (II/193, Syarh an-Nawawi). [b]. Shahiih Muslim, kitab al-Iimaan, bab Nuzuulu ‘Isa bin Maryam Haakiman (II/193-194, Syarh an-Nawawi). [c]. Beliau adalah Abu Mas’ud Sa’id bin Iyas al-Jurairi al-Bashri, seorang ahli hadits di Bashrah, tsiqah, dan 3 tahun sebelum dia wafat. Wafat pada tahun 144 H rahimahullah.
-----------------
Dalam al-Mustadrak 'ala -as-Shahihayn, Imam At-Tirmidzi meriwayatkan hadits dengan judul Babu "Ma Jaa fi al-Mahdi."
حدثنا عبيد بن أسباط بن محمد القرشي الكوفي قال حدثني أبي حدثنا سفيان الثوري عن عاصم بن بهدلة عن زر عن عبد الله قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لا تذهب الدنيا حتى يملك العرب رجل من أهل بيتي يواطئ اسمه اسمي قال أبو عيسى وفي الباب عن علي وأبي سعيد وأم سلمة وأبي هريرة وهذا حديث حسن صحيح
Artinya, “Dari Abdullah (bin Mas'ud) berkata, Rasulullah bersabda, ‘Tidak hancur dunia (kiamat) hingga menguasai Arab seorang laki-laki dari keturunanku, yang namanya sama dengan namaku’.” (HR At-Tirmidzi, 2230). Dalam banyak hadits digambarkan bahwa masa sebelum al-Mahdi itu adalah masa yang penuh kezaliman, kesewenangan, dan perebutan kekuasaan. Hadits di bawah ini menyatakan bawah fase sebelum al-Mahdi adalah fase kekuasan diktator (memaksakan kehendak).
وأخرج الطبراني فى "الكبير" وابن منده وابو نعيم وابن عساكر عن قيس بن جابر عن ابيه عن جده أن النبي صلى الله عليه وآله وسلم قال: سيكون من بعدي خلفاء ومن بعد الخلفاء أمراء ومن بعد الأمراء ملوك ومن بعد الملوك جبابرة، ثم يخرج رجل من أهل بيتي يملأ الأرض عدلا كما ملئت جورا، ثم يأمر بعده القحطاني، فوالذي بعثني بالحق ما هو دونه
Al-Hafidz At-Thabarany telah men-takhrij dalam al-Mu'jam al-Kabir, Ibn Mundih, Abu Nu'aim, dan Ibn Asakir dari Qais ibn Jabir, dari ayahnya, dari kakeknya, bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam bersabda, "Akan ada setelah masaku para khalifah, setelahnya adalah para amir, dan setelahnya adalah para raja, dan setelahnya adalah (para penguasa) yang diktator. Kemudian akan muncul seorang lelaki dari keluargaku, yang memenuhi bumi dengan keadilan, sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kesewenangan. Kemudian memerintah setelahnya adalah al-Qahthany. Demi Zat yang mengutusku dengan membawa kebenaran, tiadalah al-Qahthany itu di bawah lelaki itu (al-Mahdi).” Bahwa sebelum al-Qahthani itu adalah kepemimpinan seorang lelaki dari keturunan Rasulullah; al-Mahdi, disebutkan secara eksplisit dari riwayat Nuaim,
وخرج نعيم أيضا عن قيس بن جابر عن أبيه مرفوعا، القحطاني بعد المهدي، وما هو دونه Nuaim juga mentakhrij dari Qais ibn Jabir, dari ayahnya, secara marfu', "Al-Qahthani itu setelah al-Mahdi, dan ia (al-Qahthani) tidak berada di bawahnya (al-Mahdi)." Dari hadits itu, Rasulullah Muhammad membagi fase masa kepemimpinan setelahnya menjadi enam fase, yaitu
1. Khulafa'
2. Umara'
3. Muluk
4. Jababirah
5. Kepemimpinan dzuriyah Rasulullah yang menegakkan keadilan (al-Mahdi)
6. Al-Qahthany
Jika dalam hadits lain dinyatakan bahwa setelah fase jababirah itu ada fase khilafah ala minhajin nubuwwah, maka demikian juga hadits ini mengarah ke makna yang sama. Al-Munawi dalam Faidhul Qadir Syarah al-Jamiush Shaghir karya Al-Hafidz as-Suyuthi, menyatakan bahwa substansi khilafah itu adalah berhukum dengan keadilan. Maka fase selepas al-Jababirah ini adalah masa khilafah ala minhajin nubuwwah di akhir zaman, yaitu kepemimpinan al-Mahdi, lelaki keturunan Rasulullah Muhammad shalallahu alaihi wassalam. Dari hadits ini menjadi nyata bahwa sebelum kepemimpinan al-Mahdi itu bukan sistem khilafah yang menegakkan keadilan, melainkan al-Jababirah (kekuasaan diktator). Sehingga dengan demikian, bahwa Al-Mahdi adalah memenuhi khilafah 'ala minhajin nubuwwah yang menegakkan keadilan.Yang menarik, selepas al-Mahdi ada kepemimpinan definitif, yaitu al-Qahthany. Kepemimpinan al-Mahdi ini tak perlu diklaim oleh siapa pun, karena sesiapa yg mengklaim sebagai al-Mahdi, padahal bukan, maka ia akan ditolak oleh penduduk bumi dan langit. Padahal di antara tanda al-Mahdi yang benar adalah kepemimpinannya diridhai penduduk bumi dan langit, sebagaimana riwayat di bawah ini.
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " أُبَشِّرُكُمْ بِالْمَهْدِيِّ يُبْعَثُ فِي أُمَّتِي عَلَى اخْتِلَافٍ مِنَ النَّاسِ وَزَلَازِلَ ، فَيَمْلَأُ الْأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلًا ، كَمَا مُلِئَتْ جَوْرًا وَظُلْمًا ، يَرْضَى عَنْهُ سَاكِنُ السَّمَاءِ وَسَاكِنُ الْأَرْض... Artinya: "Aku berikan kabar gembira kepada kalian dengan datangnya al-Mahdi, yang dimunculkan kepada umatku ketika terjadi perselisihan dan kegoncangan di antara manusia, lalu bumi akan dipenuhi dengan keseimbangan dan keadilan sebagaimana ia telah dipenuhi oleh kejahatan dan kezhaliman. Penduduk langit dan bumi ridha dengannya..." (Musnad Ahmad bin Hanbal, 11332). Al-Hafidz Abu Daud Sulaiman ibn al-Asy'ats as-Sijistany (w.275 H), dalam Sunan Abi Daud mengoleksi dua belas hadits yang terkait dengan al-Mahdi dalam “Kitab al-Mahdi” (pembahasan tentang al-Mahdi). Dimulai dari hadits nomor 4279 hingga 4290. Di antara dua belas hadits tema al-Mahdi itu, ada dua hadits yang jelas menyebut nama al-Mahdi, sementara hadits lainnnya, adalah mengarah pada keadaan dan ciri al-Mahdi. Hadits dengan nomor 4284, dengan matan
سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: المهدي من عترتي من ولد فاطمة
Aku (Ummu Salamah) mendengar Rasulullah bersabda: "Al-Mahdi itu berasal dari keluargaku, dari keturunan Fathimah." Hadits nomor 4285, dengan matan
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: المهدي مني أجلى الجبهة، أقنى الأنف، يملأ الأرض قسطا وعدلا كما ملئت جورا وظلما Rasulullah bersabda: "Al-Mahdi itu dari keturunanku, dahinya lebar hidungnya mancung. Ia memenuhi bumi dengan kejujuran dan keadilan, sebagaimana sebelumnya bumi dipenuhi dengan kezaliman dan kelaliman."
عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: "لو لم يبق من الدنيا إلا يوم" قال زائدة فى حديثه "لطول الله ذلك اليوم" (ثم اتفقوا) "حتى يبعث فيه رجلا مني" أو "من أهل بيتي، يواطىء اسمه اسمي، واسم أبيه اسم أبي" زاد فى حديث فطر "يملأ الأرض قسطا وعدلا كما ملئت ظلما وجورا" وقال فى حديث سفيان "لا تذهب، أو لا تنقضى الدنيا حتى يملك العرب رجل من أهل بيتي، يواطئ اسمه اسمي" قال أبو داود : لفظ عمر وأبى بكر بمعنى سفيان
Dari Rasulullah, bersabda: "Sekiranya dunia ini tidak tersisa kecuali hanya sehari, Zaidah menyebutkan dalam haditsnya, "Maka Allah akan memanjangkan hari itu”, "kemudian mereka bersepakat—dalam menyebutkan lafadz—hingga Allah mengutus seorang laki-laki dariku, atau dari keluargaku; namanya sesuai dengan namaku, dan nama ayahnya juga sesuai dengan nama ayahku. Dalam hadits Fithr ditambahkan, "Ia akan memenuhi bumi dengan keadilan, sebagaimana kezaliman dan kelaliman pernah memenuhinya." Dalam hadits riwayat Sufyan beliau mengatakan: "(Dunia) tidak akan pergi, atau tidak akan hancur hingga seorang laki-laki dari ahli baitku menguasai Arab; namanya sesuai dengan namaku." Abu Daud berkata; "lafadz hadits Umar dan Abu Bkar semakna dengan lafadz Abu Sufyan." (HR. Abu Daud: 4282 dalam juz 4, halaman 106-107, cetakan Maktabah Dahlan, Indonesia). Al-Mahdi ini dibaiat di antara rukun Ka'bah dan Maqam Ibrahim, sebagaimana riwayat di bawah ini.
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ هِشَامٍ حَدَّثَنِى أَبِى عَنْ قَتَادَةَ عَنْ صَالِحٍ أَبِى الْخَلِيلِ عَنْ صَاحِبٍ لَهُ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ زَوْجِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ: يَكُونُ اخْتِلاَفٌ عِنْدَ مَوْتِ خَلِيفَةٍ فَيَخْرُجُ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ هَارِبًا إِلَى مَكَّةَ فَيَأْتِيهِ نَاسٌ مِنْ أَهْلِ مَكَّةَ فَيُخْرِجُونَهُ وَهُوَ كَارِهٌ فَيُبَايِعُونَهُ بَيْنَ الرُّكْنِ وَالْمَقَامِ وَيُبْعَثُ إِلَيْهِ بَعْثٌ مِنَ الشَّامِ فَيُخْسَفُ بِهِمْ بِالْبَيْدَاءِ بَيْنَ مَكَّةَ وَالْمَدِينَةِ فَإِذَا رَأَى النَّاسُ ذَلِكَ أَتَاهُ أَبْدَالُ الشَّامِ وَعَصَائِبُ أَهْلِ الْعِرَاقِ فَيُبَايِعُونَهُ بَيْنَ الرُّكْنِ وَالْمَقَامِ ثُمَّ يَنْشَأُ رَجُلٌ مِنْ قُرَيْشٍ أَخْوَالُهُ كَلْبٌ فَيَبْعَثُ إِلَيْهِمْ بَعْثًا فَيَظْهَرُونَ عَلَيْهِمْ وَذَلِكَ بَعْثُ كَلْبٍ وَالْخَيْبَةُ لِمَنْ لَمْ يَشْهَدْ غَنِيمَةَ كَلْبٍ فَيَقْسِمُ الْمَالَ وَيَعْمَلُ فِى النَّاسِ بِسُنَّةِ نَبِيِّهِمْ -صلى الله عليه وسلم- وَيُلْقِى الإِسْلاَمُ بِجِرَانِهِ إِلَى الأَرْضِ فَيَلْبَثُ سَبْعَ سِنِينَ ثُمَّ يُتَوَفَّى وَيُصَلِّى عَلَيْهِ الْمُسْلِمُونَ
“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al-Mutsanna, telah menceritakan kepada kami Mu’adz bin Hisyam, telah menceritakan kepada saya oleh ayahku, dari Qatadah dari Shalih Abi Al Khalil dari seorang temannya dari Ummu Salamah istri Nabi shallallahu alaihi wassalam dari Nabi shallallahu alaihi wassalam beliau bersabda, “Akan ada perselisihan pada saat matinya seorang khalifah. Maka keluarlah seorang laki-laki dari penduduk kota Madinah berlari menuju Makkah. Orang-orang dari penduduk Makkah mendatanginya, lalu mereka mengeluarkan laki-laki itu sedang laki-laki itu membencinya. Kemudian mereka membaiat laki-laki itu di antara rukun [Yamani] dan Maqam [Ibrahim], lalu dikirimkan kepadanya satu pasukan lalu pasukan itu ditenggelamkan di Baida` yang terletak antara Makkah dan Madinah. Maka tiba-tiba orang-orang melihat laki-laki itu didatangi oleh para Abdal dari Syam dan kelompok-kelompok dari Irak lalu mereka membaiat laki-laki itu di antara rukun [Yamani] dan Maqam [Ibrahim]. Lalu muncullah seorang laki-laki dari golongan Quraisy yang paman-pamannya dari suku Kalb, kemudian dia [Imam Mahdi] mengirimkan kepada mereka satu pasukan lalu pasukan itu pun mengalahkan mereka. Itu adalah pasukan suku Kalb, dan adalah suatu kerugian bagi siapa saja yang tidak mempersaksikan ghanimah dari Kalb itu. Kemudian dia [Imam Mahdi] mengamalkan di tengah manusia sunnah Nabi mereka dan menyebarkan Islam ke seluruh bumi. Dan dia [Imam Mahdi] akan tinggal selama tujuh tahun lalu meninggal dan disholatkan oleh kaum muslimin.” (HR Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, kitab al-Mahdi, juz 4/175 no 4288; Musnad Ahmad, 6/316 no 26731; at-Thabarani, al-Mu’jam al-Ausath, no 1153; Shahih Ibnu Hibban, 15/160 no 6757; Musnad Abu Ya’la, 12/369 no 6940; al-Hakim, al-Mustadrak, juz 4 no 8328).
a. Surah al-Qashash (28) : 5
وَ نُرِيْدُ أَنْ نَمُنَّ عَلَى الَّذِيْنَ اسْتُضْعِفُوْا فِي الْأَرْضِ وَ نَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَ نَجْعَلَهُمُ الْوَارِثِيْنَ
“Dan Kami ingin memberikan anugrah kepada orang-orang yang tertindas di muka bumi ini, menjadikan mereka para pemimpin, dan menjadikan mereka sebagai para pewaris.”
Secara lahiriah, ayat ini menggunakan kata kerja mudhâri’ dalam menjelaskan maksud Allah. Secara realita, janji-janji yang termaktub dalam ayat tersebut belum terealisasikan hingga sekarang. Dengan pemerintahan yang telah dibentuk oleh Rasulullah saw di Madinah yang berjalan kurang lebih selama sepuluh tahun, kami kira hal itu belum terwujudkan secara sempurna mengingat masih banyak pojok dunia yang belum pernah mencicipi lezatnya hukumnya Islam.
Menurut beberapa hadis, ayat ini mengindikasikan tentang Imam Mahdi as, bahwa semua janji Allah itu akan terwujud pada saat beliau turun ke bumi dan membentangkan sayap keadilan di atasnya. Dalam Nahjul Balâghah, Imam Ali as berkata:
لَتَعْطُفَنَّ الدُّنْيَا عَلَيْنَا بَعْدَ شِمَاسِهَا عَطْفَ الضَّرُوْسِ عَلَى وَلَدِهَا
“(Pada waktu itu), dunia akan menganugrahkan kelembutannya kepada kami setelah ia membangkang sebagaimana unta betina yang membangkang (baca: enggan memberi air susu kepada anaknya) menyayangi anaknya.”
Ibnu Abil Hadid berkata: “Para sahabat (baca: ulama) kita berpendapat bahwa beliau menjanjikan (kemunculan) seorang imam yang akan menguasai bumi dan menaklukkan seluruh kerajaan dunia.”
Dalam sebuah hadis yang lain beliau berkata: “Orang-orang tertindas di muka bumi yang termaktub di dalam al-Quran dan akan dijadikan para pewaris oleh Allah adalah kami, Ahlulbait. Allah akan membangkitkan Mahdi mereka yang akan memuliakan mereka dan menghinakan para musuh mereka.” [1]
b. Surah an-Nûr (24) : 56
وَعَدَ اللهُ الَّذِيْنَ آمَنُوْا مِنْكُمْ وَ عَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَ لَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِيْنَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَ لَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُوْنَنِيْ لاَ يُشْرِكُوْنَ بِيْ شَيْئًا وَ مَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُوْنَ
“Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal salih untuk menjadikan mereka sebagai khalifah di muka bumi ini sebagaimana Ia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka sebagai khalifah, menyebarkan bagi mereka agama yang telah diridhainya untuk mereka secara merata dan menggantikan ketakutan mereka dengan rasa keamanan (sehingga) mereka dapat menyembah-Ku dan tidak menyekutukan-Ku. Barangsiapa ingkar setelah itu, merekalah orang-orang yang fasiq.”
Secara lahiriah, kita dapat menagkap tiga janji dari ayat tersebut:
Pertama, menjadikan mereka sebagai khalifah di atas bumi ini.
Kedua, menyebarkan agama mereka (Islam) di atas bumi secara merata sehingga dapat dinikmati oleh seluruh penduduk dunia.
Ketiga, menggantikan rasa takut mereka dengan rasa aman sehingga mereka dapat menyembah Allah dengan penuh keleluasaan dan tidak menyekutukan-Nya.
Yang jelas, semua janji itu belum pernah terwujudkan hingga sekarang. Kapankah kita pernah merasakan Islam dijalankan secara sempurna? Oleh karena itu, dalam beberapa hadis Ahlulbait as, kita akan menemukan takwil dari ayat tersebut bahwa semua janji itu akan terealisasikan pada masa kemunculan Imam Mahdi as.
Dalam tafsir Majma’ al-Bayân disebutkan bahwa Imam Ali bin Husain as pernah membaca ayat tersebut. Setelah itu beliau berkata: “Demi Allah, mereka adalah para pengikut kami Ahlulbait as. Allah akan mewujudkan semua itu dengan tangan salah seorang dari kami. Ia Adalah Mahdi umat ini, dan ia adalah orang yang disabdakan oleh Rasulullah saw: “Jika tidak tersisa dari usia dunia ini kecuali satu hari, niscaya Allah akan memanjangkannya hingga seorang dari ‘Itrahku muncul. Namanya sama dengan namaku. Ia Akan memenuhi bumi ini dengan keadilan sebagaimana ia telah dipenuhi oleh kezaliman dan kelaliman.”[2] (Bersambung)
Tanpa diragukan lagi pembahasan tentang mahdi as telah tertera di pelbagai sumber dan kitab-kitab Islami. Rasul saw sendiri yang mengajarkan hal tersebut. Imam Ali as dan para imam yang lain juga tidak ketinggalan, mereka senantiasa menyinggung pembahasan yang satu ini dan mengulang-ulangnya. Para ulama dan pemuka sekte-sekte islam sepanjang sejarah juga satu demi satu di segenap penjuru Negara Islam telah menulis dan menyusun buku yang tidak sedikit jumlahnya.
Dengan pelbagai hal tersebut apakah dapat dibayangkan topik dan pembahasan yang begitu populer dan urgen ini tidak tertera dalam kitab suci al-Quran? Jawaban tentu tidak. Pasti pembahasan semacam ini benih-benihnya telah terdapat di dalamnya.
Al-Quran sebatas singgungan atau secara gamblang telah menjelaskan peristiwa dan kejadian yang nantinya akan terjadi di akhir zaman seperti kemenangan kaum mukmin terhadap kaum non-mukmin. Ayat-ayat semacam ini, telah ditafsirkan oleh para mufasir-dengan mengacu pada riwayat dan poin-poin tafisiri-berkaitan dengan pemerintahan Imam Mahdi as di akhir zaman.
Al-hasil para mufasir mutaakhir menghitung dan mentahqiq jumlah ayat-ayat yang berkaitan dengan beliau as, jumlah sensaionalpun mereka dapatkan yaitu sekitar 350 ayat. Tahqiq ini dilakukan oleh Yayasan Intidhare Nur. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa metode mereka dalam pencarian tersebut adalah umum mencakup ayat-ayat yang secara gamblang menjelaskan permasalahan Mahdawiyah dan yang lain, atau ayat yang para mufasir dengan suatu hal dalam tafsiran ayat tersebut membawakan riwayat atau pembahasan Mahdawiyah.
Pada kesempatan ini, kita akan membawakan 10 ayat saja yang memiliki indikasi yang jelas terhadap permasalahan Mahdawiyah.
Ayat pertama
وَ لَقَدْ كَتَبْنا فِي الزَّبُورِ مِنْ بَعْدِ الذِّكْرِ أَنَّ الأَْرْضَ يَرِثُها عِبادِيَ الصَّالِحُونَ ( انبيا 105)
Allah SWT berfirman:
“Dan sesungguhnya kami telah menuliskan di Zabur setelah Dzikr, bahwa dunia akan diwarisi oleh hamba-hamba yang saleh”.
Imam Muhammad Baqir as bersabda:”hamba-hamba tuhan yang akan menjadi pewaris bumi-yang tersebut dalam ayat-adalah para sahabat Mahdi as yang akan muncul di akhir zaman.”
Syekh Thabarsi setelah menukil riwayat ini mengatakan: sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Syi’ah dan Ahlusunnah menjelaskan dan menguatkan riwayat dari Imam baqir as di atas, hadis tersebut mengatakan ‘jika usia dunia sudah tidak tersisa lagi kecuali tinggal sehari, Allah SWT akan memanjangkan hari tersebut sehingga seorang saleh dari Ahlul-baitku bangkit, dia akan memenuhi dunia dengan keadilan sebagaimana dunia telah dipenuhi oleh kezaliman dan kelaliman”’. Imam Abu bakar Ahmad bin Husain Baihaqi dalam buku “al-Ba’tsu wa Nutsur” telah membawakan riwayat yang banyak tentang hal ini [1] .
Dalam kitab Tafsir Ali bin Ibrahim disebutkan: Kami telah menulis di Zabur setelah zikr … semua kitab-kitab yang berasal dari langit disebut dengan Zikr. Dan maksud dari bahwa dunia akan diwarisi oleh para hamba-hamba yang saleh adalah (Mahdi) Qaim as dan para pengikutnya [2] .
Ayat kedua
وَ نُرِيدُ أَنْ نَمُنَّ عَلَى الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الأَْرْضِ وَ نَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَ نَجْعَلَهُمُ الْوارِثِينَ (قصص 5)
Kami menginginkan untuk menganugerahkan kepada mereka yang tertindas, dan akan Kami jadikan para pemimpin dan pewaris dunia.
Ayat ini sesuai dengan beberapa ungkapan Imam Ali as di dalam Nahjul balagah serta sabda para imam yang lain berkaitan dengan Mahdawiyah, dan sesungguhnya kaum tertindas yang dimaksud adalah para pengikut konvoi kebenaran yang terzalimi yang akhirnya akan jatuh ke tangan mereka. Fenomena ini puncaknya akan terwujud di akhir zaman. Sebagaimana Syekh Shaduq dalam kitab Amali menukil sabda Imam Ali as yang berkata:”ayat ini berkaitan dengan kita”.
Ayat Ketiga
يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَ يُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكافِرِينَ يُجاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَ لا يَخافُونَ لَوْمَةَ لائِمٍ (ما ئده 54)
Wahai orang-orang yang beriman barangsiapa dari kalian berpaling (murtad) dari agamanya maka Allah SWT akan memunculkan sekelompok kaum yang Dia cinta mereka dan mereka juga mencintaiNya,
Dalam tafsir Ali bin Ibrahim disebutkan:”ayat ini turun berkaitan dengan Qaim dan para pengikutnya merekalah yang berjuang di jalan Allah SWT dan sama sekalim tidak takut akan apapun”.
Ayat Keempat
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَ عَمِلُوا الصَّالِحاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الأَْرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَ لَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضى لَهُمْ وَ لَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْناً يَعْبُدُونَنِي لا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئاً وَ مَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذلِكَ فَأُولئِكَ هُمُ الْفاسِقُونَ ( نور 56)
Allah SWT menjanjikan orang-orang yang beriman dari kalian dan yang beramal saleh, bahwa mereka akan dijadikan sebagai khalifah di atas muka bumi, sebagaimana Ia juga telah menjadikan para pemimpin sebelum mereka dan –Ia menjanjikan untuk menyebar dan menguatkan agama yang mereka ridhai, dan menggantikan rasa takut mereka menjadi keamanan.
Syekh Thabarsi mengatakan:”dari para Imam Ahlul bait diriwayatkan bahwa ayat ini berkaitan dengan Mahdi keluarga Muhammad saw. Syekh Abu Nadhr ‘Iyasyi meriwayatkan dari imam Ali Zainal Abidin as bahwa beliau membaca ayat tersebut setelah itu beliau bersabda:”sumpah demi Allah SWT mereka yang dimaksud adalah para pengikut kita, dan itu akan terealisasi berkat seseorang dari kita. Dia adalah Mahdi (pembimbing) umat ini. Dialah yang rasul saw bersabda tentangnya:”jika usia dunia sudah tidak tersisa lagi kecuali sehari lagi, Allah SWT akan memanjangkan hari tersebut sampai seseorang dari keluarga ku muncul dan memimpin dunia. Namanya seperti namaku (Muhammad), riwayat semacam ini juga dapat ditemukan melalui jalur yang lain seperti dari imam Muhammad Baqir as dan imam Ja’far Shadiq as”.
Aminul Islam Syekh Thabarsi mengakhiri ucapan dan penjelasannya tentan ayat ini dengan penjelasan berikut ini:”mengingat penyebarluasan agama ke seluruh penjuru dunia dan belum betul-betul global, maka pastilah janji ini akan terwujud dalam masa yang akan datang, di mana hal tersebut-globalitas agama- tidak dapat dielakan dan dipungkiri lagi”. Dan kita ketahui bahwa janji Allah tidak akan pernah hanya janji semata.
Ayat Kelima
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدى وَ دِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَ لَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
Dialah Zat yang yang telah mengutus rasulNya dengan hidayah dan agama yang benar untuk sehingga Ia menangkan agama tersebut terhadap agama-agama yang lain, kendati para musyrik tidak menginginkannya.
Dalam kitab tafsir Kasyful Asyrar, disebutkan:
Rasul dalam ayt tersebut adalah baginda nabi Muhammad saw, sedang hidayah yang dimaksud dari ayat tersebut adalah kitab suci al-Quran dan agama yang benar itu adalah agama Islam. Allah SWT akan memangkan agama (Islam)ini, atas agama-agama yang lain, artinya tiada agama atau pedoman di atas dunia, kecuali ajaran Islam telah mengalahkannya. Dan hal ini sampai sekarang belum terwujud. Kiamat tidak akan datang kecuali hal ini terwujud. Abu Said al-Khudri menukil, bahwa Rasul saw pad suatu kesempatan menyebutkan bala dan ujian yang akan datang kepada umat Islam, ujian itu begitu beratnya, sehingga beliau mengatakan bahwa setiap dari manusia tidak dapat menemukan tempat berlindung darinya. Ketika hal ini telah terjadi, Allah SWT akan memunculkan seseorang dari keluargaku yang nantinya dunia akan dipenuhi oleh keadilan. Seluruh penduduk langit dan bumi rela dan bangga dengannya. Di masanya hujan tidak akan bergelantungan di atas langit kecuali akan turun untuk menyirami bumi, dan tiada tumbuh-tumbuhan yang ada di dasar bumi kecuali bersemi dan tumbuh. Begitu indah dan makmurnya kehidupan di masa itu sehinga setiap orang berandai-andai jika sesepuh dan sanak keluaerganya yang telah meninggal dunia kembali lagi dan merasakan kehidupan yang sedang mereka rasakan.
[1] Tafsir Majma’ul bayan, jild 7, hal 66-67.
[2] Tafsir Nur Tsaqalain, jild 3, hal
464.
PANDANGAN IMAM MAHDI MENURUT Keyakinan terhadap Mahdawiat termasuk di antara hal-hal yang disepakati dan pasti dalam sejarah dan teologi Islam. Seluruh kaum Muslimin, Syiah maupun Ahlussunnah mempercayai “Mahdi Mau’ud” (Mahdi yang dijanjikan). Dalam hal ini tidak terdapat keraguan dan kebimbangan. Titik pemisah antara dua mazhab Syi’ah dan Ahlu Sunnah dalam kasus “Mahdawiat” berada dalam kelahiran beliau.
Mayoritas ulama’ Ahlussunnah Wal Jama’ah meyakini bahwa “Mahdi Mau’ud” hinggi kini belum lahir, namun Syi’ah Imamiyah mengatakan: “Mahdi Mau’ud adalah putera Imam Hasan Askari as yang lahir pada tahun 255 H di Samurra’, hidup di balik tabir keghaiban dan suatu hari akan muncul dengan perintah Allah swt.
Inilah ucapan seluruh kaum Syi’ah Imamiyah dan banyak di antara ulama’ ternama Ahlussunnah juga menerima ucapan tersebut dan menyebutkannya dalam kitab-kitab mereka, di antaranya:
1. Abu Thalib Kamaluddin Muhammad bin Thalhah Syafi’i Qurasyi dalam kitab “Mathalib As-Su’ul”.
2. Ali bin Muhammad bin Shabbagh Maliki dalam “Al-Fushul Al-Muhimmah”.
3. Syablanji dalam “Nur Al-Abshar”.
4. Ibnu Hajar Syafi’i Haitami Mishri dalam “Ash-Shawa’iq Al-Muhriqah”.
5. Ibnu Khalkan dalam “Wafiyat Al-A’yan”.
6. Muhammad Amin Baghdadi dalam “Sabaik Adh-Dhahab”.
7. Abdul Wahab Sa’rawi Syafi’i Mishri dalam “Al-Yawaqit Wa Al-Jawahir Fi Bayan ‘Aqaid Al-Akabir”.
8. Abu Ash-Shalah Halabi dalam “Syadharat Adh-Dhahab”.
9. Syamsuddin Dhahabi dalam “Al-‘Ibar Fi Khabar Man Ghabar”.
10. Ganji Syafi’i dalam “Kifayah Ath-Thalib”.
11. Syamsuddin Yusuf bin Qaz’ali Baghdadi Hanafi, terkenal dengan Sibth bin Jauzi dalam kitab “Tadhkirah Khawash Al-Ummah”.
12. Muhyiddin Ibnu Arabi dalam “Al-Futuhat Al-Makkiyah”.
13. Hafidh Muhammad Bukhari, dikenal dengan Khajeh Parsa-e Hanafi dalam “Fashl Al-Khitab”.
14. Hafidh Muhammad bin Abi Al-Fawaris dalam “Arba’in”.
15. Abdul Haq Dehlawi Bukhari dalam “Manaqib”.
16. Sayed Jamaluddin Athaillah Muhaddis dalam kitab “Raudhah Al-Ahbab”.
17. Baladhiri dalam “Musalsalat”.
18. Syihabuddin Hindi, dikenal dengan Malik Al-Ulama’ dalam “Hidayah As-Su’ada’”.
19. Fadhl bin Ruzbahan dalam Syarah “Asy-Syamail Turmudhi”.
20. Qunduzi Balkhi dalam “Yanabi’ Al-Mawaddah”.
21. Abdurrahman Jami dalam “Nafahat”.
22. Abul Ma’ali Muhammad Sirajuddin Rifa’i dalam “Shihah Al-Akhbar Fi Nasab As-Sadat Al-Fatimiyah Al-Akhyar”.
23. Yusuf bin Yahya Syafi’i dalam “Aqd Ad-Durar Fi Dhuhur Al-Muntazar”.
24. Syaikh Abdullah bin Muhammad Muthiri Syafi’i dalam “Riyadh Az-Zahirah”.[1]
Sebagian pengkaji menyebutkan lebih dari seratus nama dari ulama’ Ahlusunnah yang menyebutkan kelahiran Imam Mahdi as dalam kitab-kitab mereka.[2]
Mahdawiat Dalam IslamDi antara akidah Islam adalah keyakinan terhadap Mahdawiat. Pembahasan Mahdawiat dapat dikaji dalam dua topik “Mahdawiat Umum” dan “Mahdawiat Khusus”.
a) Mahdawiat UmumMahdawiat umum yaitu pembuktian bahwa keyakinan terhadap kemunculan “Mahdi Mau’ud” termasuk di antara akidah Islam. Topik pembahasan di sini adalah dalam pembuktian klaim bahwa dengan memperhatikan referensi-referensi Islam terdapat berita gembira akan kemunculan sang penyelamat umat manusia atau “Mahdi Mau’ud”.
Mahdawiat Perspektif Al-Qur’anMahdawiat dalam al-Qur’an dapat dijelaskan dalam tiga poros sebagai berikut:
1- Kekuasaan Kaum Saleh Dan Pewarisan BumiAllah swt dalam al-Qur’an berfirman:
"وَ لَقَدْ كَتَبْنا فِي الزَّبُورِ مِنْ بَعْدِ الذِّكْرِ أَنَّ الْأَرْضَ يَرِثُها عِبادِيَ الصَّالِحُون "“Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) adh-Dhikr, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang saleh.”[3]
Dengan banyak penguatan, Allah swt dalam ayat ini menjanjikan bahwa pada masa mendatang, kekuasaan orang-orang saleh akan terwujud dan hamba-hamba Allah swt yang saleh dan kompeten akan menjadi pewaris bumi. Dalam riwayat disebutkan bahwa Imam Baqir as bersabda: “Mereka adalah sahabat-sahabat Imam Mahdi as;[4] mereka adalah tentara-tentara Imam Mahdi as”.
2- Kemenangan Haq Dan Hegemoni AgamaAl-Qur’an menyatakan:
"هُوَ الَّذي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدى وَ دينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَ لَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُون "“Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur'an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai”.[5]
Janji Allah swt ini akan terwujud dalam naungan pemerintahan Imam Mahdi as. Imam Shadiq as bersabda:
"و الله ما يجئ تأويلها حتى يخرج القائم المهدي # فإذا خرج القائم لم يبق مشرك إلا كره خروجه و لا يبقى كافر إلا قتل، حتى لو كان كافر في بطن صخرة قالت: يا مؤمن في بطني كافر فاكسرني و اقتله"“Demi Allah! Takwilannya belum datang sehingga al-Qaim al-Mahdi as keluar, maka ketika beliau as keluar tidak akan tersisa seorang musyrik kecuali enggan keluar dan tidak terdapat seorang kafir kecuali dibunuh, bahkan ketika seorang kafir bersembunyi di dalam batu maka batu tersebut berkata: Wahai mukmin! Di dalam diriku terdapat seorang kafir maka hancurkanlah aku dan bunuhlah ia”.[6]
Fakhrur Razi dalam tafsirnya menukil dari Sudi bahwa ayat ini berkenaan dengan kebangkitan Mahdi dan pada masa itu tidak terdapat seorang pun kecuali memeluk Islam.[7]
3- Pemberian Khilafah Dan KekuasaanAl-Qur’an menyatakan:
"وَعَدَ اللَّهُ الَّذينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَ عَمِلُوا الصَّالِحاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَ لَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دينَهُمُ الَّذِي ارْتَضى لَهُمْ وَ لَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْناً يَعْبُدُونَني لا يُشْرِكُونَ بي شَيْئاً"“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku”.[8]
Sebagaimana Thabarsi dalam menafsirkan ayat ini menjelaskan: Diriwayatkan dari Ahlul Bait Nabi saw bahwa ayat ini berkenaan dengan Mahdi dari keluarga (keturunan) Muhammad saw.[9]
Imam Sajjad as berkata:
"هم و الله شيعتنا أهل البيت يفعل الله ذلك بهم على يدي رجل منا و هو مهدي هذه الأمة و هو الذي قال رسول الله " لو لم يبق من الدنيا إلا يوم واحد لطول الله ذلك اليوم حتى يلي رجل من عترتي اسمه اسمي يملأ الأرض عدلا و قسطا كما ملئت ظلما و جورا"“Demi Allah! Mereka adalah Syi’ah kami Ahlul Bait, Allah swt berbuat demikian dengan mereka melalui tangan seseorang dari kami dan dia adalah Mahdi umat ini dan dia yang disabdakan oleh Rasulullah saw: Bila tidak tersisa dari dunia selain satu hari maka Allah swt akan memanjangkan hari tersebut sehingga datang seorang dari keluargaku, namanya adalah namaku yang akan memenuhi bumi dengan keadilan dan penyamarataan sebagaimana telah dipenuhi dengan kezaliman dan kesewenang-wenangan”.[10]
Singkatnya bahwa ketiga hal ini yaitu kemenangan haq dan hegemoni agama, kekuasaan kaum saleh dan pewarisan bumi dan pemberian khilafah dan kekuasaan hingga kini belum terwujud secara sempurna. Hal-hal ini akan terrealisasi dalam bayangan pemerintahan Mahdi Mau’ud as. Ayat-ayat al-Qur’an di atas tanpa menyebutkan nama Mahdi Mau’ud mengindikasikan pemerintahan dan kemunculan beliau as.
Mahdi as Dalam RiwayatSedemikian banyak riwayat yang dinukil dari Nabi saw, keluarga dan para sahabat berkenaan dengan Mahdi Mau’ud sehingga tidak tersisa lagi sedikitpun keraguan dan kesamaran. Sangat banyak dari sahabat-sahabat Nabi saw di antaranya Ali bin Abi Thalib, Usman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Abdurrahman bin Auf, Abdullah bin Abbas, Ammar bin Yasir, Abdullah bin Mas’ud, Abu Sa’id Khudri, Abdullah bin Harits, Qurrah bin Iyas Mazni, Hudhaifah bin Yaman, Jabir bin Abdullah, Jabir bin Majid, Abdullah bin Umar, Anas bin Malik, Imran bin Hashin dan Ummu Salamah menukil riwayat-riwayat yang berhubungan dengan Mahdi Mau’ud dari Nabi saw.[11]
Mansur Ali Nashif, penulis kitab “At-Taj Al-Jami’ Lil Ushul” menulis:
“Telah masyhur di kalangan seluruh ulama’ kini dan terdahulu bahwa pada akhir masa secara yakin akan muncul seorang dari Ahlul Bait as yang akan menguasai negeri-negeri Islam dan seluruh kaum Muslimin akan mengikutinya, akan menerapkan keadilan di kalangan mereka dan memperkuat agama”. Kemudian ia melanjutkan: “Hadis-hadis seputar Mahdi telah diriwayatkan oleh sekelompok dari sahabat terkemuka Nabi saw dan disebutkan oleh para tokoh hadis seperti Abi Daud, Tirmidhi, Ibnu Majah, Thabrani, Abi Ya’la, Imam Ahmad dan Hakim Nisyaburi dalam kitab-kitab mereka.[12]
Ringkasnya bahwa kepercayaan terhadap Mahdawiat termasuk di antara hal-hal urgen dalam agama Islam dan tidak satu pun dari kelompok dan mazhab Islam dapat mengingkarinya. Jabir bin Abdullah Ansari berkata: Nabi saw bersabda:
"من أنكر خروج المهدي فقد كفر بما أنزل على محمد"“Barangsiapa mengingkari kemunculan Al-Mahdi as maka sesungguhnya ia telah kafir terhadap apa yang telah diturunkan kepada Muhammad saw”.[13]
Berdasarkan tulisan pengarang kitab “Muntakhab Al-Atsar” terdapat lebih dari 657 riwayat yang dinukil berkenaan dengan Mahdi Mau’ud.[14] Kini akan disinggung sebagian dari riwayat-riwayat tersebut:
Nabi saw bersabda:
"أُبَشِّرُكُمْ بِالْمَهْدِيِّ يُبْعَثُ فِي أُمَّتِي عَلَى اخْتِلَافٍ مِنْ النَّاسِ وَزَلَازِلَ فَيَمْلَأُ الْأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلًا كَمَا مُلِئَتْ جَوْرًا وَظُلْمًا"“Aku beritakan kabar gembira kepada kalian akan Al-Mahdi yang dibangkitkan di dalam umatku ketika terjadi perselisihan di antara umat manusia dan keguncangan maka ia akan memenuhi bumi dengan keadilan dan pemerataan sebagaimana telah dipenuhi dengan kesewenang-wenangan dan kezaliman”.[15]
Beliau saw juga bersabda:
"لو لم يبق من الدنيا إلا يوم واحد لطول الله ذلك اليوم حتى ?خرج رجل من ولد? ف?ملأها عدلا و قسطا کما ملئت ظلما و جورا"“Bila tidak tersisa dari dunia selain satu hari maka Allah swt akan memanjangkan hari tersebut sehingga keluar seorang dari keturunanku maka ia akan memenuhinya dengan keadilan dan pemerataan sebagaimana telah dipenuhi dengan kezaliman dan kesewenang-wenangan”.[16]
Dalam riwayat-riwayat Nabi saw disamping memberitakan kemunculan Mahdi as juga disinggung sebagian kriteria yang di antaranya beliau saw bersabda:
- “Mahdi dari keturunan Fatimah as”.[17]
- “Namanya adalah namaku”.[18]
- Julukannya adalah julukanku”.[19]
Juga banyak kriteria lain Imam Mahdi as yang dijelaskan di dalam riwayat-riwayat yang akan diterangkan dalam topik Mahdawiat khusus.
b) Mahdawiat KhususMahdawiat khusus dengan artian bahwa Mahdi Mau’ud yang menjadi berita gembira Nabi saw dan pemakai baju janji Ilahi dalam hal “Penganugerahan khilafah dan kekuasaan”, “Pemerintahan dan kekuasaan kaum saleh” dan “Kemenangan haq dan hegemoni agama Islam” yang telah disinggung dalam al-Qur’an adalah putera Imam Hasan Askari as. Beliau lahir di Samurra’ pada tahun 255 H dan kini sedang tersembunyi dan gaib dari penglihatan. Pada suatu hari kelak dengan perintah Allah swt akan muncul dan memenuhi dunia dengan keadilan dan pemerataan.
Kini dalam topik Mahdawiat khusus kita sedang membuktikan hal ini.
Dasar-dasar Mahdawiat KhususUntuk membuktikan Mahdawiat khusus perlu sekali menjelaskan beberapa hal yang terlontar dengan tema dasar-dasar Mahdawiat Khusus. Dasar-dasar tersebut adalah sebagai berikut:
1- Urgensitas Keberadaan ImamDi antara keyakinan-keyakinan religius kita kaum Muslimin adalah kepercayaan terhadap “Urgensitas keberadaan imam” pada setiap masa. Ucapan ini dapat dibuktikan dan diargumentasikan melalui jalur rasio dan juga teks dan riwayat. Rasio berkata: Kenabian dan imamah merupakan suatu pancaran dan anugerah spiritual, anugerah ini terdapat di antara umat-umat terdahulu, sehingga sampai pada masa Nabi Islam saw. Kini yang menjadi permasalahan adalah bahwa apakah dengan kepergian Nabi Islam saw anugerah maknawi tersebut telah terputus atau tidak? Bila kita mengatakan telah terputus, maka muncul tanda tanya kenapa Allah swt menganugerahkan pancaran seperti itu kepada umat-umat terdahulu, akan tetapi tidak memberikannya kepada umat Islam; apakah umat Islam lebih rendah potensi dan kompetensinya dari orang-orang terdahulu?! Dengan pasti dapat kita katakan tidak lebih sedikit, bahkan lebih tinggi dan banyak. Oleh karena itu kenapa anugerah ini terputus dari umat Islam?
Jawaban yang benar atas pertanyaan ini adalah bahwa pancaran dan anugerah ini tidak terputus. Syi’ah Imamiyah berkata: Pasca kepergian Nabi Islam saw dua belas wujud bercahaya dan mutiara imamah; yaitu para imam maksum memikul beban pancaran agung spiritual ini, dengan perbedaan bahwa pada masa Nabi saw relasi terjadi atas dasar kenabian, akan tetapi pasca Nabi Islam saw yang adalah penutup para nabi dan rangkaian para nabi telah berakhir, maka pancaran ini terjadi dengan bentuk lain. Keberadaan manusia sempurna menjadi perantara pancaran Ilahi. Pancaran spiritual pasca Nabi saw terhubung melalui jalur wujud sempurna imam. Kini perantara pancaran tersebut adalah wujud suci Imam Mahdi as.
Argumen ini menjadi semakin kuat didukung dengan riwayat-riwayat yang mengatakan bahwa pada setiap masa harus terdapat imam dan kaum Muslimin harus mengenal imam tersebut supaya berada dalam kelompok kaum Muslimin dan beragama.
Dalam hadis-hadis Nabi saw dengan berbagai ragam ungkapan disebutkan bahwa pada setiap masa harus ada seorang imam dan mengenal imam adalah wajib atas kaum Muslimin. Nabi saw bersabda:
"من مات بغ?ر امام مات م?تة جاهل?ة"“Barangsiapa mati tanpa imam maka ia mati seperti mati pada masa jahiliah”.[20]
Nabi saw juga bersabda:
"ان الحجة لا ?قوم لله عل? خلقه الا بإمام حت? ?عرف"“Sesungguhnya hujjah tidak akan tegak bagi Allah swt atas makhluk-Nya kecuali dengan seorang imam sehingga dikenal”.[21]
Imam Ali as berkata:
"لا تخلو الارض من حجة ظاهر او خائف مغمور"“Bumi tidak akan kosong dari hujjah, baik yang tampak atau tersembunyi”.[22]
2- Menerima Riwayat-riwayat Berkenaan Dengan 12 ImamRiwayat-riwayat Nabi saw berhubungan dengan 12 imam diterima oleh seluruh mazhab Islam. Syi’ah dan Ahlusunnah menerima permasalahan bahwa Rasulullah saw berulangkali mengucapkan tentang 12 imam setelah beliau saw dan itupun dengan berbagai macam lafad.
Beliau saw terkadang bersabda: Selepasku terdapat 12 “Amir”.[23] Terkadang menyatakan tentang 12 “Naqib”.[24] Sesekali melontarkan 12 “Khalifah”.[25] Di lain kesempatan menggunakan lafad 12 “Washi”.[26] Pada suatu waktu mengatakan 12 “Imam”,[27] 12 “Wali”,[28] 12 “Qayyim”,[29] dan 12 “Qaim”.[30] [31]
Dari serangkaian ungkapan ini dapat disimpulkan sebuah poin bahwa selepas Nabi saw harus ada 12 orang berkepribadian tinggi dan terpilih yang memikul tanggung jawab imamah dan kepemimpinan religius dan politik umat Islam dan 12 pribadi ini akan senantiasa ada dan bersambung hingga kesudahan umur dunia.
3- Menerima Imamah 12 Imam Melalui Jalur PelantikanSetelah menerima imamah secara umum, menerima imamah secara khusus juga berperan dalam Mahdawiat; artinya sebelum kita meyakini Mahdi Mau’ud -yang Syi’ah menerimanya sebagai putera Imam Hasan Askari as-, maka kita harus mempercayai imamah para imam Ahlul Bait as secara berurutan; yaitu Imam Ali, Imam Hasan, Imam Husain, Imam Ali bin Husain, Imam Muhammad bin Ali, Imam Ja’far bin Muhammad, Imam Musa bin Ja’far, Imam Ali bin Musa, Imam Muhammad bin Ali Jawad, Imam Ali bin Muhammad Hadi dan Imam Hasan bin Ali Askari as.
Juga harus kita terima bahwa imam-imam Ahlul Bait ini telah dilantik sebagai imam melalui pelantikan dan penetapan Ilahi dan dengan proklamasi dan statement Nabi saw.
Mutiara imamah terakhir adalah putera Imam Hasan Askari as, Muhammad bin Hasan Al-Mahdi as.
Pada masa permulaan dakwah terang-terangan, ketika Nabi saw menerima perintah dari Allah swt, dalam suatu jamuan beliau menyeru sanak famili kepada Islam dan pada seruan ini Imam Ali as memenuhi ajakan tersebut, Nabi saw melontarkan imamah Ali as untuk masa selepas beliau dan sepanjang 20 tahun setelah kejadian itu beliau saw selalu memberitakan imamah Ali as berulangkali.
Nabi saw di tahun terakhir kehidupan beliau setelah haji Wada’ bersabda:
"من کنت مولاه فهذا عل? مولاه"“Barangsiapa yang aku adalah maulanya maka Ali adalah maulanya”.[32]
Juga ketika ayat “Wilayah”[33] turun, Nabi saw bersabda:
"هم خلفائ? يا جابر و أئمة المسلمين من بعدي، أولهم علي بن ابي طالب، ثم الحسن، ثم الحسين، ثم علي بن الحسين، ثم محمد بن علي...، ثم الصادق جعفر بن محمد، ثم موسى بن جعفر، ثم علي بن موسى، ثم محمد بن علي، ثم علي بن محمد، ثم الحسن بن علي، ثم سمي و کني حجة الله في ارضه و بق?ته ف? عباده ابن الحسن بن علي"“Mereka adalah khalifah-khalifahku wahai Jabir, dan para imam (pemimpin) kaum Muslimin selepasku, yang pertama adalah Ali bin Abi Thalib kemudian Hasan kemudian Husain kemudian Ali bin Husain, kemudian Muhammad bin Ali... kemudian Ash-Shadiq Ja’far bin Muhammad kemudian Musa bin Ja’far kemudian Ali bin Musa kemudian Muhammad bin Ali kemudian Ali bin Muhammad kemudian Hasan bin Ali kemudian yang bernama dan berjulukan Hujjatullah di muka bumi dan Baqiyyatullah di antara hamba-hamba-Nya, Ibnu (putera) Hasan bin Ali”. [34]
4- Menerima Riwayat-riwayat Seputar Kegaiban Dan Kriteria-kriteria Imam Mahdi asSalah satu di antara dasar-dasar penerimaan Mahdawiat adalah menerima riwayat-riwayat berkenaan dengan kegaiban Imam Mahdi as. Pasca masa Nabi saw dan selanjutnya masing-masing dari pembesar keluarga itu telah memberitakan jauh-jauh sebelumnya secara tertib akan kelahiran, kriteria-kriteria, kegaiban dan kemunculan Imam Mahdi as.
Dalam riwayat Jabir yang telah disebutkan, Nabi saw bersabda: Selepas Hasan bin Ali (Imam Askari as) puteranya adalah imam. Namanya adalah namaku dan julukannya adalah julukanku. Dialah yang Allah swt melapangkan Timur dan Barat melaluinya. Dialah yang gaib dari wali-wali-Nya, kegaibannya sedemikian panjang sehingga banyak orang yang meragukannya. Hanya hati yang telah teruji akan tegak dan tegar dengannya.[35]
Menurut tulisan pengarang kitab “Muntakhab Al-Atsar” riwayat berkenaan dengan Mahdi Mau’ud, kriteria-kriteria dan bahwa beliau akan tersembunyi dari penglihatan sangat banyak dan luas, sebagai berikut:
- Disebutkan dalam 58 riwayat bahwa jumlah imam adalah 12 yang pertama adalah Ali bin Abi Thalib as dan terakhir adalah Mahdi as.
- Dalam 657 riwayat diberitakan tentang kemunculan Imam Mahdi as.
- Dalam 48 riwayat dijelaskan bahwa nama dan julukan Imam Mahdi as sama seperti nama dan julukan Nabi saw.
- Dinyatakan dalam 214 riwayat bahwa Imam Mahdi as dari keturunan Amirul Mukminin Ali as.
- Dalam 192 riwayat ditegaskan bahwa Imam Mahdi as dari putera-putera Fatimah as.
- Pada 185 riwayat disebutkan bahwa Mahdi Mau’ud as dari keturunan Imam Husain as.
- Pada 148 riwayat disebutkan bahwa Mahdi Mau’ud as adalah keturunan kesembilan Imam Husain as.
- Pada 185 riwayat disebutkan bahwa Imam Mahdi as dari keturunan Imam Zainal Abidin, Ali bin Husain as.
- Dalam 103 riwayat Imam Mahdi as diperkenalkan sebagai keturunan Imam Muhammad Baqir.
- Dalam 103 riwayat Imam Mahdi as diperkenalkan sebagai keturunan Imam Ja’far Shadiq as.
- Dalam 101 riwayat Imam Mahdi as diperkenalkan sebagai keturunan Imam Musa bin Ja’far as.
- Dalam 95 riwayat Imam Mahdi as disebutkan sebagai keturunan keempat Imam Ridha as.
- Dalam 90 riwayat ditegaskan bahwa Imam Mahdi as sebagai keturunan ketiga Imam Jawad as.
- Dalam 90 riwayat Imam Mahdi as diperkenalkan sebagai keturunan Imam Hadi as.
- Dalam 146 riwayat dijelaskan bahwa Imam Mahdi as sebagai putera Imam Hasan Askari as.
- Dalam 147 riwayat disebutkan bahwa nama ayah Imam Mahdi as adalah Hasan.
- 123 riwayat menyebutkan bahwa Imam Mahdi as akan memenuhi dunia dengan keadilan dan pemerataan.
- 91 riwayat menjelaskan bahwa kegaiban Imam Mahdi as sangat panjang.
- 318 riwayat menegaaskan bahwa umur Imam Mahdi as sangat panjang.
- Dalam 47 riwayat dinyatakan bahwa agama Islam akan mendunia melalui Imam Mahdi as dan janji penganugerahan khilafah dan kekuasaan kepada kaum saleh akan terwujud.
- 136 riwayat memberitakan bahwa Imam Mahdi as adalah imam kedua belas dan terakhir.
- 10 riwayat menyatakan bahwa Imam Mahdi as memiliki dua kegaiban, gaib Shughra dan Kubra.
- Dalam 14 riwayat disebutkan bahwa kelahiran Imam Mahdi as tersembunyi dan secara rahasia.
- 2 riwayat menyebutkan bahwa bila dari keturunan Nabi saw datang nama-nama Muhammad, Ali, Hasan secara berurutan, maka keempatnya adalah Qaim dan Mahdi Mau’ud as.[36]
Permusuhan Para Penguasa AbbasiSikap para penguasa Abbasi terhadap para imam as sangat berbeda; terkadang kezaliman mereka terbatas dan terkadang semakin keras. Kadang-kadang para penguasa Abbasi masuk dari pintu persahabatan dengan mereka dan kadangkala bersikap luar biasa keras dan bermusuhan.
Setelah kejadian penganugerahan gelar putera mahkota kepada Imam Ridha dan kesyahidan beliau as, Bani Abbas semakin mempersempit ruang gerak para imam. Tekanan mereka semakin berlipat ganda dan menyebabkan para imam syahid pada usia relatif muda: Imam Jawad as pada usia 25 tahun, Imam Hadi pada usia 41 dan Imam Hasan Askari pada usia 28 mereka syahidkan. Fenomena ini menceritakan tentang tekanan keras dan serangan yang dilontarkan kepada para imam as.
Ketika Mutawakkil Abbasi memegang tampuk kekuasaan dan pemerintahan, maka politik menentang Alawi semakin keras. Pada periode ini, para pemuka dari keturunan Ali, terutama dari Bani (keturunan) Fatimah lebih tertekan dibandingkan periode lain. Mutawakkil mendatangkan Imam Hadi as ke kediaman khilafah (Samurra’), mengawasi dari dekat dan dengan perintahnya para penjaga mengontrol seluruh pertemuan beliau as secara ketat.
Pada masa Imam Askari pembatasan ini semakin bertambah.Pembatasan dan tekanan ini dilaksanakan dengan dua alasan:
Pertama, pada masa itu kaum Syi’ah mengalami suatu perkembangan menyolok dan berubah menjadi sebuah kekuatan besar di wilayah Iraq yang menyatakan bahwa kekuasaan dan pemerintahan adalah hak pasti para imam, sementara khilafah Bani Abbas tidak sah. Mereka menantikan kesempatan untuk bangkit melawan para penguasa Abbasi. Hal ini menyebabkan Bani Abbas meningkatkan tekanan terhadap kaum Syi’ah, terutama para pemimpin mereka.
Kedua, berdasarkan berita-berita yang ternukil dari Nabi saw dan Ahlul Baitnya as, Bani Abbas mengetahui bahwa Mahdi Mau’ud, dari keturunan Imam Hasan Askari as sebagai penghancur dan penumpas pemerintahan dan kekuasaan bejad. Oleh karena alasan inilah, mereka selalu mengawasi Imam Hasan Askari as dan keluarga beliau, sehingga mungkin dapat menangkap putera tersebut dan membunuhnya. (Sebagaimana usaha Fir’aun untuk menangkap dan membinasakan Nabi Musa as sia-sia).
Untuk menghadapi dan menghalau siasat berbahaya Bani Abbas ini, Imam Hasan Askari berusaha mengarahkan para pengikutnya untuk lebih bertaqiyah, berhati-hati dan menyembunyikan rahasia, sementara beliau sendiri pun menginstruksikan kepada keluarga dan orang-orang terdekat untuk tidak menyebarkan berita tentang kelahiran Imam Mahdi as sehingga musuh tidak mampu mencapai target kejinya. Meskipun usaha ini dapat menjinakkan rencana busuk Bani Abbas, akan tetapi tetap juga menciptakan berbagai kesulitan bagi kaum Syi’ah yang tidak dapat dihindari. [www.al-shia.org]
* Diterjemahkan oleh Imam Ghozali dari artikel Persia “Kavusi Dar Ahadis-e Mahdaviat” yang dimuat di “Farhang-ge Kaosar” [The Culture Of Kosar Quarterly Of Think And Precedures Of Ahlul-bayt (as) Holy, Tahun ke-11, Musim Panas 1387 HS].
[1] Silahkan lihat: Ilzam An-Nashib, Ali Yazdi Ha’iry, jilid 1, hal. 321 – 340; Dad Gustar-e Jahan (Penyebar Keadilan Dunia), Ibrahim Amini, hal 118 – 120.
[2] Mehdi Muntazar Dar Nahjul Balagheh (Mahdi Yang Dinanti Dalam Nahjul Balaghah), Mahdi Faqih Imani, hal. 23 – 39; Sire-ye Pishwayan (Sirah Para Pemimpin atau Imam), Mahdi Pishwa’I, hal. 667.
[3] QS. Al-Anbiya’ [21]: 105.
[4] Bihar Al-Anwar, jilid 9, hal. 126.
[5] QS. At-Taubah [9]: 33.
[6] Yanabi’ Al-Mawaddah, Qunduzy Hanafi, hal.423.
[7] Tafsir Kabir, Fakhrur Razi, jilid 16, hal. 40.
[8] QS. An-Nur [24]: 55.
[9] Majma’ Al-Bayan, Thabarsi, jilid 7, hal. 152.
[10] Idem; Al-Burhan Fi Tafsir Al-Qur’an, jilid 7, hal. 123.
[11] Peyam-e Qur’an, jilid 9, hal. 422.
[12] At-Taj, jilid 5, hal. 341; Dinukil dari Idem, hal. 428.
[13] Yanabi’ Al-Mawaddah, hal. 447.
[14] Muntakhab Al-Atsar, Luthfullah Shafi, hal. 191 dan selanjutnya.
[15] Musnad Ahmad bin Hanbal, jilid 3, hal. 37.
[16] Idem, hal 17.
[17] Sunan Abi Daud, jilid 2, hal. 207.
[18] Sunan Tirmidhi, jilid 2, hal. 46.
[19] Yanabi’ Al-Mawaddah, hal 495.
[20] Musnad Ahmad bin Hanbal, jilid 4, hal. 96 dan jilid 2, hal. 83 dan 93; Shahih Muslim, jilid 3, hal. 1478.
[21] Ushul Kafi, jilid 1, hal. 135.
[22] Nahjul Balaghah, Hikmah ke-147.
[23] Shahih Bukhari, jilid 4, hal. 165.
[24] Fath Al-Bari, jilid 16, hal. 339.
[25] Mustadrak Hakim, jilid 3, hal. 18.
[26] Ma’alim Al-Madrasatain, jilid 1, hal. 547.
[27] Bihar Al-Anwar, jilid 36, hal. 261.
[28] Syarh An-Nawawi ‘Ala Muslim, jilid 12, hal. 202.
[29] Kanz Al-‘Ummal, jilid 13, hal. 27.
[30] Idem.
[31] Saduran dari “Ma’alim Al-Madrasatain”, jilid 1, hal. 534 – 541.
[32] Tarikh Damesyq, Ibnu Asakir, jilid 1, hal. 366.
[33] QS. Al-Maidah [5]: 55.
[34] Yanabi’ Al-Mawaddah, hal. 494 – 495.
[35] Idem, hal. 495.
[36] Muntakhab Al-Atsar, hal. 23 – 26.
Pendapat Ulama Aswja Tentang Imam Al-Mahdi
عَنْ زِرٍّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « لَوْ لَمْ يَبْقَ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ يَوْمٌ ». قَالَ زَائِدَةُ فِى حَدِيثِهِ « لَطَوَّلَ اللَّهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ ». ثُمَّ اتَّفَقُوا « حَتَّى يَبْعَثَ فِيهِ رَجُلاً مِنِّى ». أَوْ « مِنْ أَهْلِ بَيْتِى يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِى وَاسْمُ أَبِيهِ اسْمَ أَبِى ». زَادَ فِى حَدِيثِ فِطْرٍ « يَمْلأُ الأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلاً كَمَا مُلِئَتْ ظُلْمًا وَجَوْرًا ».
Dari Dzar dari Abdullah dari Nabi SAW yang bersabda : "Sekiranya dunia hanya tinggal sehari sahaja (sebelum qiamat) nescaya Allah memanjangkan hari itu sehingga bangkit padanya seorang lelaki dari keturunanku atau dari kaum keluargaku, yang namanya spt namaku, nama bapanya spt nama bapaku, ia akan memenuhi bumi dengan keadilan dan saksama sebagaimana bumi dipenuhi kezaliman dan kekejaman." [Hadith riwayat Abu Daud dan Tarmizi]
Dari Abu Said Al-Khudri ra berkata : "Aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda ; "Akan lahir dari umatku seorang lelaki yang menyeru dengan sunahku, Allah menurunkan hujan dari langit untuknya, bumi mengeluarkan kasil dan darinya buni dipenuhi dengan kedurjaan dan kekejaman. Ia memerintah umat ini selama tujuh tahun dan akan berada di Baitul Maqdis. [Hadith riwayat At-Tabarani]
Di antara tanda-tanda besar Qiamat ialah munculnya Imam Mahdi yang akan memerintah dunia ini dengan keadilan ketika dunia dicengkam oleh kejahatan kerana turunnya Dajjal.
Walau bagaimanapun terdapat setengah-tengah pihak yang mempertikaikan kemunculan Imam Mahdi.
Mereka berpendapat ia adalah perkara dongeng yang sengaja dicipta oleh orang-orang yahudi .
Sesungguhnya kemunculan Imam Mahdi di akhir zaman telah diyakini dan diimani oleh golongan Ahli Sunnah Wal Jamaah berdasarkan ramai tokoh-tokoh utamanya meriwayatkan hadith tentang Al-Mahdi.
Di antara mereka ialah Abu Daud, At-Turmizi, Ibnu Majah, Imam Ahmad, At-Tabarani, An-Nasaie, Ibnu Hibban, Muslim dan Al-Bukhari (rujuk hadith di atas).
Di samping itu, hadith-hadith mengenai kemunculan Al-Mahdi turut diriwayatkan oleh para sahabat utama Rasulullah SAW seperti Ibnu Mas’ud, Ummu Salamah, Saidina Ali krw, Tsuban, Abu Hurairah, Ibnu Abbas, Saidina Uthman Affan, Qurah bin Qias, Huzaifah Al-Yaman, Ammar bin Yassir, Anas bin Malik, Abdul Rahman bin Auf dsb.
Berikut adalah beberapa pendapat ulama Ahli Sunnah Wal Jamaah mengenai persoalan kemunculan Imam Al-Mahdi di akhir zaman secara ringkas.
1. AI-Imam Abu Hanifah menjelaskan di dalam kitabnya Feqhul Akbar bahawa segala tanda-tanda hari qiamat adalah semuanya benar menurut hadits-hadits Rasulullah SAW dan salah satu di antara tanda-tandanya ialah kemunculan Imam Mahdi.
2. Al-Hafiz Ibnu Katsir di dalam Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan, “Menurut pendapat yang jelas bahawa di antara Imam yang memimpin manusia itu ialah Al-Mahdi yang telah diberitahu oleh hadits-hadits yang diriwayatkan dan Rasulullah SAW yang menyebut perkara itu. Bukannya yang ditunggu-tunggu oleh golongan Rafidhah, di mana menurut dakwaan mereka Mahdi itu telah dilahirkan kemudian akan muncul pula dan satu gua di Samira’ di dalam negeri Iraq. Pendapat ini tidak ada kebenarannya.”
3. Ibnu Hajar AI-Asqalani menyebut di dalam Fathul Bari (syarah sahih Al-Bukhari), “Telah berkata Abul Hussein Al-Aburie di dalam kitabnya Manaqib As-Syafie,” Telah menjadi khabar mutawatir bahawa Al-Mahdi itu lahir dari kalangan umat ini.”
4. Tersebut di dalam Sahih Muslim Masykul juzu’ kelapan m.s 185 hadits Rasulullah SAW, di akhir umatku kelak ada seorang khalifah yang membahagi-bahagikan harta tanpa mengira-ngira.”
Imam At-Tunmizi dan Abu Daud menyebut yang dimaksudkan seorang khalifah itu ialah Al-Mahdi. Dan mereka telah sepakat berkata bahawa hadits-hadits ini adalah hassan dan sahih.
5. Dalam kitab Tuhfah AI-A’laie Fi UImu Tauhid m.s 42,
“Dan bahawasanya turun Nabi Isa ketika Dajal mengepung Mahdi serta pengikut-pengikutnya dalam kota Baitul Maqdis. Maka turun Nabi Isa AS daripada langit atas menara sebelah timur masjid Syam dan pergi ke Baitul Maqdis maka ia membunuh Dajal dengan lembing dan Dajal hancur dengan semata-mata melihat Nabi Isa seperti hancur garam di dalarn air.
6. Ibnu Hajjar Al-Haitami menyebut di dalam kitabnya Fathul Mubin Li Syarah Al-“Arbaiin : “Bahawa Nabi Isa AS tuurn diakhir zaman memusnahkan salib dan membunuh babi sebgaimana tersebut dalam hadith sahih dan ia membunuh Dajjal, ia turun ketika solat Subuh dan berjemaah di belakang Al-Mahdi”.
7. Tersebut di dalam kitab Mastika Hadits Rasulullah SAW yang diterbitkan oleh Majlis Kebangsaan Bagi Hal Ehwal Agama Islam Malaysia dalam bab Beriman Kepada Hari Akhirat,
“Sayugia diingat, bahawa hadits-hadits berkenaan dengan zahinnya Mahdi, keluar Dajal, dan turunnya Nabi Isa AS adalah hadits-hadits yang sampai kepada martabat hadits mutawatir, demikianlah ditegaskan oleh ulama hadits.”
8. Syeikh Daud bin Syeikh Abdullah Al-Pattani menyebut di dalam kitabnya Darus Tsamin m.s 69.
“(Dan ketiganya) daripada tanda qiamat yang akan datang daripada beberapa tanda yang besar seperti keluar Mahdi...”
9. Ibnu Taimiyah di dalam kitabnya Al-Minhajul Sunnah An-Nabawiyah juzu’ 4 m.s 211 menyebut,
“Sesungguhnya hadits-hadits yang menyebut zahirnya Imam Mahdi adalah terdiri drp hadits-hadits sahih yang telah diriwayatkan oleh A1-Imam Abu Daud, Turmizi, Imam Ahmad dan lain-lain.”
Kemudian Ibni Taimiyah menyebut pula bahawa Al-Mahdi itu daripada keturunan Sayidina Hassan bin Ali dan bukannya daripada Sayidina Hussin bin Ali sebagairnana yang disebutkan oleh Sayidina Ali r.a (riwayat Abu Daud).
10. Dalam kitab Al-Manarul Munif Fi Sahihi Wad Dha’if karangan Ibni Qaiyim Al-Jauziyah,
“Orang-orang Islam telah bersalah faham pada perkara Al-Mahdi di atas 4 qaul, dan kebanyakan hadits-hadits itu menunjukkan bahawa Al-Mahdi itu seorang lelaki dari ahli bait Rasulullah SAW dan keturunan Sayidina Hassan bin Ali yang keluar pada akhir zaman kelak. Bahawa dunia ini sedang penuh dengan kezaliman dan kejahatan, maka Al-Mahdi itu memenuhkan bumi dengan keadilan dan kebajikan.”
Dalam hadits Nawwas bin Sam’an yang panjang yang membicarakan kemunculan Dajjal dan turunnya Isa alaihissalam, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:
“Ketika Allah telah mengutus al-Masih Ibnu Maryam, maka turunlah ia di menara putih di sebelah timur Damsyik dengan mengenakan dua buah pakaian yang dicelup dengan waras dan zafaran, dan kedua telapak tangannya diletakkannya di sayap dua Malaikat; bila ia menundukkan kepala maka menurunlah rambutnya, dan jika diangkatnya kelihatan landai seperti mutiara.
Maka tidak ada orang kafir pun yang mencium nafasnya kecuali pasti meninggal dunia, padahal nafasnya itu sejauh mata memandang. Lalu Isa mencari Dajjal hingga menjumpainya di pintu Lud, lantas dibunuhnya Dajjal.
Kemudian Isa datang kepada suatu kaum yang telah dilindungi Allah dari Dajjal, lalu Isa mengusap wajah mereka dan memberi tahu mereka tentang darjat mereka di syurga.” (Shahih Muslim, Kitab Al-Fitan wa Asyrathis Sa’ah, Bab Dzikr Ad-Dajjal 18:67-68 )
Diriwayatkan bahwa Rasulullah shalallhu ‘alaihi wasallam bersabda, “Isa bin Maryam akan turun di Menara Putih sebelah timur Kota Damsyik.” (HR Thabrani)
Menurut Ibnu Katsir Nabi Isa akan turun disisi menara sebelah timur Masjid Jamik Umawi iaitu di sebelah timur Damaskus/Damsyik.
Menara tersebut telah diperbaiki pada zaman Ibnu Katsir iaitu pada tahun 741 Hijrah. Pembiayaanya diambil dari harta orang-orang Nasrani yang sebelumnye telah membakar menara tersebut.
Hafiz Ibnu Katsir dalam an-Nihayah berkata, “Inilah pendapat yang lebih masyhur tentang tempat turunnya Isa, iaitu di menara putih di timur Damsyik.
Dan saya telah melihat di sebagian buku bahwa Isa turun di menara putih sebelah timur Jami’ Damsyik.
Mungkin inilah yang lebih valid dan bunyi riwayatnya, ‘Maka dia turun di atas menara putih yang ada di timur Damsyik’. Jadi rawi membuat redaksi sendiri sesuai dengan apa yang dia fahami.
Dan di Damsyik tidak ada menara yang dikenali dengan menara timur kecuali menara yang berada di timur Jami’ Umawi dan inilah yang lebih cocok dan lebih sesuai kerana Isa turun pada saat didirikannya shalat…” (An-Nihayah fi al-Fitan wa al-Malahim I/192)
Menurut Sami bin Abdullah Al-Maghluts pula dalam bukunya Athlas Tarikh al-Anbiya’ wa ar-rosul (atlas sejarah nabi dan rosul) ada dua buah menara yang sangat mirip sebagaimana disebutkan dalam hadist di atas.
Kedua menara itu adalah menara Masjid al-Umawi (Umayyah) yang di bangun oleh al-Walid bin Abdul Malik (lihat atlas hadist karya Syauqi Abu Khalil) dan menara tembok damaskus.
Kedua tempat tersebut memiliki kemiripan yang diduga disana lah Isa AS akan turun.
Tulisan di bawah ini berisi Perhitungan Umur Umat Islam menurut 3 ulama besar:
- Al Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani dari Mazhab Syafi’i
- Jalaluddin As Suyuthi (Imam Suyuthi)
- Imam Ibnu Rajab al Hanbali
Perhitungan Umur Umat Islam Dan Tahun Kedatangan Imam Mahdi
Segala pemujaan dan pujian hanyalah bagi ALLAH yang Maha Suci dan Maha Agung. Satu-satunya Tuhan yang harus disembah. Tidak ada sekutu bagi ALLAH sang penguasa alam ghaib, DIA pemilik segala rahasia dan ditangan ALLAH langit dan bumi.
Salam dan selawat senantiasa tercurah kepada insan utama Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam pemimpin kaum mukmin.
Artikel ini membahas perkara perhitungan umur umat Islam, yang belum pernah dipublish secara berantai melalui mailing list, insya ALLAH hanya di milis Cinta-Rasul.
Perkara ini sangatlah besar dan menurut sebahagian manusia dianggap sebagai khurafat dan bidaah, tetapi bagi kita kaum Ahlus Sunnah (Sunni) adalah lebih baik mengambilnya sebagai iktibar agar kita senantiasa bersiap diri menghadap ALLAH subhanahu wa ta’ala.
Kita tahu bahawa urusan kiamat adalah hak mutlak milik ALLAH saja, bahkan Nabi Muhammad SAW juga tidak mengetahuinya, namun beliau mengisyaratkan tanda-tandanya. Dan adalah kita berusaha untuk memahaminya.
Ingat! Kita adalah golongan ahlus sunnah, dan tujuan artikel ini hanya menyeru kepada manusia agar senantiasa mengingat ALLAH agar berbakti kepada-NYA dengan bersegera mengerjakan perintah-NYA dan menjauhi larangan-NYA.
Janganlah kita mati dengan membawa kejahilan yang tidak menggunakan mata, telinga, akal dan hati yang telah diberikan ALLAH SWT untuk melihat tanda-tanda kekuasaan-NYA Yang Maha Besar.
Dalam artikel ini, kita hanya mengambil 3 pendapat dari ulama-ulama yang terkenal dalam ajaran Ahlussunnah wal Jamaah aitu daripada:
- Al Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani dari Mazhab Syafi’i
- Jalaluddin As Suyuthi (Imam Suyuthi)
- Imam Ibnu Rajab al Hanbali
Kita menganggap pendapat mereka bertiga adalah rasional, kerana tujuan mereka hanyalah menyeru kepada umat Islam agar senantiasa bersiap diri dan mengerjakan amal ibadah dan bertakwa kepada ALLAH SWT.
Maka demikian pula halnya dengan kita yang berharap agar manusia yang tertidur kembali terjaga, agar manusia yang lalai dalam agamanya menjadi kembali kepada sunnah Rasulnya, dan mudah-mudahan kita meninggalkan dunia ini dan menghadap ALLAH SWT dalam keadaan keredhaaNya.wabillahit taufiq wal hidayah.
Al Hafidz Ibnu Hajar
Menurut pendapat Ibnu Hajar:
Umur umat Yahudi adalah umur umat Nasrani ditambah dengan umur umat Islam. Para ahli sejarah mengatakan bahwa Umur umat Yahudi yang dihitung dari diutusnya Nabi Musa alaihis salam hingga diutusnya Nabi Isa alaihis salam adalah 1500 tahun.
Berdasarkan hadis Rasullulah SAW: Dari Salman Al Farisi ia bercerita bahawa Tempoh antara Isa dan Muhammad SAW adalah selama 600 tahun. [HR. Bukhari]
Sehingga umur umat Nasrani yang dihitung dari sejak diutusnya Nabi Isa (Yesus) alaihis salam hingga diutusnya Nabi Muhammad SAW adalah 600 tahun.
Oleh itu:
Umur Yahudi = Umur Nasrani + Umur Islam
1500 tahun = 600 tahun + 900 tahun
Kemudian Ibnu Hajar dalam Kitabnya mengatakan adanya tambahan 500 tahun sesuai hadis marfu yaitu:
Dari Sa’ad bin Abu Waqqash, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda: Sesungguhnya saya berharap agar umatku tidak akan lemah di depan Tuhan mereka dengan mengundurkan (mengulurkan) umur mereka selama setengah hari”.
Kemudian Sa’ad ditanyai orang: Berapakah lamanya setengah hari itu? Ia (Sa’ad) menjawab: “Lima ratus tahun. [Hadis shahih riwayat Ahmad, Abu Dawud, Al Hakim, Abu Nu’aim dan disahihkan oleh Al Albani]
Oleh itu, jumlah umur Islam menurut Ibnu Hajar adalah 900 + 500 tahun = 1400 tahun lebih, tidak termasuk tambahan (kerana tidak mungkin umur itu bernilai genap)
Pengiraan Berdasarkan Tahun Artikel Ditulis (2006)
Sekarang kita berada di tahun 1427 Hijriah (2006 Masehi). Ini bermakna tempoh telah melewati lebih dari 1400 tahun.
Sedangkan tambahan yang dimaksud itu mungkin adalah umur Nabi Muhammad SAW, kerana Islam adalah agama yang dibawa oleh beliau. Juga ditambah dengan 13 tahun kerana awal penulisan tahun Hijriah dimulai ketika Rasulullah SAW berhijrah ke Madinah. Dan 13 tahun adalah ketika beliau di Makkah.
Sehingga umur Islam adalah:
1400 + 63 (umur Nabi) + 13 (tahun sebelum hijrah) = 1476 tahun
Jika dikurangi dengan masa kita hidup ini yaitu 2006 Masehi atau 1427 Hijirah, berarti 1476 – 1427 = 49 tahun.
“49 tahun adalah sisa umur umat Islam dari hari ini.”
Adakah pada tahun 2055 Masehi Islam sudah hilang dari muka bumi??? Hanya Allah SWT Yang Maha Mengetahui.
Maka, sebagai manusia yang berakal dan beriman, sudah semestinya kita mempertingkatkan TAKWA, mempersiapkan diri dan memperbaiki segala amal ibadah dari masa ke semasa.
Imam As Suyuthi
Menurut Imam Suyuthi, umur umat Islam adalah jumlah umur dunia dikurangi dengan umur-umur Nabi/Rasul sejak Nabi Adam alaihi salam hingga diutusnya Nabi Muhammad SAW.
Perhitungan umur umat Islam menurut beliau terdiri dari 3 materi yaitu:
Perhitungan umur dunia
Perhitungan umur umat-umat yang terdahulu sejak Nabi Adam hingga diutusnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
Perhitungan jarak waktu sejak ditutupnya pintu taubat (yaitu sejak matahari terbit di barat) hingga ketika Tiupan Pertama sangkakala kiamat.
Rumusan boleh dibuat bahawa:
Umur umat Islam = [1. Umur dunia] – [2. Umur umat terdahulu] – [3. Jarak waktu]
1. Perhitungan Umur Dunia
Dari Abu Hurairah ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Hari yang terbit matahari padanya yang paling baik adalah hari jumat, pada hari itu Adam diciptakan, pada hari itu ia dimasukkan ke dalam surga, pada hari itu pula ia dikeluarkan darinya, dan tidak akan terjadi hari kiamat kecuali pada hari Jumat. [HR. Muslim, Tirmizi & Ahmad]
Dari hadis di atas diketahui bahawa perhitungan umur dunia dihitung sejak dikeluarkannya Nabi Adam alaihis salam ke bumi hingga saat kiamat adalah dari hari Jumat ke hari Jumat, yaitu berlalu selama 1 minggu akhirat (7 hari akhirat).
Manakala dalam Al Quran surah 32 As Sajdah ayat 5 yang berbunyi:
DIA mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-NYA dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.
Maka dapat diketahui bahwa 1 (satu) hari disisi ALLAH itu adalah 1000 tahun dunia. Jadi umur dunia adalah 7000 tahun.
2. Perhitungan Umur Umat Yang Terdahulu
Dari Ibnu Abbas, dari (cerita) Rasulullah SAW (kepadanya), kemudian ia berkata: Umur Adam adalah 1000 tahun. Kemudian ia berkata: Antara Adam dengan Nuh adalah 1000 tahun, dan antara Nuh dengan Ibrahim adalah 1000 tahun, dan antara Ibrahim dengan Musa adalah 700 tahun, dan antara Musa dengan Isa adalah 1500 tahun, sedangkan antara Isa dengan Nabi kita adalah 600 tahun. [HR. Hakim]
Jadi dapat dihitung bahwa masa (umur umat terdahulu) adalah 1000 + 1000 + 700 + 1500 + 600 = 4800 tahun.
Nabi Adam adalah manusia pertama, sehingga umur dunia tidak dihitung dari tahun sebelum Adam, melainkan dihitung sejak beliau diturunkan ke bumi.
3. Perhitungan Waktu Antara Terbitnya Matahari Dari Arah Barat Hingga Ditiupnya Sangkakala Kiamat
Hadis-hadis yang menerangkan tentang perhitungan waktu ini adalah:
1. Dari Abdullah bin Umar, ia berkata:
Manusia akan menetap setelah terbitnya matahari dari tempatnya terbenam selama 120 tahun. (Hadis shahih mauquf riwayat Ahmad, Thabrani, Ibnu Abu Syibah dan Abdul Razzaq, Al Haitsami mengatakan para perawinya wara dan terpercaya)
2. Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Jarak waktu antara dua tiupan itu adalah empat puluh.
Mereka bertanya: Wahai Abu Hurairah, apakah 40 hari? Ia menjawab: Aku tidak dapat menyebutkan. Mereka bertanya lagi: 40 bulan? Ia menjawab (kembali): Aku tidak dapat menyebutkan. Mereka bertanya lagi: 40 tahun? Ia (kembali) menjawab : Aku tidak dapat menyebutkan. Kemudian ALLAH menurunkan hujan, sehingga mayat-mayat tumbuh (bangkit) seperti tumbuhnya tanaman sayuran. Tidak ada satu bagian tubuh manusia kecuali semua telah hancur selain satu tulang, yaitu tulang ekornya dan dari tulang itulah jasad manusia akan disusun kembali pada hari kiamat. (HR. Bukhari, Muslim, Nasai, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad & Malik)
3. Rasulullah SAW bersabda:
ALLAH mengumpulkan orang-orang yang awal dan orang-orang yang yang terakhir pada suatu hari yang dimaklumkan yaitu selama 40 (empat puluh) tahun dalam keadaan menengadah dan membelalakkan kedua mata mereka ke langit untuk menunggu keputusan pengadilan dan ALLAH akan turun dalam lindungan awan-awan. (Hadis hasan riwayat Adz Dzahabi dan dihasankan pula oleh Al Albani)
4. Dalam suatu hadis shahih (dari Saad bin Abi Waqash) dikatakan bahwa Rasulullah SAW telah bersabda: Hari dimana manusia akan berdiri menghadap Tuhan semesta alam adalah selama setengah hari (Beliau menerangkan Al Quran surah ke-83 Al Muthaffifin).
Sudah kita ketahui bahwa setengah hari akhirat adalah 500 tahun. Hal ini bersesuaian dengan hadis Bukhari dan Muslim yang mengatakan bahawa; Kaum fakir miskin akan memasuki syurga sebelum orang-orang kaya selama setengah hari yaitu selama 500 tahun.
Perhitungan waktu menjelang kiamat adalah sebagai berikut:
Dihitung sejak terbit matahari dari arah Barat adalah karena setelah perkara itu terjadi maka tidak ada lagi dosa yang diampuni, segala pintu taubat ditutup, dan tidak diterima lagi syahadat. Artinya tidak ada lagi Islam.
Dan diakhiri hingga manusia berdiri di padang Mahsyar menghadap ALLAH adalah kerana saat itu manusia baru dibangkitkan dari kubur dan belum dihisab.
Dari hadis-hadis di depan, maka kita ketahui jarak waktu:
Matahari dari arah barat ~ tiupan pertama = 120 tahun
Tiupan pertama ~ tiupan kedua = 40 tahun
Tiupan kedua ~ kebangkitan seluruh manusia = 40 tahun
Kebangkitan ~ perhisaban (penentuan syurga dan neraka) = 500 tahun
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa jarak waktu dari terbitnya matahari dari arah Barat hingga berdiri di padang Mahsyar adalah 120 + 40 + 40 + 500 = 700 tahun.
Kesimpulan perhitungan Imam Suyuthi:
Umur dunia = umur umat terdahulu + umur umat Islam + masa hari akhir
Telah kita ketahui bahwa:
Perhitungan umur dunia adalah 7000 tahun
Perhitungan umur umat-umat terdahulu adalah 4800 tahun
Perhitungan masa sejak ditolaknya syahadat hingga kiamat adalah 700 tahun
Sehingga dapat dihitung,
Umur umat Islam = 7000 – 4800 – 700 = 1500 tahun
Kemudian dikurangi dengan masa kenabian dan kerasulan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, sehingga didapat bahwa sisa umur umat Islam adalah: 1500 – 23 = 1477 tahun
Dari mana angka 23?
Sebagaimana kita ketahui bahwa sejak diutusnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam hingga beliau wafat adalah 23 tahun, dimana 13 tahun beliau SAW berada di Makkah, kemudian diperintahkan ALLAH untuk hijrah ke Madinah, disini beliau berdakwah hingga beliau wafat selama 10 tahun. Dan penulisan kalender Hijriah dihitung pada saat beliau Hijrah.
Imam Suyuthi menambahkan dalam kitabnya yang berjudul Al Kassaf ketika menerangkan tentang keluarnya Imam Mahdi ‘alaihis salam berkata:
“Hadis-hadis hanya menunjukkan bahwa masa-masa (umur) umat ini (Islam) lebih dari 1000 tahun dan tambahannya sama sekali tidak lebih dari 500 tahun.
Jika umur Islam = 1477 tahun, dan sekarang kita berada di tahun 2006 Masehi atau 1427 Hijriah. Maka sisa umur Islam adalah: 1477 – 1427 = 50 tahun. “50 tahun adalah sisa umur umat Islam sejak masa ini.” Jadi tahun 2056 Masehi akan terjadi kegoncangan? Wallahu a‘lam.
Imam Ibnu Rajab Al Hanbali
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda: Sesungguhnya masa menetap kamu dibandingkan dengan umat-umat yang telah berlalu adalah seperti jarak waktu antara salat Ashar hingga terbenamnya matahari.
Hadis diatas diriwayatkan dari Ibnu Umar oleh Imam Bukhari.
Dan menurut penafsiran Ibnu Rajab, “umat-umat yang telah berlalu” itu adalah umat Nabi Musa (yahudi) dan umat Nabi Isa (nasrani) karena ada hadis sahih lain yang berbunyi seperti itu yang intinya membandingkan Islam dengan Ahli Kitab.
Beliau telah meletakkan keseluruhan masa dunia adalah seperti satu hari penuh dengan siang dan malamnya.
Beliau menjadikan waktu yang telah berlalu dari umat-umat terdahulu dari masa Nabi Adam hingga Nabi Musa seperti waktu satu malam dari hari tersebut, dan waktu itu adalah 3000 tahun.
Kemudian beliau menjadikan masa umat-umat yahudi, nasrani dan Islam adalah seperti waktu siang dari hari tersebut, maka berarti waktu itu juga 3000 tahun.
Kemudian beliau menafsirkan hadis Bukhari lainnya bahwa masa-masa amaliah umat Bani Israil (umat Nabi Musa) hingga datangnya Nabi Isa seperti setengah hari pertama, dan masa amaliah umat Isa adalah seperti waktu salat Zuhur hingga salat Ashar, dan masa amaliah umat Islam adalah seperti sesudah salat Ashar hingga terbenamnya matahari.
Jadi perhitungan menurut Ibnu Rajab itu sebagai berikut:
Masa umat-umat Adam hingga Musa = satu malam penuh = 3000 tahun
Masa umat-umat (yahudi – nasrani – Islam) = satu siang penuh = 3000 tahun
Umur Yahudi = setengah hari dari siang tersebut = ½ dari 3000 = 1500 tahun
Umur Nasrani = mengikuti hadis Muslim dari Salman al Farisi yaitu = 600 tahun
Maka umur umat Islam adalah 1500 – 600 = 900 tahun. Kemudian 900 tahun ini ditambahkan lagi 500 tahun (setengah hari akhirat) sebagaimana hadis dari Saad bin Abu Waqash riwayat Abu Dawud, Ahmad (yang ada dihalaman terdahulu).
Sehingga umur Islam menurut Ibnu Rajab adalah 900 + 500 = 1400 tahun, belum termasuk tambahan tahun. Namun beliau tidak menyebut berapa tahun tambahannya.
Perhitungan ini sama dengan method yang digunakan oleh Ibnu Hajar.
Kesimpulan Tiga Pendapat
Umur Umat Islam menurut Al Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani adalah 1476 tahun. Atau sisa 49 tahun lagi dari sekarang (2006).
Umur Umat Islam menurut Jalaluddin As-Suyuthi adalah 1477 tahun. Atau sisa 50 tahun lagi dari sekarang (2006).
Umur Umat Islam menurut Ibnu Rajab Al-Hanbali adalah lebih dari 1400 tahun.
Apa Yang Terjadi Jika Umur Umat Islam Sudah Berakhir???
Setelah umur umat Islam berakhir (ditandai dengan wafatnya Nabi Isa Al-Masih), maka setelah itu kita orang Islam masih hidup.
Ada yang mengatakan selama 40 tahun lagi. Namun selama itu tidak ada lagi mualaf (orang yang masuk Islam) dan syahadat yang diterima [artinya tidak ada lagi orang yang diterima masuk Islam], tidak ada lagi tobat yang diterima, karena pada akhir Umur Umat Islam itu matahari akan terbit dari arah Barat.
Kemudian manusia akan kembali kepada kekafiran dan kemunafikannya, bahkan lebih merajalela lagi.
Perhitungan Tahun Keluarnya Imam Mahdi Alaihis Salam
Sekilas Tentang Imam Mahdi
Kepercayaan terhadap kedatangan Imam Mahdi termasuk salah satu syariat dalam ajaran Islam Ahlul bait dan ahlussunnah wal jamaah. Nama beliau tidak termaktub dengan terang dalam Bukhari, al kaafi dan Muslim melainkan hanya istilah
Khalifah akhir zaman.
Namun nama Imam Mahdi banyak disebut dalam kitab lain seperti As-Sunnan dan Al-Musnad oleh ahli-ahli hadis: Tirmizi, Nasa’i, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad dan lainnya.
Bahkan derajat hadis yang menyatakan tentang Imam Mahdi mencapai tingkat mutawwatir dan shahih.
Adapun Imam Mahdi adalah pemimpin pertama sebelum manusia yang sebenarnya paling kita tunggu yaitu Nabi Isa ‘alaihissalam.
Tentang kedatangan kembali Nabi Isa ini dengan terang disebut dalam banyak hadis Bukhari dan Muslim. Sehingga mahsyur lah keyakinan akan datangnya Imam Mahdi dan Nabi Isa.
Tentang kehadiran Imam Mahdi dan Nabi Isa, masih masyarakat banyak yang tidak mempercayainya. Mereka menganggapnya dusta, tahayul dan khurafat.
Kepada masyarakat yang beranggapan begitu maka pantaslah kita sebut sebagai manusia bodoh, karena menolak hadis-hadis Rasulullah.
Apa pentingnya Imam Mahdi dan Nabi Isa pada zaman kita?
Mereka berdua sangat penting dalam Islam, mereka akan menentukan hukum Islam yang sebenar-benarnya sesuai syariat ALLAH yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Sehingga tidak ada lagi perselisihan dalam agama. Tidak ada lagi perbedaan Mazhab, semua akan melebur menjadi satu yaitu ahlussunnah sejati.
Imam Mahdi dan Nabi Isa adalah para pemimpin yang akan menyatuhkan kita , saudara Salafyin, Ikhwanul Muslimin & Hizbut Tahrir, syiah,Syafi’i, Hanbali, Maliki atau Hanafi, ataukah aliran Thariqat dan lainnya di dalam satu-satuan yaitu islam.
Kemudian Imam Mahdi dan Nabi Isa akan menuntun kita kepada kebenaran Islam yang mana tidak akan ada lagi perselisihan.
Dan di tangan Imam Mahdi dan Nabi Isa lah kemenangan Islam secara global ke seluruh dunia, menghancurkan sistem liberal dominasi Amerika Serikat dan Israel beserta sekutunya.
Demi ALLAH, Islam pastilah tidak akan dipecundangi oleh orang-orang kafir. Setelah gelap pasti terbitlah terang.
Wallahu A’lam
Hanya ALLAH yang Maha Mengetahui.
Ya ALLAH, ampunilah segala kekurangan dan dosa kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar