Senin, 06 Juli 2020

DALIL SHOLAWAT DAN MACAM- MACAMNYA SHOLAWAT


Shalawat, (Bahasa Arab: صلوات) sebuah zikir khusus dalam bahasa Arab yang berisikan sanjungan untuk Rasulullah saw yang diucapkan oleh

kaum muslimin saat tasyahud salat dan juga saat mendengar atau disebutkannya nama Rasulullah,Muhammad saw. Selain surah Al-Ahzabayat 56 (ayat shalawat), juga banyak sekali hadis yang menegaskan akan kemustahaban bershalawat.

Dalam keyakinan kaum muslimin, shalawat selain penghormatan kepada Rasulullah saw, juga memiliki pahala ukhrawi dan dampak-dampak positif duniawi. Shalawat memiliki kedudukan khusus dalam budaya umum kaum muslim di sejumlah negara dan kaum muslim membaca shalawat dalam pelbagai momen seperti mengungkapkan kegembiraan dalam sejumlah perayaan atau memulai pekerjaan, dalam rangka mengambil keberkahan.

Bentuk tersohor shalawat di kalangan komunitas madzhab ahlul bait as adalah kalimat "Allahumma Shalli ‘ala Muhammad wa Âli Muhammad."

Makna Shalawat Allah dan Para Malaikat

Menurut para filolog Arab, apabila kalimat Arab “salat” digunakan untuk penghormatan dan salam, maka tergantung pada siapa yang menggunakan dan kepada siapa ia gunakan, dari aspek spiritual memiliki perbedaan; semisalnya:

  • Shalawat Rasul untuk kaum mukminin berartikan doa untuk kebaikan, keberkahan, dan keselamatan mereka.
  • Shalawat para malaikat untuk seseorang berartikan memintakan ampunan dan rahmat untuknya.
  • Shalawat kaum mukminin kepada Rasulullah saw berartikan sanjungan dan mengingat baik beliau. [2]
  • Shalawat Allah atas Rasulullah saw berartikan turunnya rahmat untuk beliau.
  • Shalawat para malaikat untuk Rasulullah saw berartikan memintakan rahmat untuk beliau.
  • Dalam sebagian riwayatAhlulbait as yang berbicara tentang tata cara bershalawat juga ditegaskan bahwa saat bershalawat kepada Rasulullah saw diharuskan juga untuk mengirimkan shalawat kepada Âl (keluarga) Nabi. Seperti dalam sebuah riwayat dari Imam Shadiq as, dituturkan shalawat sebagai berikut, 
  • صَلَوَاتُ اللَّهِ وَ صَلَوَاتُ مَلَائِکتِهِ وَ أَنْبِیائِهِ وَ رُسُلِهِ وَ جَمِیعِ خَلْقِهِ عَلَی مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ وَ السَّلَامُ عَلَیهِ وَ عَلَیهِمْ وَ رَحْمَةُ اللَّهِ وَ بَرَکاتُه
  • "Shalawatullah wa Shalawatu Malaikatihi wa Anbiyaihi wa Rusulihi wa Jami’i Khalqihi ‘ala Muhmamad wa Âli Muhamamad wa as-Salamu ‘alaihi wa ‘alaihim wa Rahmatullahi wa Barakatuh".
  • Dalam sebuah riwayat disebutkan, shalawat atas Muhamamd saw memiliki seratus kebaikan dan shalawat atasnya dan keluarganya memiliki seribu kebaikan.

  • nabi Muhammad saw. adalah sayyid (penguhulu/pemimpin) seluruh makhluk. Hal ini berdasarkan ijmak seluruh kaum muslimin. Nabi saw. sendiri telah menjelaskan hal itu dalam sabda beliau,

    أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ
    "Saya adalah sayyid (penghulu) anak Adam."

        Dalam riwayat lain,

    أَنَا سَيِّدُ النَّاسِ
    "Saya adalah sayyid (penghulu) manusia." (Muttafaq alaih).

        Di dalam Alquran, Allah SWT memerintahkan umat Islam untuk menghormati dan mengagungkan beliau. Alalh berfirman,

    "Sesungguhnya Kami mengutus kamu sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan (agama)Nya, membesarkan-Nya. Dan bertasbih kepada-Nya di waktu pagi dan petang." (Al-Fath: 8-9).

        Salah satu bentuk penghormatan dan pengagungan ini adalah dengan menyebutnya sebagai sayyid. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Qatadah dan Suddi, "Makna tuwaqqirûhu (memuliakannya) adalah tusawwidûhu (mensayyidkannya/memuliakannya)."

        Para sahabat juga telah menggunakan kata ini dalam perbincangan mereka. Diriwayatkan dari Sahl bin Hunaif r.a., dia berkata, "Pada suatu hari kami melewati suatu aliran air. Saya lalu menceburkan diri ke dalamnya dan mandi di sana. Ketika selesai saya terkena demam. Keadaan saya itu lalu diceritakan kepada Rasulullah saw., maka beliau bersabda,

    ((مُرُوْا أَبَا ثَابِتٍ يَتَعَوَّذُ))، قُلْتُ: يَا سَيِّدِي وَالرُّقَى صَالِحَةٌ؟ قَالَ: ((لاَ رُقْيَةَ إِلاَّ فِيْ نَفْسٍ أَوْ حُمَةٍ أَوْ لَدْغَةٍ))
    "Suruhlah Abu Tsabit untuk berta'awudz." Lalu saya bertanya kepada beliau, "Wahai Sayyidi, apakah ruqyah itu bermanfaat?" Beliau menjawab, "Tidak boleh melakukan ruqyah kecuali karena 'ain, sengatan hewan beracun dan sengatan kalajengking." (HR. Ahmad dan Hakim. Hakim berkata, "Sanadnya shahih.").

        Para sahabat juga menggunakan kata "sayyid" ini dalam lafal salawat yang mereka ucapkan. Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud r.a., dia berkata, "Jika kalian mengucapkan salawat kepada Rasulullah saw. maka gunakanlah kata-kata yang baik. Karena kalian tidak tahu mungkin saja salawat itu dihadapkan kepada beliau." Para murid Ibnu Mas'ud lalu berkata, "Kalau begitu ajarilah kami kata-kata yang tepat untuk bersalawat." Ibnu Mas'ud menjawab, "Katakanlah, 'Ya Allah, jadikanlah salawat-Mu, rahmat-Mu dan keberkahan-Mu untuk sayyid (penghulu) para Rasul, pemimpin orang-orang yang bertakwa dan penutup para nabi, Muhammad, hamba-Mu dan rasul-Mu, pemimpin kebaikan, panglima kebaikan, rasul pembawa rahmat,...." (HR. Ibnu Majah dan dihasankan oleh Mundziri).

        Riwayat yang sama juga diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a. oleh Ahmad bin Mani' dalam musnadnya, dan dia menghukuminya sebagai hadis hasan dengan syawâhidnya (penguat-penguatnya).

         Adapun penyebutan kata sayyid untuk para makhluk yang lain selain Nabi saw., maka hal itu juga disyariatkan berdasarkan nash Alquran, Sunnah dan perbuatan umat secara terus menerus tanpa ada pengingkaran terhadapnya. Dalam Alquran, penjelasan mengenai hal ini disebutkan dalam firman Allah,

    "Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan salat di mihrab (katanya), 'Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang putramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang saleh." (Âli 'Imrân: 39).

        Imam Qurthubi berkata, "Ayat ini menjelaskan kebolehan penamaan seseorang dengan kata sayyid, sebagaimana kebolehan pemberian nama seseorang dengan aziz atau karim."

        Disebutkan juga dalam Alquran,

    "Kedua-duanya mendapati suami wanita itu di muka pintu". (Yûsuf: 25).

        Sedangkan dalam Sunnah, Nabi saw. pernah bersabda mengenai Hasan dan Husein radhiyallahu 'anhumâ,

    الْحَسَنُ وَالْحُسَيْنُ سَيِّدَا شَبَابِ أَهْلِ الْجَنَّةِ
    "Hasan dan Husein adalah sayyid (penghulu) para pemuda surga." (HR. Tirmidzi dan Hakim. Keduanya menshahihkan hadis ini).

        Rasulullah saw. juga pernah bersabda mengenai Hasan bin Ali,

    إِنَّ ابْنِيْ هَذَا سَيِّدٌ
    "Sesungguhnya cucuku ini adalah sayyid." (HR. Bukhari).

    Juga sabda Rasulullah saw. kepada Fatimah a.s.,

    يَا فَاطِمَةُ أَلاَ تَرْضَيْنَ أَنْ تَكُوْنِي سَيِّدَةَ نِسَاءِ الْمُؤْمِنِيْنَ
    "Wahai Fatimah, apakah kamu tidak rela untuk menjadi sayyidah (penghulu) para wanita surga." (HR. Bukhari).

         Sabda beliau mengenai Saad bin Muadz r.a.,

    قُومُوْا إِلَى سَيِّدِكُمْ
    "Sambutlah sayyid (pemimpin) kalian." (HR. Bukhari).

    Rasulullah saw. juga pernah bersabda kepada Bani Salamah,

    ((مَنْ سَيِّدُكُمْ يا بَنِي سَلمة؟)) قالوْا: سَيِّدُنا جَدُّ بْنُ قَيْسٍ، عَلَى أَنَّا نُبَخِّلُهُ، قال: ((وَأَيُّ دَاءٍ أَدْوَى مِنَ الْبُخْلِ؟ بَلْ سَيِّدُكم عَمْرُو بْنُ الجَمُوْحِ))
    "Siapakah sayyid (pemimpin) kalian, wahai Bani Salamah?"
    Mereka menjawab, "Sayyid kami adalah Jadd bin Qais. Hanya saja kami menganggapnya sebagai orang yang pelit."
    Beliau berkata, "Penyakit mana yang lebih merusak dari pelit? Yang tepat, sayyid kalian adalah 'Amr bin Jamuh
    ." (HR. Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad).

    Dalam riwayat lain,

    سَيِّدُكُمْ بِشْرُ بْنُ الْبَرَاءِ بْنِ مَعْرُوْرٍ
    "Sayyid kalian adalah Bisyr bin Barra` bin Ma'rur." (HR. Thabrani dalam al-Mu'jam al-Kabîr).

        Dan masih banyak lagi dalil yang menyebutkan mengenai kebolehan menyebut sayyid kepada para makhluk.

        Adapun perbuatan umat yang terus menerus, misalnya adalah ucapan Umar mengenai Abu Bakar dan Bilal, "Abu Bakar adalah sayyid kami dan telah memerdekakan sayyid kami." (HR. Bukhari). Juga perkataan Ali mengenai anaknya, Hasan, "Sesungguhnya anakku ini adalah sayyid sebagaimana dikatakan oleh Nabi saw." (HR. Abu Dawud).

    Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa dia berkata kepada Hasan bin Ali, "Wahai sayyidku." Lalu seseorang bertanya padanya, "Kamu mengatakan, 'Wahai sayyidku?' Abu Hurairah menjawab, "Saya mendengar Rasulullah saw. mengatakan bahwa dia adalah sayyid." (HR. Nasa`i dalam 'Amal al-Yaum wal-Lailah).

    Penyebutan-penyebutan ini dengan tanpa adanya pengingkaran dari para sahabat yang lain menjadi ijmak sukuti. Dan ijmak sukuti itu adalah salah satu dalil syarak, sebagaimana dijelaskan dalam ilmu Ushul Fikih. Sejak zaman dahulu, umat Islam telah terbiasa memberi gelar sayyid kepada para keluarga Nabi saw. (ahlul bait) yang berasal dari keturunan Hasan dan Husein a.s.. Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud r.a, dia berkata, "Sesuatu yang menurut kaum muslimin adalah perbuatan baik, maka menurut Allah itu adalah baik. Dan sesuatu yang menurut kaum muslimin adalah perbuatan jelek, maka menurut Allah itu adalah jelek." (HR. Ahmad).

    Dengan demikian, penyebutan kata sayyid kepada para ahlul bait dan para wali Allah adalah perbuatan yang disyariatkan, bahkan dianjurkan karena mengandung sikap sopan santun, penghormatan dan pemuliaan terhadap mereka. Nabi saw. pernah bersabda,

    لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يُجِلَّ كَبِيْرَنَا وَيَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيَعْرِفْ لِعَالِمِنَا حَقَّهُ
    "Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih kecil serta mengetahui hak ulama." (HR. Ahmad dan Hakim serta dia shahihkan dari Ubadah bin Shamit r.a.).

    Wallahu subhânahu wa ta'âlâ a'lam.

Keutamaan Shalawat


Keutamaan Shalawat

kepertama : Shalawat akan mengingatkan manusia kepada Allah dan Nabi-Nya serta penghormatan kepada syiar Ilahi. Karena sesuatu yang ditetapkan Allah sebagai syiar-Nya harus dihormati.  Dalam surat al-Hajj ayat 32, Allah berfirman yang artinya, “Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.”

Sejatinya pengagungan dan penghormatan syiar-syiah Allah adalah mengagungkan apa-apa yang diagungkan oleh Allah Swt.  Seluruh ajaran Islam membimbing manusia untuk mengingat Allah dan kebesaranya agama-Nya termasuk shalawat kepada Muhammad dan Ahlul Baitnya juga tercatat sebagai syiar Ilahi. Kecintaan kepada manusia-manusia suci ini sejatinya pengagungan terhadap syiar Allah Swt di muka bumi.

Shalawat merupakan zikir yang paling lengkap. Pasalnya shalawat mencakup tauhidnubuwah danwilayah. Dengan kata lain, seseorang yang membaca shalawat “Allahumma shali Aala Muhammad wa Aali Muhammad” ketika mengucapkan lafad Allah berarti ia telah mengumandangkan tauhid serta menerima Allah sebagai Tuhannya. Sementara ketika mengucapkan shali aala Muhammad, berarti ia telah menerima kenabian Muhammad. Adapun saat mengucapkan wa aali Muhammad, berarti ia telah menerima wilayah dan kepemimpinan Ahlu Bait Nabi. Dengan demikian ketika seseorang mengucapkan shalawat, berarti ia telah menerima tiga prinsip utama ini. Dengan sendirinya, shalawat telah menentukan jalan kehidupan manusia.

Nilai manusia terletak pada kelompok mana ia bergabung. Dalam pandangan al-Quran, terbagi menjadi dua golongan, pertama bernaung pada kelompok Ilahi (Hizbullah) dan kedua bernaung pada kelompok setan (Hizbusyaitan). Dalam surat al-Maidah ayat 56 Allah Swt berfirman yang artinya, “Dan barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang.” Berdasarkan ayat ini, mereka yang disebut sebagai Hizbullah adalah mereka yang berada di bawah wilayah Allah, Nabi dan Mukmin hakiki. Pastinya membaca shalawat secara teratur akan membuat manusia kian kokoh meniti jalan Ilahi dan berada dalam jalur kebenaran.

Di antara tujuan dari shalawat adalah mengenal lebih baik Nabi Muhammad dan Ahlul Baitnya. Betapa banyak manusia yang meluangkan sebagian besar waktunya untuk menuntut dan menggali ilmu, namun mereka tidak memiliki pengetahuan yang benar terkait nabi Islam dan keluarganya. Jika seseorang bersedia meluangkan sedikit waktunya untuk mengenal Muhammad, maka dapat dipastikan ia akan tergila-gila pada manusia suci ini. Ia akan menyadari bahwa sesungguhnya Muhammad diutus sebagai rahmat bagi alam semesta seperti yang telah ditegaskan oleh Allah Swt. Dengan shalawat maka pintu langit akan terbuka. Kepada Ali bin Abi Thalib as, Nabi bersabda, “Malaikat Jibril memberitahu kepada ku bahwa setiap umatku yang membaca shalawat kepadaku dan keluargaku maka pintu langit akan terbuka dan para malaikat akan mengirim 70 ucapan selamat kepadanya…”

shalawat merupakan faktor penyucian diri manusia

Selain itu, shalawat merupakan faktor penyucian diri manusia. Imam Shadiq as saat memberikan tafsiran surat al-Ahzab ayat 56 bersabda, “Dari sisi Tuhan, pembacaan shalawat adalah rahmat, pembacaan shalawat oleh malaikat adalah kesucian. Adapun shalawat manusia adalah doa dan permohonan rahmat.” Salah satu manfaat lain shalawat adalah diterimanya doa. Terkait hal ini, Imam Ali as berkata, “Tidak ada doa yang akan menembus langit kecuali dibarengi dengan shalawat kepada Nabi dan keluarganya.” Terkadang amalan seseorang tidak terlalu banyak, namun karena doanya disertai dengan shalawat maka maka doanya terkabul dan dosa-dosanya diampuni.

Bershalawat kepada Rasulullah saw dan Ahlul baitnya (sa) memiliki banyak keutamaan bagi kita di dunia dan akhirat. Keutamaannya antara lainnya:

Pertama: Rasulullah saw bersabda: “Pada hari kiamat aku akan berada di dekat timbangan. Barangsiapa yang berat amal buruknya di atas amal baiknya, aku akan menutupnya dengan shalawat kepadaku sehingga amal baiknya lebih berat karena shalawat.” (Al-Bihar 7/304/72)

Kedua: Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang bershalawat kepadaku tiga kali setiap hari dan tiga kali setiap malam, karena cinta dan rindu kepadaku, maka Allah azza wa jalla berhak mengampuni dosa-dosanya pada malam itu dan hari itu.” (Ad-Da’awat Ar-Rawandi: 89, bab 224, hadis ke 226)

Ketiga: Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang bershalawat kepadaku ketika akan membaca Al-Qur’an, malaikat akan selalu memohonkan ampunan baginya selama namaku berada dalam kitab itu.”  (Al-Bihar 94/71/65)

Keempat: Rasulullah saw bersabda: “Pada suatu malam aku diperjalankan untuk mi’raj ke langit, lalu aku melihat malaikat yang mempunyai seribu tangan, dan setiap tangan mempunyai seribu jari-jemari. Malaikat itu menghitung dengan jari-jemarinya, lalu aku bertanya kepada Jibril: Siapakah malaikat itu dan apa yang sedang dihitungnya? Jibril menjawab: Dia adalah malaikat yang ditugaskan untuk menghitung setiap tetesan hujan, ia menghafal setiap tetesan hujan yang diturunkan dari langit ke bumi.

Kemudian aku bertanya kepada malaikat itu: Apakah kamu mengetahui berapa tetesan hujan yang diturunkan dari langit ke bumi sejak Allah menciptakan dunia. Ia menjawab: Ya Rasulullah, demi Allah yang mengutusmu membawa kebenaran kepada makhluk-Nya, aku tidak hanya mengetahui setiap tetesan hujan yang turun dari langit ke bumi, tetapi aku juga mengetahui secara rinci berapa jumlah tetesan hujan yang jatuh di lautan, di daratan, di bangunan, di kebun, di tanah yang bergaram, dan yang jatuh di kuburan. Kemudian Rasulullah saw bersabda: Aku kagum terhadap kemampuan hafalan dan ingatanmu dalam perhitungan itu.
Kemudian malaikat itu berkata: Ya Rasulullah, ada yang tak sanggup aku menghafal dan mengingatnya dengan perhitungan tangan dan jari-jemariku ini.

Rasulullah saw bertanya: Perhitungan apakah itu? Ia menjawab: ketika suatu kaum dari ummatmu menghadiri suatu majlis, lalu namamu disebutkan di majlis itu, kemudian mereka bershalawat kepadamu. Pahala shalawat mereka itulah yang tak sanggup aku menghitungnya.” (Al-Mustadrak Syeikh An-Nuri, jilid 5: 355, hadis ke 72)

 

Bershalawat kepada Rasulullah saw dan Ahlul baitnya (sa) memiliki banyak keutamaan bagi kita di dunia dan akhirat. Keutamaannya antara lainnya:

**Pertama:

Rasulullah saw bersabda:
“Pada hari kiamat aku akan berada di dekat timbangan. Barangsiapa yang berat amal buruknya di atas amal baiknya, aku akan menutupnya dengan shalawat kepadaku sehingga amal baiknya lebih berat karena shalawat.” (Al-Bihar 7/304/72)

**Kedua:

Rasulullah saw bersabda:
“Barangsiapa yang bershalawat kepadaku tiga kali setiap hari dan tiga kali setiap malam, karena cinta dan rindu kepadaku, maka Allah azza wa jalla berhak mengampuni dosa-dosanya pada malam itu dan hari itu.” (Ad-Da’awat Ar-Rawandi: 89, bab 224, hadis ke 226)

**Ketiga:

Rasulullah saw bersabda:
“Barangsiapa yang bershalawat kepadaku ketika akan membaca Al-Qur’an, malaikat akan selalu memohonkan ampunan baginya selama namaku berada dalam kitab itu.” (Al-Bihar 94/71/65)

**Keempat:

Rasulullah saw bersabda:
“Pada suatu malam aku diperjalankan untuk mi’raj ke langit, lalu aku melihat malaikat yang mempunyai seribu tangan, dan setiap tangan mempunyai seribu jari-jemari. Malaikat itu menghitung dengan jari-jemarinya, lalu aku bertanya kepada Jibril: Siapakah malaikat itu dan apa yang sedang dihitungnya? Jibril menjawab: Dia adalah malaikat yang ditugaskan untuk menghitung setiap tetesan hujan, ia menghafal setiap tetesan hujan yang diturunkan dari langit ke bumi.

Kemudian aku bertanya kepada malaikat itu: Apakah kamu mengetahui berapa tetesan hujan yang diturunkan dari langit ke bumi sejak Allah menciptakan dunia?

Ia menjawab: Ya Rasulallah, demi Allah yang mengutusmu membawa kebenaran kepada makhluk-Nya, aku tidak hanya mengetahui setiap tetesan hujan yang turun dari langit ke bumi, tetapi aku juga mengetahui secara rinci berapa jumlah tetesan hujan yang jatuh di lautan, di daratan, di bangunan, di kebun, di tanah yang bergaram, dan yang jatuh di kuburan.

Kemudian Rasulullah saw bersabda:
Aku kagum terhadap kemampuan hafalan dan ingatanmu dalam perhitungan itu.

Kemudian malaikat itu berkata: Ya Rasulallah, ada yang tak sanggup aku menghafal dan mengingatnya dengan perhitungan tangan dan jari-jemariku ini.

Rasulullah saw bertanya: Perhitungan apakah itu?

Ia menjawab: ketika suatu kaum dari ummatmu menghadiri suatu majlis, lalu namamu disebutkan di majlis itu, kemudian mereka bershalawat kepadamu. Pahala shalawat mereka itulah yang tak sanggup aku menghitungnya.” (Al-Mustadrah Syeikh An-Nuri, jilid 5: 355, hadis ke 72)

**Kelima:

Rasulullah saw bersabda:
“Sebagaimana orang bermimpi, aku juga pernah bermimpi pamanku Hamzah bin Abdullah dan saudaraku Ja’far Ath-Thayyar. Mereka memegang tempat makanan yang berisi buah pidara lalu mereka memakannya tak lama kemudian buah pidara itu berubah menjadi buah anggur, lalu mereka memakannya tak lama kemudian buah anggur itu berubah menjadi buah kurma yang masih segar. Saat mereka memakan buah kurma itu tak lama segera aku mendekati mereka dan bertanya kepada mereka: Demi ayahku jadi tebusan kalian, amal apa yang paling utama yang kalian dapatkan? Mereka menjawab: Demi ayahku dan ibuku jadi tebusanmu, kami mendapatkan amal yang paling utama adalah shalawat kepadamu, memberi minuman, dan cinta kepada Ali bin Abi Thalib (sa).” (Ad-Da’awat Ar-Rawandi, hlm 90, bab 224, hadis ke 227)

**Keenam:

Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata:
“Tidak ada sesuatu amal pun yang lebih berat dalam timbangan daripada shalawat kepada Nabi dan keluarganya. Sungguh akan ada seseorang ketika amalnya diletakkan di timbangan amal, timbangan amalnya miring, kemudian Nabi saw mengeluarkan pahala shalawat untuknya dan meletakkan pada timbangannya, maka beruntunglah ia dengan shalawat itu.” (Al-Kafi, jilid 2, halaman 494)

**Ketujuh:

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Barangsiapa yang tidak sanggup menutupi dosa-dosanya, maka perbanyaklah bershalawat kepada Muhammad dan keluarganya, karena shalawat itu benar-benar dapat menghancurkan dosa-dosa.” (Al-Bihar 94/ 47/2, 94/63/52)

**Kedelapan:

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Ketika nama Nabi saw disebutkan, maka perbanyaklah bershalawat kepadanya, karena orang yang membaca shalawat kepada Nabi saw satu kali, seribu barisan malaikat bershalawat padanya seribu kali, dan belum ada sesuatupun yang kekal dari ciptaan Allah kecuali shalawat kepada hamba-Nya karena shalawat Allah dan shalawat para malaikat-Nya kepadanya. Orang yang tidak mencintai shalawat, ia adalah orang jahil dan tertipudaya, sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya serta Ahlul baitnya berlepas diri darinya.” (Al-Kafi 2: 492)

Syeikh Abbas Al-Qumi mengatakan bahwa Syeikh Shaduq (ra) meriwayatkan dalam kitabnya Ma’anil Akhbar: Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) menjelaskan tentang makna firman Allah saw, “Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi…: Shalawat dari Allah azza wa jalla adalah rahmat, shalawat dari malaikat adalah pensucian, dan shalawat dari manusia adalah doa.” (Ma’anil akhbar: 368)

Dalam kitab yang sama diriwayatkan bahwa perawi hadis ini bertanya: Bagaimana cara kami bershalawat kepada Muhammad dan keluarganya? Beliau menjawab:

صلوات الله وصلوات ملائكته وانبيائه ورسله وجميع خلقه على محمّد وآل محمّد والسلام عليه وعليهم ورحمه الله وبركاته

“Semoga shalawat Allah, para malaikat-Nya, para nabi-Nya, para rasul-Nya dan seluruh makhluk-Nya senantiasa tercurahkan kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, dan semoga keselamatan, rahmat dan keberkahan Allah senantiasa tercurahkan kepadanya dan kepada mereka.”

Aku bertanya: Apa pahala bagi orang yang bershalawat kepada Nabi dan keluarganya dengan shalawat ini? Beliau menjawab: “Ia akan keluar dari dosa-dosanya seperti keadaan bayi yang baru lahir dari ibunya.” (Ma’anil akhbar: 368)

**Kesembilan:

Syeikh Al-Kulaini meriwayatkan di akhir shalawat yang dibaca setiap waktu Ashar pada hari Jum’at:

اللّهمّ صلّ على محمّد وآل محمّد الاوصياء المرضيين بأفضل صلواتك وبارك عليهم بأفضل بركاتك والسلام عليه وعليهم ورحمة الله وبركاته

“Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, para washi yang diridhai, dengan shalawat-Mu yang paling utama, berkahi mereka dengan keberkahan-Mu yang paling utama, dan semoga salam dan rahmat serta keberkahan Allah senantiasa tercurahkan kepadanya dan kepada mereka.”

Orang yang membaca shalawat ini tujuh kali, Allah akan membalas baginya setiap hamba satu kebaikan, amalnya pada hari itu akan diterima, dan ia akan datang pada hari kiamat dalam keadaan bercahaya di antara kedua matanya. (Al-Furu’ Al-Kafi 3: 429)

**Kesepuluh:

Dalam suatu hadis disebutkan: “Barangsiapa yang membaca shalawat berikut ini sesudah shalat Fajar dan sesudah shalat Zuhur, ia tidak akan mati sebelum berjumpa dengan Al-Qaim (Imam Mahdi) dari keluarga Nabi saw:

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ وَعَجِّلْ فَرَجَهُمْ.

Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, dan percepatlah kemenangan mereka .” (Safinah Al-Bihar 5: 170)

بسم الله الرحمن الرحيم

اللهم صل على محمد وآل محمد

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Rasulullah dan keluarganya

اللَّهُمَّ دَاحِيَ الْمَدْحُوَّاتِ ، وَدَاعِمَ الْمَسْمُوكَاتِ  وَجَابِلَ الْقُلُوبِ عَلَى فِطْرَتِهَا: شَقِيِّهَا وَسَعِيدِهَا

Ya Allah, wahai zat yang menghamparkan dan membentangkan bumi. Wahai zat yang mengokohkan langit. Wahai zat yang menciptakan hati sesuai dengan fitrahnya: ada yang jahat ada pula yang baik.

اجْعَلْ شَرَائِفَ صَلَوَاتِكَ، وَنَوَامِيَ بَرَكَاتِكَ، عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ، الْخَاتمِ لِمَا سَبَقَ، وَالْفَاتِحِ لِمَا انْغَلَقَ  وَالْمُعْلِنِ الْحَقَّ بِالْحَقِّ، وَالدَّافِعِ جَيْشَاتِ الْأَباطِيلِ وَالدَّامِغِ صَوْلاَتِ الْأَضَالِيلِ

Curahkanlah shalawat dan berkah-Mu yang berlimpah kepada Muhammad, hamba yang Engkau utus menjadi rasul-Mu, penutup hal-hal yang telah lalu, pembuka yang terkunci, penyebar kebenaran, penumpas kebatilan, penghancur kesesatan.

 كَمَا حُمِّلَ فَاضْطَلَعَ قَائِماً بِأَمْرِكَ، مُسْتَوْفِزاً فِي مَرْضَاتِكَ، غَيْرَ نَاكِلٍ  عَنْ قُدُمٍ  وَلاَ وَاهٍ  فِي عَزْمٍ، وَاعِياً لِوَحْيِكَ، حَافِظاً لِعَهْدَكَ، مَاضِياً عَلَى نَفَاذِ أَمْرِكَ;

Seperti yang diembankan kepadanya. Dia (rasulullah) menjalankan perintah-Mu, siap siaga dalam menggapai ridha-Mu. Pantang mundur dan tak pernah kendur semangatnya. Dia senantiasa memperhatikan wahyu-Mu, menjaga janji-Mu, terus maju menjalankan perintah-Mu

 حَتَّى أَوْرَى قَبَسَ الْقَابِسِ  وَأَضَاءَ الطَّرِيقَ لِلْخَابِطِ  وَهُدِيَتْ بِهِ الْقُلُوبُ بَعْدَ خَوْضَاتِ الْفِتَنِ، وَالْآثَامِ وَأَقَامَ بِمُوضِحاتِ الْأَعْلاَمِ  وَنَيِّرَاتِ الْأَحْكَامِ، فَهُوَ أَمِينُكَ الْمَأْمُونُ، وَخَازِنُ عِلْمِكَ الْمخْزُونِ وَشَهِيدُكَ يَوْمَ الدِّينِ، وَبَعِيثُكَ بِالْحَقِّ، وَرَسُولُكَ إِلَى الْخَلْقِ.

Sehingga para pencari cahaya menemukan sinar. Orang-orang yang berjalan dalam kegelapan mendapatkan petunjuk. Dia telah meletakkan dasar-dasar pengetahuan yang terang dan hukum yang jelas. Dialah tangan kanan-Mu yang terpercaya, pemelihara ilmu-Mu yang terjaga, saksi-Mu di hari pembalasan, utusan-Mu yang menyampaikan kebenaran dan rasul-Mu yang diutus kepada seluruh mahluk.

اللَّهُمَّ افْسَحْ لَهُ مَفْسَحاً فِي ظِلِّكَ  وَاجْزِهِ مُضَاعَفَاتِ الْخَيْرِمِنْ فَضْلِكَ. اللَّهُمَّ أَعْلِ عَلَى بِنَاءِ الْبَانِينَ بِنَاءَهُ، وَأَكْرِمْ لَدَيْكَ مَنْزِلَتَهُ، وَأَتْمِمْ لَهُ نُورَهُ، وَاجْزِهِ مِنَ ابْتِعَاثِكَ لَهُ مَقبُولَ الشَّهَادَةِ، مَرْضِيَّ الْمَقالَةِ، ذا مَنْطِقٍ عَدْلٍ، وخُطْبَةٍ فَصْلٍ. اللَّهُمَّ اجْمَعْ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُ فِي بَرْدِ الْعَيشِ، وَقَرَارِ النِّعْمَةِ  وَمُنَى الشَّهَوَاتِ  وَأَهْوَاءِ اللَّذَّاتِ. وَرَخَاءِ الدَّعَةِ  وَمُنْتَهَى الْطُّمَأْنِينَةِ، وَتُحَفِ الْكَرَامَةِ

Ya Allah, lapangkanlah tempat untuknya di bawah naungan-Mu, berilah balasan kebaikan yang berlipat dari karunia-Mu. Ya Allah, tinggikanlah bangunannya (di surga) di atas bangunan bangunan yang lain. Muliakanlah kedudukannya di sisi-Mu. Sempurnakanlah sinarnya. Berilah balasan atas jasanya sebagai utusan-Mu dengan diterima kesaksiannya, disenangi perkataannya. Dikaruniai pembicaraan yang tegas dan lisan yang fasih.

Ya Allah, kumpulkanlah kami dengannya dalam kehidupan penuh rahmat, nikmat yang menenangkan, keinginan yang diidam-idamkan, kesenangan hidup yang penuh kenikmatan, kelapangan yang menenangkan, puncak ketenangan dan hadiah kemuliaan.

[*]

Baca: “Doa Imam Ali Kala Memuji Nabi saw

muhammadShalawat al-Fatih

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ، وَ النَّاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ، وَالْهَادِيْ إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ وَعَلٰى آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ العَظِيْمِ

Syekh Ahmad at Tijany berkata: ”Keistimewaan sholawat al-Fatih sangat sulit di terima oleh akal, karena ia merupakan rahasia Allah SWT yang tersembunyi. Seandainya ada 100.000 bangsa, yang setiap bangsa itu terdiri dari 100.000 kaum, dan setiap kaum terdiri dari 100.000 orang, dan setiap orang diberi umur panjang oleh Allah SWT sampai 100.000 tahun, dan setiap orang bersholawat kepada nabi setiap hari 100.000x, semua pahala itu belum dapat menandingi pahala membaca sholawat al-Fatih 1x.

Adapun Syaikh Muhammad al Budairi al Qudsi mengatakan bahwa siapa yang membacanya setiap hari setelah membaca al-Musabbi’at al-Asyr (sepuluh bacaan yang dibaca tujuh kali), yaitu Ayat Kursy, al Fatihah, al Ikhlas, al Falaq, al Naas, al Kafirun, tasbih-tahmid-tahlil-takbir-hauqalah, shalawat Ibrahimiyah, doa. Maka akan mendapatkan beberapa faidah di antaranya adalah mendapatkan perlindungan dari bahaya di dunia dan di hari dikumpulkan di padang mahsyar, menjadi benteng dari segala keburukan dan celaka.

اللّهُمّ اغْفِرْ لِيْ وَالِوَالِدَىَّ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ يَوْمَ يَقُوْمُ الْحِسَابِ

Serta doa:

 اللّهُمَّ افْعَلْ بِيْ وَبِهِمْ عَاجِلاً وَاجِلاً فِيْ الدِّيْنِ وَالدُّنْياَ وَاْلآخِرَةِ مَآ أَنْتَ لَهُ أَهْلٌ وَلَا تَفْعَلُ بِنَا ياَ مَوْلَانَا مَا نَحْنُ لَهُ أَهْلٌ إِنَّكَ غَفُوْرٌ حَلِيْمٌ جَوَّادٌ كَرِيْمٌ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ

Shalawat al Nariyah/al Tafjiriyah

اللَّهُمَّ صَلِّ صَلاَةً كَامِلَةً وَسَلِّمْ سَلاَمًا تَامًّا عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ نِالَّذِيْ تُنْحَلُ بِهَ الْعُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ وَتُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ وَحُسْنُ الْخَوَاتِيْمِ وَيُسْتَسْقَى الْغَمَامُ بِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَعَلٰى آلِهِ وَصَحْبِهِ فيْ كُلِّ لَمْحَةٍ وَ نَفَسٍ بِعَدَدِ كُلِّ مَعْلُوْمٍ لَكَ

Barangsiapa yang dicita-citakan, atau ingin menolak yang tidak disukai mereka berkumpul dalam satu majelis untuk membaca shalawat nariyah ini sebanyak 4444 kali, tercapailah apa yang dikehendaki dengan cepat (bi idznillah).

Imam al Qurthubi mengatakan: “Barang siapa membaca shalawat ini (al-Nariyah/al-Tafjiriyah) 41 kali, 100 kali atau lebih, Allah akan melapangkan kesulitannya, mengusir kesedihannya, memudahkan urusannya, menerangi hatinya menurut kadar imannya, meninggikan derajat nya, membaguskan keadaannya, meluaskan rejekinya, membukakan pintu-pintu kebaikan, dan melindunginya dari kehacuran sepanjang tahun, menyelamatkan dari berbagai musibah kelaparan dan kemiskinan, dicintai oleh semua mahluk, dan dikabulkannya doa dari segala doa.”

Shalawat Munjiyat

اللَهُمَّ صَلِّ عَلٰي سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلاَةٌ تُنْجيْنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ الأهَوَالِ وَالأَفَاتِ وَتَقْضِيْ لَنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ الحَاجَاتِ وَتُطَهِّرُنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ السَيِّئَاتِ وَتَرْفَعُنَا بِهَا عِنْدَكَ أَعْلٰى الدَرَجَاتِ وَتُبَلّغُنَا بِهَا أَقْصٰى الغَايَاتِ مِنْ جَمِيْعِ الخَيْرَاتِ فِيْ الحَيَاةِ وَبَعْدَ المَمَاتِ بِرَحْمَتِكَ ياَ أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

Hasan bin ‘Ali al-Aswânî berkata, “Barangsiapa yang membaca shalawat ini dalam setiap perkara penting atau bencana sebanyak seribu kali, niscaya Allah akan melepaskan bencana itu darinya, dan menyampaikan apa yang diinginkannya, terkabul hajatnya.” Diriwayatkan juga dari Ibn al Fakihani, dari Syaikh al Shalih Musa al Darir, berkata bahwa suatu saat beliau pernah berlayar di sebuah laut. Tiba-tiba angin (angin taufan) telah melanda kapal yang beliau tumpangi.

Sedikit manusia yang dapat selamat dari amukan angin tersebut. Banyak orang menjerit-jerit di dalam ketakutan. Tiba-tiba beliau merasa mengantuk dan kemudian tertidur. Dalam tidur, beliau bermimpi bertemu Rasulullah SAW yang mengatakan pada Syaikh al Shalih untuk membaca shalawat munjiyat tersebut. Kemudian beliau dan para penumpang kapal bersama-sama mengucapkannya kira-kira sebanyak 300 kali. Mereka pun selamat dari musibah itu.

Shalawat Nur al Anwar

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى نُوْرِ اْلأَنْوَارِ وَسِرِّ الأَسْرَارِ وَتِرْيَاقِ اْلاَغْيَارِ وَمِفتَاحِ بَابِ الْيَسَارِ سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ نِالْمُخْتَارِ وَآلِهِ اْلأَطْهَارِ وَاَصْحَابِهِ اْلاَخْيَارِ عَدَدَ نِعَمِ اللهِ وَاِفضَالِهِ

Barangsiapa membaca shalawat ini akan mendapatkan apa yang menjadi hajat, menghilangkan problem yang menghimpit, menolak godaan hawa nafsu, setan, dan musuh-musuh manusia lainnya, serta jalan untuk bertemu nabi dalam mimpi.

Sayyid Ahmad al Badwi juga mengatakan jika dibaca setiap selesai shalat fardhu, maka akan terhindar dari segala mara bahaya dan memperoleh rizki dengan mudah. Jika dibaca 7 kali sebelum tidur, insya Allah akan terhindar dari sihir yang dilakukan orang jahat. Jika dibaca 100 kali sehari semalam, akan memperoleh cahaya Illahi, menolak bencana, mendapat rizki lahir batin.

Shalawat al Nuraniyah/Badawi Kubro

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلٰى سَيِّدِناَ وَمَوْلاَناَ مُحَمَّدٍ شَجَرَةِ اْلأَصْلِ النُّوْرَانِيَّةِ، وَلَمْعَةِ الْقَبْضَةِ الرَّحْمَانِيَّةِ، وَأَفْضَلِ الْخَلِيْقَةِ اْلإِنْسَانِيَّةِ، وَأَ شْرَفِ الصُّوْرَةِ الْجَسْمَانِيَّةِ، وَمَعْدِنِ اْلأَسْرَارِ الرَّبَّانِيَّةِ، وَخَزَائِنِ الْعُلُوْمِ اْلإِصْطِفَائِيَّةِ، صَاحِبِ الْقَبْضَةِ اْلأَصْلِيَّةِ، وَالْبَهْجَةِ السَّنِيَّةِ، وَالرُّتْبَةِ الْعَلِيَّةِ، مَنِ انْدَرَجَتِ النَّبِيُّوْنَ تَحْتَ لِوَائِهِ، فَهُمْ مِنْهُ وَاِلَيْهِ، وَصَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلَيْهِ وَعَلٰى آلِهِ وَصَحْبِهِ عَدَدَ مَاخَلَقْتَ، وَرَزَقْتَ وَأَمَتَّ وَأَحْيَيْتَ اِلَى يَوْمِ تَبْعَثُ مَنْ أَفْنَيْتَ، وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًاكَثِيْرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Imam al Badawi menganjurkan agar orang yang membacanya dalam keadaan suci dan menempatkan diri hadir seakan-akan berada menghadap cahaya Rasulullah Saw. secara istiqamah selama 40 hari, seratus kali setiap hari, maka ia akan mendapatkan cahaya dan kabar yang tidak bisa ia ketahui kecuali atas izin Allah.

Shalawat al Nur al Dzati

اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ نِالنُّوْرِ الذَّاتِيْ وَالسِّرِّ السَّارِيْ فِيْ سَائِرِ الأَسْمَاءِ وَالصِّفَاتِ

Imam al Shawi Mengatakan bahwa shalawat yang disusun oleh Syaikh Abu Hasan al Sadzily ini nilainya seperti membaca 100.000 shalawat untuk menghilangkan susah, sedih, dan problem yang berat.

Shalawat Ibrahimiyah

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ و بَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدُ مَجِيْدٌ

Shalawat ini adalah shalawat yang ma’tsur dari Rasulullah Saw., karena banyak Muhaditss dan perawi meriwayatkan hadits yang secara redaksional terdapat shalawat ini. Beberapa ahlul hadits yang meriwayatkan adalah Imam al-Bukhary dan Muslim dalam Shahih mereka, al Tirmidzi, al Nasa’i, Abu Daud, dalam sunan mereka juga meriwayatkan hadits ini, Imam malik dalam al Muwatho’ juga meriwatkannya. Imam al-Hafidz al ‘Iraqy dan al Sakhawy menyebut hadits itu adalah Muttafaq Alaih.

Dalam redaksi hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Shahih-nya, Rasulullah bersabda:

مَنْ قَالَ هَذِهِ الصَّلاَةَ شَهِدْتُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِالشَّهَادَةِ وَشَفَعْتُ لَهُ

“Barang siapa membaca shalawat ini, maka aku bersaksi untuknya di hari kiamat dengan sebuah persaksian dan memberinya syafaat”.

Shalawat Mukhathab

اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ قَدْ ضَاقَتْ حِيْلَتِيْ أَدْرِكْنِيْ يَارَسُوْلَ اللهِ

Faedah membaca shalawat ini adalah untuk meminta pertolongan kepada Allah dengan wasilah Rasulullah SAW untuk menyelesaikan masalah-masalah yang berat, susah, dan sangat memperihatinkan yang tidak bisa dijangkau oleh pikiran dan tenaga manusia.

Shalawat Thibb al Qulub

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ طِبِّ الْقُلُوْبِ وَدَوَائِهَا وَعَافِيَةِ الأَبْدَانِ وَشِفَائِهَا وَنُوْرِ الأَبْصَارِ وَضِيَائِهَا وَعَلٰى آَلِهِ وَصَحْبِهِ وَبَارِكْ وَسَلِّمْ

Shalawat ini memiliki faedah untuk menyembuhkan penyakit lahir dan batin.

Shalawat  Litausi’i al Arzaq

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً تُوَسِّعُ بِهَا عَلَيْنَا الْأَرْزَاقَ وَيُحْسِنُ بِهاَ لَناَ الْأَخْلَاقَ وَعَلَى آلِهِ وِصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

Shalawat ini memiliki beberapa faedah, diantaranya adalah untuk memperluas rizki dan memperbaiki budi pekerti yang luhur. Hendaknya membaca shalawat tersebut, minimal 41 kali setiap selesai shalat fardhu secara istiqamah.

Selain untuk mendapatkan rizki dan memperbaiki akhlak, shalawat ini juga bisa untuk meminta kepada Allah agar diberikan rahmat dan pertolongan dari bala’, bencana, dan penyakir, dengan membacanya 100 kali setiap selesai shalat fardhu secara istiqamah. Membacanya juga bisa setiap hari sebanyak-banyaknya memohon kepada Allah agar diberikan keselamatan dunia dan akhirat.

Shalawat Hajjiyah

أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَامًا تُبَلِّغُنَا بِهِمَا حَجَّ بَيْتِكَ الْحَرَامِ وَتَرْزُقُنَا بِهِمَا زِيَارَةَ قَبْرِ نَبِيِّكَ عَلَيْهِ أَفْضَلُ الصَّلَاةِ وَأَزْكَى السَّلَامِ فِيْ لُطْفٍ وَعَفِيَةٍ وَبَرَكَةٍ وَبُلُوْغِ الْمَرَامِ عَدَدَ خَلْقِكَ وَرِضَا نَفْسِكَ وَزِنَةَ عَرْشِكَ وَمِدَادَ كَلِمَتِكَ

Barangsiapa yang ingin mendapatkan rizki yang cukup supaya bisa mengunjungi Bait al-Haram Makkah dan Madinah untuk menunaikan ibadah rukun Islam yang terakhir, maka hendaknya membaca shalawat ini, 1000 kali setiap shalat maghrib dan shubuh secara istiqamah selama maksimal tiga tahun. Namun sebelumnya sebaiknya diawali dengan shalat hajat dua rakaat. Raka’at pertama membaca al-Fatihah, dan surat al-Ikhlas 10 kali, sedangkan raka’at kedua, setelah al Fatihah, membaca surat al Ikhlas 20 kali, kemudian setelah salam membaca istighfar 100 kali. Dilanjutkan dengan memberikan hadiah al Fatihah untuk Baginda Rasullullah SAW. kepada Nabi Ibrahim, Syaikh Abdul Qodir al Jilani. Kemudian baru membaca shalawat tersebut 1000 kali.

Shalawat Badriyah

صَـلاَةُ اللهِ سَـلاَمُ اللهِ *** عَـلٰى طٰـهَ رَسُـوْلِ اللهِ

صَـلاَةُ اللهِ سَـلاَمُ اللهِ *** عَـلَى يـٰس حَبِيْـبِ اللهِ

تَوَ سَـلْنَا بِـبِـسْـمِ اللهِ *** وَبِالْـهَادِيْ رَسُـوْلِ اللهِ

وَ كُــلِّ مُجَـا هِـدِ لِلهِ *** بِأَهْـلِ الْبَـدْرِ  يـَا اَللهُ

إِلٰهِـيْ سَـلِّـمِ اْلاُمـَّة *** مِـنَ اْلآفـَاتِ وَالنِّـقْـمَةَ

وَمِنْ هَـمٍ وَمِنْ غُـمَّـةٍ *** بِأَهْـلِ الْبَـدْرِ يـَا اَللهُ

إِلٰهِـيْ نَجِّـنَا وَاكْـشِـفْ *** جَـمِيْعَ اَذِيـَّةٍ وَاصْرِفْ

مَـكَائـِدَ الْعِـدَا وَالْطُـفْ *** بِأَهْـلِ الْبَـدْرِ يـَا اَللهُ

إِلٰهِـيْ نَـفِّـسِ الْـكُـرَبَا *** مِنَ الْعَـاصِيْـنَ وَالْعَطْـبَا

وَ كُـلِّ بـَلِـيَّـةٍ وَوَبـَا *** بِأَهْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ

فَكَــمْ مِنْ رَحْمَةٍ حَصَلَتْ *** وَكَــمْ مِنْ ذِلَّـةٍ فَصَلَتْ

وَكَـمْ مِنْ نِعْمـَةٍ وَصَلَـتْ *** بِأَهْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ

وَ كَـمْ أَغْـنَيْتَ ذَالْعُـمْرِ *** وَكَـمْ أَوْلَيْـتَ ذَاالْفَـقْـرِ

وَكَـمْ عَافَـيـْتَ ذِاالْـوِذْرِ *** بِأَهْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ

لَـقَدْ ضَاقَتْ عَلٰى الْقَـلْـبِ *** جَمِـيْعُ اْلاَرْضِ مَعْ رَحْبِ

فَانْـجِ مِنَ الْبَلاَ الصَّعْـبِ *** بِأَهْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ

أَتَيـْنَا طَـالِـبِيْ الرِّفْـقِ *** وَجُـلِّ الْخَـيْرِ وَالسَّـعْدِ

فَوَ سِّـعْ مِنْحَـةَ اْلأَيـْدِيْ *** بِأَهْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ

فَـلاَ تَرْدُدْ مَـعَ الْخَـيـْبَةْ *** بَلِ اجْعَلْـنَاعَلٰى الطَّيْبـَةْ

أَيـَا ذَاالْعِـزِّ وَالْهَـيـْبَةْ *** بِأَهْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ

وَ إِنْ تَرْدُدْ فَـمَنْ نَأْتـِيْ *** بِـنَيـْلِ جَمِيـْعِ حَاجَا تِيْ

أَيـَا جَـالِى الْمُـلِـمـَّاتِ *** بِأَهْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ

إِلٰهِـيْ اغْفِـرِ وَاَ كْرِ مْنَـا *** بِـنَيـْلِ مـَطَا لِبٍ مِنَّا

وَ دَفْـعِ مَسَـاءَةٍ عَـنَّا *** بِأَهْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ

إِلٰهِـيْ أَنْـْتَ ذُوْ لُطْـفٍ *** وَذُوْ فَـضْلٍ وَذُوْ عَطْـفٍ

وَكَـمْ مِنْ كُـرْبـَةٍ تَنـْفِيْ *** بِأَهْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ

وَصَلِّ عَلٰى النـَّبِيٍّ الْبَـرِّ *** بـِلاَ عَـدٍّ وَلاَ حَـصْـرِ

وَآلِ سَـادَةٍ غُــــرِّ *** بِأَهْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ

Sholawat ini disusun oleh seorang Kiai asli Indonesia. Beliau bernama KH. Ali Manshur seorang cucu dari KH Muhammad Siddiq dari Jember. Terciptanya sholawat ini lantaran keresahaan beliau memikirkan pergolakan politik yang ada di Indonesia, orang-orang PKI makin kuat di daerah pedesaan dan warga NU (Nahdiyin) mulai terdesak oleh segala intervensi yang dilakukan PKI. Dominasi kekuasaan PKI di Indonesia pun mulai terlihat, mereka sudah mulai berani membunuh Kiai-Kiai yang ada di desa yang menjadi senantiasa menjaga, ngayomi dan bimbing masyarakat di pedesaan.

Shalawat Badriyah sejak lama kerap dilantunkan oleh kaum muslimin jika hendak memulai pengajian atau acara keagamaan lainnya. Dinamakan Shalawat Badriyah karena mengacu kepada bait pengharapan berkah dari para sahabat Nabi yang berperang di perang Badar yang terdapat di Shalawat ini.

Shalawat Badriyah memiliki 28 bait dan mengandung beragam faedah (manfaat) yang besar bagi siapa saja yang mengamalkannya. Di antaranya Shalawat ini untuk memohon keselamatan dan menghilangkan segala kesusahan, kesempitan dan segala yang menyakitkan.

Selain itu, Shalawat Badriyah juga untuk memohon selamat dari bahaya musuh, untuk menangkis orang-orang yang berbuat kemaksiyatan dan kerusakan, dan untuk dihindarkan dari segala marabahaya dan bencana. Shalawat ini juga bisa digunakan untuk keuntungan, meluaskan rizki, mendapatkan keberkahan serta untuk mendapatkan pahala yang besar.

Demikian adalah beberapa jenis dan macam shalawat yang kesemuanya disusun oleh para ulama, sufi, dan kiai. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam



  
   
   
   
    

Jumat, 03 Juli 2020

DALIL HADITS DAN AL QUR'AN SYA'BAN MENURUT ASWAJA DAN AHLUL BAIT AS

"Amalan utama di bulan sya'ban yang utama adalah puasa sesuai hadits
 لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ "Belum pernah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berpuasa satu bulan yang lebih banyak dari pada puasa bulan Sya'ban. Terkadang hampir beliau berpuasa Sya'ban sebulan penuh," 
Syeikh Nawawi al-Bantani dalam Nihayatul Zein mengatakan: 
صوم شعبان لحبه صلى الله عليه وسلم صيامه فمن صامه نال شفاعته صل الله عليه وسلم يوم القيامة
 “Puasa Sya’ban (disunnahkan) karena Rasulullah SAW menyukai puasa pada bulan itu. Siapa yang puasa Sya’ban, dia akan memperoleh syafaat Rasulullah SAW di hari akhirat kelak.”
” Penjelasan Syekh Nawawi ini diperkuat oleh banyak hadis dan kesaksian sahabat yang menunjukkan bahwa Rasulullah SAW menyukai puasa Sya’ban dan memperbanyak puasa pada bulan tersebut. Ibnu Khuzaimah dalam Shahih Ibnu Khuzaimah menampilkan sebuah riwayat dari ‘Aisyah,  dia berkata: 
كان أحب الشهور إلى رسول الله عليه وسلم أن يصومه شعبان، ثم يصله برمضان
 “Bulan yang paling disukai Rasulullah SAW untuk berpuasa ialah Sya’ban, kemudian dilanjutkan dengan puasa Ramadhan”      Dalam riwayat al-Bukhari, ‘Aisyah  mengatakan:
 وما رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم استكمل صيام شهر قط إلا رمضان، وما رأيته أكثر صياما منه في شعبان 
“Aku tidak melihat Rasulullah SAW puasa sebulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan dan aku tidak melihat melihat beliau banyak puasa kecuali pada bulan Sya’ban.

 tidak puasa, dan terkadang beliau tidak puasa terus, hingga kami katakan: Beliau tidak melakukan puasa. Dan saya tidak pernah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa sebulan penuh kecuali di bulan Ramadhan, saya juga tidak melihat beliau berpuasa yang lebih sering ketika di bulan Sya’ban.”
(HR. Al Bukhari dan Muslim)

Sayyidah Aisyah RA berkata:
لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ
“Belum pernah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa satu bulan yang lebih banyak dari pada puasa bulan Sya’ban. Terkadang hampir beliau berpuasa Sya’ban sebulan penuh.”
(HR. Al Bukhari dan Muslim)

Sayyidah Aisyah RA berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَفَّظُ مِنْ هِلَالِ شَعْبَانَ مَا لَا يَتَحَفَّظُ مِنْ غَيْرِهِ
ثُمَّ يَصُومُ لِرُؤْيَةِ رَمَضَانَ، فَإِنْ غُمَّ عَلَيْهِ، عَدَّ ثَلَاثِينَ يَوْمًا، ثُمَّ صَامَ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan perhatian terhadap hilal bulan Sya’ban, tidak sebagaimana perhatian beliau terhadap bulan-bulan yang lain. Kemudian beliau berpuasa ketika melihat hilal Ramadhan. Jika hilal tidak kelihatan, beliau genapkan Sya’ban sampai 30 hari.”
(HR. Ahmad, Abu Daud, An Nasa’i dan sanad-nya disahihkan Syaikh Syu’aib Al Arnauth)


Begitu juga hadits riwayat Aisyah r.a.

عن عائشة بنت أبي بكر قالت: «قام رسول الله من الليل يصلي، فأطال السجود حتى ظننت أنه قد قبض، فلما رأيت ذلك قمت حتى حركت إبهامه فتحرك فرجعت، فلما رفع إلي رأسه من السجود وفرغ من صلاته، قال: يا عائشة أظننت أن النبي قد خاس بك؟، قلت: لا والله يا رسول الله، ولكنني ظننت أنك قبضت لطول سجودك، فقال: أتدرين أي ليلة هذه؟ قلت: الله ورسوله أعلم، قال: هذه ليلة النصف من شعبان، إن الله عز وجل يطلع على عباده في ليلة النصف من شعبان، فيغفر للمستغفرين، ويرحم المسترحمين، ويؤخر أهل الحقد كما هم»

Dari Aisyah radhiyallahu anha berkata bahwa Rasulullah SAW bangun pada malam dan melakukan shalat serta memperlama sujud, sehingga aku menyangka beliau telah diambil. karena curiga maka aku gerakkan telunjuk beliau dan ternyata masih bergerak. Ketika beliau mengangkat kepalanya dari sujud dan selesai dari shalatnya, beliau berkata, “Wahai Asiyah, (atau Wahai Humaira’), apakah kamu menyangka bahwa Rasulullah tidak memberikan hakmu kepadamu?”Aku menjawab, “Tidak ya Rasulallah, namun Aku menyangka bahwa Anda telah dipanggil Allah karena sujud Anda lama sekali.” Rasulullah SAW bersabda, “Tahukah kamu malam apa ini?” Aku menjawab, “Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui.”Beliau bersabda, “Ini adalah malam nisfu sya’ban (pertengahan bulan sya’ban). Dan Allah muncul kepada hamba-hamba-Nya di malam nisfu sya’ban dan mengampuni orang yang minta ampun, mengasihi orang yang minta dikasihi, namun menunda orang yang hasud sebagaimana perilaku mereka.” (HR Al-Baihaqi)

Begitulah kemurahan Allah swt yang diberikan kepada hambanya di malam Nisfu Sya’ban. Sehingga dalam kesempatan lain Aisyah meriwayatkan hadits lagi dengan banyaknya pengampunan itu semisal bulu kambing Bani Kalb

عن عائشة بنت أبي بكر قالت: «قال رسول الله : "إن الله ينزل ليلة النصف من شعبان إلى السماء الدنيا، فيغفر لأكثر من عدد شعر غنم كلب"

Sesungguhnya Allah ‘Azza Wajalla turun ke langit dunia pada malam nisfu sya’ban dan mengampuni lebih banyak dari jumlah bulu pada kambing Bani Kalb (salah satu kabilah yang punya banyak kambing). (HR At-Tabarani dan Ahmad)

Demikianlah hendaknya kesempatan ini tidak disia-siakan. Seorang muslim yang bijak tentunya akan memanfaatkan malam Nisfu Sya’ban sebaik-baiknya, dengan sebaik-baiknya memohon pengampunan dan melaksanakan amal kebaikan sebanyak-banyaknya. Demikian hadits riwayat Ali bin Abi Thalib menegaskan

عن علي بن أبي طالب قال: «قال رسول الله : "إذا كان ليلة النصف من شعبان فقوموا ليلها وصوموا نهارها فإن الله ينزل فيها إلى سماء الدنيا فيقول ألا من مستغفر فأغفر له ، ألا من مسترزق فأرزقه ألا من مبتلى فأعافيه ألا كذا ألا كذا حتى يطلع الفجر

Dalam hadis Ali, Rasulullah bersabda: "Malam nisfu Sya'ban, maka hidupkanlah dengan salat dan puasalah pada siang harinya, sesungguhnya Allah turun ke langit dunia pada malam itu, lalu Allah bersabda: "Orang yang meminta ampunan akan Aku ampuni, orang yang meminta rizqi akan Aku beri dia rizqi, orang-orang yang mendapatkan cobaan maka aku bebaskan, hingga fajar menyingsing." (H.R. Ibnu Majah dengan sanad lemah).




PENGERTIAN SYA'BAN
Bulan Sya’ban merupakan bulan kedua setelah bulan Rajab. Bulan Sya’ban juga merupakan bulan yang penuh dengan keberkatan. Sebahagian ahli hikmah menyatakan bahawa sesungguhnya bulan Rajab adalah kesempatan untuk meminta ampun dari segala dosa, dan pada bulan Sya’ban adalah kesempatan untuk memperbaiki diri dari segala macam cela dan pada bulan Ramadhan adalah masa untuk menerangkan hati dan jiwa.
Sya’ban dimengertikan sebagai berpecah-pecah atau berpuak-puak. Dikatakan masyarakat Quraisy pada waktu itu berpecah kepada beberapa kumpulan untuk mencari sumber air di padang pasir. Dan apabila datangnya Rasulullah S.A.W, baginda mengekalkan nama itu sehinggalah sekarang. Rasulullah S.A.W telah menyebut tentang pelbagai kelebihan bulan Sya’ban dalam hadis-hadisnya. Diantara hadis yang paling masyhur ialah; Rasulullah S.A.W bertanya kepada sahabat-sahabatnya;
“Tahukah kamu sekelian mengapa dinamakan dengan bulan Sya’ban?” Para sahabat menjawab, “Allah dan RasulNya lebih mengetahui” Sabda Rasulullah S.A.W, “Kerana dalam bulan itu berkembanglah kebaikan yang banyak sekali.” (Dipetik dari kitab Raudatul Ulama)

MALAM NISFU SYA'BAN
Nisfu dalam bahasa arab berarti setengah. Nisfu Sya'ban bererti setengah bulan Sya’ban. Malam Nisfu Sya'ban adalah malam lima-belas Sya’ban iaitu siangnya empat-belas haribulan Sya'ban. Maka, Nisfu Sya'ban adalah peristiwa hari ke-15 dalam bulan Sya’ban tahun Hijrah. Umat Islam mempercayai yang pada malam Nisfu Sya'ban, amalan akan dibawa naik oleh malaikat untuk ditukar dengan lembaran amalan yang baru setelah setahun berlalu.
Nabi Muhammad s.a.w. menggalakkan umatnya untuk bangun malam dan berjaga serta beriktikaf sepanjang malam kerana tidak mahu amalan diangkat dalam keadaan tidur atau lalai. Malam Nisfu Sya'ban merupakan malam yang penuh berkat dan rahmat selepas malam Lailatul qadr. Saiyidatina Aisyah r.a. meriwayatkan bahawa Nabi S.A.W tidak tidur pada malam itu sebagaimana yg tersebut dalam sebuah hadis yg diriwayatkan oleh Imam Al-Baihaqi r.a: “Rasulullah S.A.W telah bangun pada malam (Nisfu Sya'ban) dan bersembahyang dan sungguh lama sujudnya sehingga aku fikir beliau telah wafat. Apabila aku melihat demikian aku mencuit ibu jari kaki Baginda S.A.W dan bergerak. Kemudian aku kembali dan aku dengar Baginda S.A.W berkata dlm sujudnya, “Ya Allah aku pohonkan kemaafanMu daripada apa yg akan diturunkan dan aku pohonkan keredhaanMu daripada kemurkaanMu dan aku berlindung kpdMu daripadaMu. Aku tidak dapat menghitung pujian terhadapMu seperti kamu memuji diriMu sendiri.” Baginda Rasulullah sendiri telah menggalakkan kita agar beramal pada malam kemuliaan nisfu sya'ban dengan sabdanya :
Artinya : “ Apabila tiba malam Nisfu Sya’ban , maka hendaklah kalian bangun pada malamnya (melakukan ibadat) dan berpuasa pada siangnya, ini kerana Allah swt (turun merahmati hamba-hambaNya) pada malam tersebut mulai dari terbenamnya matahari ke langit dunia. Allah swt berfirman ” Adakah dari kalangan hamba-hambaKu yang memohon keampunan, maka akan Ku ampunkannya. Adakah dari kalangan mereka yang memohon rezeki , maka akan Ku turunkan rezeki untuknya. Adakah dari kalangan mereka orang yang ditimpa bala, maka akan Ku sejahterakannya. Adakah dari kalangan mereka yang begini dan adakah dari kalangan mereka yangt begini sehinggalah terbit Fajar “.
Setelah Baginda S.A.W selesai sembahyang, Baginda berkata kpd Saiyidatina Aisyah r.a. “Malam ini adalah malam Nisfu Sya'ban. Sesungguhnya Allah Azzawajjala telah datang kepada hambanya pada malam Nisfu sya'ban dan memberi keampunan kepada mereka yang beristighfar, memberi rahmat ke atas mereka yang memberi rahmat dan melambatkan rahmat dan keampunan terhadap orang2 yang dengki.”
Hari nisfu Sya'ban adalah hari dimana buku catatan amalan kita selama setahun diangkat ke langit dan diganti dengan buku catatan yang baru. Catatan pertama yang akan dicatatkan dibuku yang baru akan bermula pada masuk waktu maghrib, (15 Sya'ban bermula pada 14 hari bulan Sya’ban ketika masuk maghrib).


Amalan Malam Nisfu Sya’ban

Berbagai amalan malam Nisfu Sya’ban dapat dimulai setelah sholat maghrib. Berpegang pada hadits Rasulullah saw, sebaiknya ibadah malam Nisfu Sya’ban ini dilakukan secara individual (tidak berjama’ah). Namun juga tidak ada pelarangan jika dilakukan secara berjama’ah. Dengan didahului shalat sunnah dua rakaat yang niatnya adalah

أصلى سنة نصف شعبان ركعتين لله تعالى

Artinya: Aku niat shalat sunat nisfu sya’ban 2 rakaat sebagai karena Allah Ta’ala.

Bilangan shalat sunnah Nisfu Sya’ban adalah 2 rakaat dengan 1 kali salam. Pada rakaat pertama setelah Al-Fatihah membaca surat Al-Kafirun. Sedangkan pada rakaat setelah Al-Fatihah membaca surat Al-Ikhlas.

Dalam Ihya’ Ulumiddin, Imam Ghazali memberikan petunjuk agar dalam setiap rekaatnya setelah membaca fatihah hendaknya membaca surat al-Ikhlas sebelas kali. Atau dapat juga shalat sepuluh rakaat disetiap rakaatnya membaca Fatihah dan membaca al-Ikhlas seratus kali. Shalat ini disebut juga shalat al-khair, hal ini berdasar pada apa yang dilakukan oleh para ulama terdahulu.

Setelah shalat sunnah dua rekaat biasanya dilanjutkan dengan membaca surat yasin tiga kali yang dan ditutup dengan do’a malam Nisyfu Sya’ban 
 
Dikutip dari buku al-Fawaaidul Mukhtaaroh


Diceritakan bahwa Ibnu Abiy as-Shoif al-Yamaniy berkata, “Sesungguhnya bulan Sya’ban adalah bulan sholawat kepada Nabi saw, karena ayat Innallooha wa malaaikatahuu yusholluuna ‘alan Nabiy … diturunkan pada bulan itu. (Ma Dza Fiy Sya’ban?)

Tuanku Kanjeng Syaikh‘Abdul Qadir al-Jailaniy berkata, 
 “Malam Nishfu Sya’ban adalah malam yang paling mulia setelah Lailatul Qodr.” (Kalaam Habiib ‘Alwiy bin Syahaab)

Konon Sayidina Ali bin Abi Tholib Karromalloohu Wajhah meluangkan waktunya untuk ibadah pada 4 malam dalam setahun, yakni: malam pertama bulan Rojab, malam 2 hari raya, dan malam Nishfu Sya’ban. (Manhajus Sawiy dan Tadzkiirun Nas)

Al-Imam As-Subkiy.rhm berkata, bahwa malam Nishfu Sya’ban menghapus dosa setahun, malam Jum’at menghapus dosa seminggu, dan Lailatul Qodr menghapus dosa seumur hidup.

Diriwayatkan kapadaku bahwa Sahabat Nabi Usamah bin Zaid.ra berkata kepada Nabi SAW, “Ya Rasulullah, aku belum pernah melihat engkau berpuasa di bulan lain lebih banyak dari puasamu di bulan Sya’ban.” 

Kata Nabi, “Bulan itu sering dilupakan orang, karena diapit oleh bulan Rajab dan Ramadhan,  padahal pada bulan itu, diangkat amalan-amalan (dan dilaporkan) kepada Tuhan Rabbil Alamin.  Karenanya, aku ingin agar sewaktu amalanku dibawa naik, aku sedang berpuasa.” (HR Ahmad dan Nasai - Sunah Abu Dawud). 

Adapun keutamaan bulan Sya’ban lainnya akan lebih jelas lagi dalam hadis-hadis berikut:

Hadis Pertama
            Aisyah RA bercerita bahwa pada suatu malam dia kehilangan Rasulullah SAW, ia keluar mencari dan akhirnya menemukan beliau di pekuburan Baqi’, sedang menengadahkan wajahnya ke langit. Beliau berkata, “Sesungguhnya Allah Azza Wajalla turun ke langit dunia pada malam Nishfu Sya’ban dan mengampuni (dosa) yang banyaknya melebihi jumlah bulu domba Bani Kalb.”  (HR Turmudzi, Ahmad dan Ibnu Majah)


Hadis Kedua
            Diriwayatkan oleh Abu Musa Al-Asy’ari RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, “ “Sesungguhnya Allah pada malam Nishfu Sya’ban mengawasi seluruh mahluk-Nya dan mengampuni semuanya kecuali orang musyrik atau orang yang bermusuhan.”  (HR Ibnu Majah)



Hadis Ketiga
            Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib KW bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Jika malam Nishfu Sya’ban tiba, maka salatlah di malam hari, dan berpuasalah di siang harinya, karena sesungguhnya pada malam itu, setelah matahari terbenam, Allah  turun ke langit dunia dan berkata, ‘Adakah yang beristighfar kepada Ku, lalu Aku mengampuninya, Adakah yang memohon rezeki, lalu Aku memberinya rezeki , adakah yang tertimpa bala’, lalu Aku menyelamatkannya, adakah yang begini (2x), demikian seterusnya hingga terbitnya fajar.”  (HR Ibnu Majah).

        

 Di antara amalan-amalan yang digalakkan/dianjurkan pada bulan Sya'ban adalah :

 Memperbanyakkan puasa sunat
Sebagaimana yang telah dijelaskan terdahulu bahawa Rasulullah S.A.W lebih gemar untuk berpuasa sunat dalam bulan Sya’ban berbanding dengan bulan-bulan yang lain. Justru itu adalah patut bagi kita selaku umat Baginda mencontohinya dalam memperbanyakkan puasa sunat bagi menyemarak dan mengagungkan bulan Sya'ban ini. Begitulah tingginya pekerti Nabi Muhammad nabi junjungan kita.

Di dalam kitab Durratun Nasihin ada menyebut sebuah hadis yang menyatakan bahawa Rasulullah S.A.W. bersabda yang maksudnya: "Barangsiapa berpuasa tiga hari pada permulaan Sya'ban dan tiga hari pada pertengahan Sya’ban dan tiga hari pada akhir Sya’ban, maka Allah Taala mencatat untuknya pahala seperti pahala tujuh puluh nabi dan seperti orang-orang yang beribadat kepada Allah Taala selama tujuh puluh tahun dan apabila dia mati pada tahun itu maka dia seperti orang yang mati syahid."

Memperbanyak doa, zikir dan berselawat kepada Rasulullah S.A.W.
Kita sebagai umat Islam juga digalakkan untuk memperbanyak doa, zikir, dan berselawat kepada Rasulullah S.A.W. Sabda Rasulullah S.A.W.: "Barangsiapa yang mengagungkan bulan Sya’ban, bertaqwa kepada Allah, taat kepada-Nya serta menahan diri dari perbuatan maksiat, maka Allah Taala mengampuni semua dosanya dan menyelamatkannya di dalam tahun itu dari segala macam bencana dan penyakit." (Dipetik dari kitab Zubdatul Wa'izhin)

Bertaubat
Kita juga digalakkan untuk melalukan taubat kepada Allah SWT. Diriwayatkan dari Umamah Al Bahili Radiallahuanhu, dia berkata: Rasulullah S.A.W. bersabda yang maksudnya: "Manakala masuk bulan Sya’ban, sukacitalah dirimu dan perbaiki niatmu." Sabda Nabi s.a.w. : Apabila masuk bulan Sya’ban, baikkanlah niatmu padanya, kerana kelebihan Sya’ban atas segala bulan seperti kelebihanku atas kamu. Barangsiapa berpuasa sehari pada bulan Sya’ban, diharamkan Allah tubuhnya dari api neraka. Dia akan menjadi tauladan Nabi Allah Yusuf a.s.di dalam syurga. Diberi pahala oleh Allah seperti pahala Nabi Allah Ayub a.s. dan Nabi Daud a.s. Jika dia sempurnakan puasanya sebulan di bulan Sya’ban, dimudahkan Allah atasnya Sakaratulmaut dan ditolakkan (terlepas) daripadanya kegelapan di dalam kubur, dilepaskan daripada huru-hara Mungkar dan Nakir, ditutup Allah keaipannya di hari kiamat dan diwajibkan syurga baginya. Barangsiapa berpuasa pada awal hari khamis pada bulan Sya’ban dan akhir Khamis daripada Sya’ban, dimasukan dia ke dalam syurga. (dari kitab Al-Barakah). Berkata Siti Aisyah r.a., bulan yang lebih dikasihi oleh Rasululah s.a.w. ialah bulan Sya’ban.”
Sabda Nabi s.a.w.: “Sya’ban adalah bulanku dan Ramadhan adalah bulan umatku. Sya’ban ialah mengkifaratkan (menghapuskan) dosa dan Ramadhan ialah menyucikan dosa (jasmani rohani). Sabda Nabi s.a.w.: “Bahwa puasa Syaba'an kerana membesarkan Ramadhan. Siapa yang berpuasa tiga hari daripada bulan Sya’ban, kemudian dia bersalawat atasku beberapa kali sebelum berbuka puasa maka di ampunkan oleh Allah dosanya yang telah lalu, diberkatikan rezeki baginya” antara lain sabdanya lagi: “Bahwa Allah Ta'ala membukakan pada bulan itu tiga ratus pintu rahmat”.

 
PERISTIWA PENTING DI BULAN SYA’BAN
Mengenali bulan Sya’ban tanpa mengetahui peristiwa penting yang berlaku di bulan Sya’ban terasa tidak lengkap. Terdapat beberapa peristiwa penting yang berlaku sepanjang bulan Sya’ban. Antaranya ialah malam Nisfu Sya’ban, penukaran arah kiblat, dan peperangan bani Mustaliq.

Peristiwa Sejarah di Bulan Sya’ban dan Beberapa Keistimewaannya
(Disadur dari buku “Maa dza Fii Sya’ban” karya Prof DR Muhammad bin Alwi Al Maliky)

1. Pemindahan Arah Qiblat dari Baitul Maqdis ke Ka’bah
Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam firman-Nya (QS Al Baqarah : 144)
Sungguh Kami melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi Al Kitab memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.”
Penantian Rasulullah tidak sia-sia setelah beliau sering menengadahkan wajah beliau ke langit berharap turunnya perintah peralihan arah qiblat, Allah mengabulkan keinginan hati beliau. Berkata Sayidatuna Aisyah r.a. : “Tidaklah aku memperhatikan Robb-mu terkecuali Dia bersegera memenuhi kehendak hatimu.” (HR Bukhori)

2. Bulan Shalawat Nabi
Pada bulan ini Allah menitahkan firman-Nya : “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS Al Ahzab:56)
Karenanya para ulama mengatakan bahwa sholawat adalah ibadah yang paling afdhol karena tidak saja diperintahkan kepada kaum mukmin, namun untuk itu Allah memberikan tauladannya. Banyak keutamaan-keutamaan yang berkaitan dengan Sholawat Nabi ini yang tentunya seorang mukmin tidak akan menyia-nyiakan tibanya Bulan Sya’ban ini dengan memperbanyak sholawat kepada Rasulullah SAW.

3. Bulan Al-Qur’an
Berkata Syekh Ibn Rajab Al Hambaly kami meriwayatkan dengan sanad dhoif dari Sahabat Anas r.a. yang berkata, “Jika telah tiba bulan Sya’ban, kaum muslimin (pada masa beliau) menekuni mushaf mereka dan membacanya. Mereka juga mengeluarkan zakat harta mereka sebagai dorongan moril dan materiil terhadap kaum miskin dan papa agar mereka bisa berpuasa di bulan Ramadhan.” Banyak para salaf jika telah tiba bulan Sya’ban mereka meningkatkan pembacaan Al-Qur’an mereka seraya mengatakan, “Ini adalah bulan para pembaca Al Qur’an.”

4. Bulan dimana Taqdir Usia Ditampakkan
Ketika Sayidatuna Aisyah berkomentar tentang bulan Sya’ban yang paling disukai oleh Rasulullah untuk berpuasa. Beliau SAW menjawab, “Sesungguhnya Allah menentukan di bulan ini setiap jiwa yang akan meninggal di tahun tersebut. Dan aku ingin jikalau ajal menjelang, dalam keadaan berpuasa.” (HR Abu A’la)

5. Bulan Puasa Sunnah
Suatu ketika Rasulullah ditanya : puasa apa yang afdhol setelah puasa Romadhon? “Puasa bulan Sya’ban untuk mengagungkan tibanya Romadhon,” jawab Rasulullah SAW. Dan dari berbagai sumber diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW banyak berpuasa di bulan Sya’ban bahkan terkadang berpuasa satu bulan penuh.

6. Malam Nisyfu Sya’ban
Pada malam yang penuh kemuliaan dan keberkahan ini, Allah membentangkan hamparan ampunan dan rahmatnya secara merata. Hingga Dia berkenan mengampunkan para pendosa yang mengharapkan ampunan, mengasihi mereka yang berharap kasih sayang memenuhi permohonan orang-orang yang berdoa. Banyak hadits-hadits yang berkaitan dengan keutamaan malam itu. Yang pada intinya mengisyaratkan betapa besar perhatian Allah terhadap hamba-hamba-Nya yang dicurahkan pada malam tersebut hingga berkenan mengampunkan semua makhluk-Nya terkecuali orang yang musyrik dan orang yang menumbuhkan rasa permusuhan) mengenai status hadits-haditsnya, telah dikupas secara panjang lebar oleh pengarang dalam bukunya tersebut, bisa ditelaah kembali bagi yang berminat). Pada malam tersebut para salaf umumnya menganjurkan keluarga dan murid-muridnya berkumpul untuk berdoa dan menghidupkan malam tersebut dengan berbagai kegiatan yang bernuansa ibadah.

Berdoa di Bulan Sya`ban
Malam Nishfu Sya`ban pada khu­susnya dan bulan Sya`ban pada umumnya merupakan kesempatan yang besar dan waktu yang mulia untuk beribadah. Malam tersebut adalah waktu mulia yang penuh ke­berkahan, ketika seorang muslim harus memperbanyak berbagai ke­baikan dan kebajikan.

Doa termasuk pintu kelapangan yang terpenting dan merupakan kunci kebutuhan, tempat berlindung orang yang tengah dilanda kesulit­an, dan jalan keluar orang yang ter­desak kebutuhan. Allah memerintah­kan hamba-Nya untuk berdoa, "Ber­doalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut." (QS AI-Ghafir: 60).

Rasulullah SAW telah memberi kabar gembira kepada seorang laki-laki yang diberikan kemampuan untuk berdoa bahwa ia termasuk orang yang dirahmati. Rasulullah SAW ber­sabda, "Barang siapa di antara ka­lian dibukakan pintu doa, berarti di­bukakan pula pintu-pintu rahmat. Dan tidak ada permintaan yang lebih disukai Allah kecuali kesehatan." (HR At-Tirmidzi dan AI-Hakim).
Rasulullah SAW juga bersabda, "Doa adalah senjata orang mukmin, pilar-pilar agama, serta cahaya langit dan bumi." Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Hakim; dan ia menyatakan, hadis ini sanadnya shahih.

Rasulullah SAW bersabda, "Mau­kah aku tunjukkan sesuatu yang dapat menyelamatkan kalian dan musuh dan melancarkan rezeki kalian? Berdoalahkepada Allah siang dan malam. Ka­rena, doa adalah senjata orang muk­min." (HR Abu Yas la).

Dalam hadits lain disebutkan, "Sesungguhnya Allah Maha Hidup dan Maha Mulia. Dia `rnalu' jika ada sese­orang yang mengangkat tangannya berdoa, lalu ditolak dengan tangan kosong tanpa harapan." Hadits ini di­riwayatkan oleh Abu Daud, At-Tirmidzi (yang menganggapnya hasan), Ibn Majah, dan Ibn Hibban dalam Shahih­nya. Juga diriwayatkan oleh Al-Hakim, ia mengatakan, "Hadits ini shahih de­ngan persyaratan Al-Bukhari dan Muslim."

Rasulullah SAW menjelaskan cara agar doa diterima. Beliau juga mene­gaskan, semua hasil doa itu baik untuk orang yang berdoa, baik diketahui maupun tidak. Artinya, terkadang ia mendapatkan hasilnya segera, dan terkadang ditunda. Rasulullah SAW menjelaskan dengan terperinci dalamsabdanya, "Setiap doa seorang muslim yang tidak mengandung dosa dan me­mutuskan silaturahmi, pasti Allah beri­kan kepadanya salah satu dari tiga hal: disegerakan pengabulannya, ditunda sebagai simpanan di hari kiamat, atau diganti dengan dipalingkan dari ke­burukan yang setara."

Para sahabat bertanya, "Bagai­mana jika kami memperbanyak­nya?" Rasulullah SAW bersabda, "Allah mempunyai lebih banyak lagi.” Hadits tersebut diriwayatkan Ahmad, Al-Bazzar, dan Abu Ya'la.

Rasulullah SAW memberitahu­kan, doa dapat menolak serangan malapetaka dan meringankan ke­tentuan Allah dengan ketentuan-Nya pula.

Nabi SAW juga menjelaskan,agar doa diterima, kita mesti memintanya dengan terus-menerus dan merutinkan berdoa dalam setiap waktu, bukan hanya ketika dalam keadaan sulit. Beliau mengatakan, "Barang siapa ingin dipenuhi permintaannya oleh Allah di saat-saat dalam kesulitan, hendaklah ia banyak berdoa di saat-saat senang." Hadits itu diriwayatkan At-Tirmidzi dan Al-Hakim. Keduanya mengatakan, hadits tersebut sanadnya shahih,Rasulullah SAW juga bersabda, "Tidak ada yang lebih mulia di sisi Allah daripada doa yang dipanjatkan dalam keadaan senang." Demikian hadits yang diriwayatkan At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dalam Shahih-nya, dan Al-Hakim.

Doa termasuk sebab terkuat untuk menolak hal-hal yang tidak disenangi. la adalah musuh bagi bencana. Doa dapat mencegah turunnya bencanadan dapat menghilangkan atau meri­ngankannya jika bencana telah turun.

Dalam hubungannya dengan ben­cana, ada tiga kedudukan doa: Per­tama, doa lebih kuat daripada bencana, sehingga dapat menolaknya. Kedua,doa lebih lemah daripada musibah, se­hingga seseorang terkena bencana itu, tetapi telah diringankan sekalipun se­dikit. Ketiga, doa dan bencana saling berhadapan, satu sama lain saling men­cegah, tetapi bencana itu tetap ada pengaruhnya.
Mengapa demikian? Adakala­nya, karena doa itu sendiri seperti doa yang tidak disukai Allah, sebab mengandung permusuhan. Mungkin pula karena hati orang yang berdoa itu lemah dan tidak benar-benar menghadap kepada Allah. Seperti busur yang sangat lemah, maka anak panah yang keluar dari busur yang lemah akan lemah pula.
Mungkin pula ada penghalang diterimanya doa, seperti makan sesuatu yang haram. Atau karena lalai dan lupa, sebagaimana disebutkan dalam Al-Mustadrak, karya Al-Hakim dan hadits Abu Hurairah, ia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, 'Berdoa­lah kepada Allah dengan keyakinan akan diterima; dan ketahuilah, Allah tidak menerima doa dan hati yang lalai dan lengah'."

Doa-doa
Nishfu Sya'ban
Di antara siang-malamnya bulan Sya`ban, malam Nishfu Sya`ban, ma-lam pertengahan, yakni tanggal 15, adalah malam yang termulia. Bahkan,dalam setahun, ia dianggap malam ter­mulia setelah Lailatul Qadar. Karena itu, ibadah dan doa di malam Nishfu Sya`­ban lebih utama dibanding malam­-malam lainnya.
Banyak doa yang disusun para ula­ma yang sangat balk untuk dibaca pada malam tersebut. Di antaranya yang akan disampaikan berikut ini.
Di awal waktu sesudah shalat Maghrib, hendaknya kita membaca surah Ya-Sin tiga kali. 
Pembacaan per­tama, diniatkan mohon dipanjangkan umur dalam berbuat ibadah. 
Kedua, dengan niat minta dipelihara dan ben­cana, disembuhkan dan penyakit, dan diluaskan rezeki yang halal.Dan ketiga; dengan niat minta kaya hati dan segala makhluk (tidak butuh kepada makhluk) dan memohon husnul khatimah. Setiap selesai membaca surah Ya-Sin dibaca salah satu doa nisfu sya’ban di bawah ini, satu kali. Tetapi bisa juga pelaksanaannya disertai melaksanakan sholat sunnah dua rakaat terlebih dahulu setiap hendak membaca surah Yasin sebanyak tiga kali tersebut. Secara rinci tata caranya akan dijelaskan seperti berikut. Karena ibadah ini adalah sunnah maka pelaksanaannya disesuaikan situasi dan kondisinya, boleh dengan sholat sunnah maupun tanpanya. Baik dengan sholat sunnah membaca pada raka'at pertama setelah al-Fatihah membaca surah al-Kafirun kemudian raka'at kedua setelah al-Fatihah membaca surah al-ikhlas, atau dengan tata cara yang diterangkan di bawah ;
Yang terpenting adalah seperti yang sudah disampaikan diatas pada malam yang penuh kemuliaan dan keberkahan ini, Allah ‘azza wa Jalla membentangkan hamparan ampunan dan rahmatnya secara merata, sehingga seyogyannya pada malam tersebut, para salaf shalihin umumnya, sangat menganjurkan keluarga dan murid-muridnya berkumpul bersama, untuk berdoa dan menghidupkan malam tersebut dengan berbagai kegiatan yang bernuansa ibadah.
  
Amalan Al-Quthb Ghauts Al-Arifbillah Abu Bakar bin Abdullah Al-Aththas.ra (guru utama Simthud Dhuror ) menyambut malam Nifsu Sya'ban

 Pada malam Selasa 15 Sya'ban 1319 H, Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi.ra penyusun Maulud Simthud Dhuror berkata kepada Sayid Abdullah bin Abubakar Alatas, putera dari guru utamanya Al-Quthb Ghauts Al-Arifbillah Abu Bakar bin Abdullah Al-Aththas.ra, "Dahulu setiap malam Nishfu Sya'ban, Habib Abubakar mengerjakan salat sunah 6 rakaat. Pada setiap rakaat setelah AI-Fatihah, beliau membaca Surat Al-Ikhlas sebanyak 6 kali. Setiap kali selesai mengerjakan salat dua rakaat beliau membaca fatihah dan Yasin kemudian dilanjutkan dengan doa Nishfu Sya'ban. Aku juga melakukan salat ini dengan cara yang sama." Habib Abdullah berkata, "Aku ingin mengerjakan salat bersamamu." Setelah shof-shof diluruskan, Habih Abdullah  bertanya, "Bagaimana niatnya?"
Habib Ali berkata, "Ucapkanlah:
 Usholli rok’ataini lillaahi ta’aalaa
 Aku niat salat dua rakaat karena Allah Ta'ala.
Namun jika kalian meniatkan sebagai salat Sunah Awwabin akan lebih utama; ushollii rok-ataini min sunnatil awwaabiin lillaahi ta'aalaa.

Pada setiap rakaat setelah Al-Fatihah, membaca Surat Al-Ikhlas sebanyak 6 kali. Setiap kali selesai mengerjakan salat dua rakaat lalu membaca fatihah dan Yasin kemudian dilanjutkan dengan doa Nishfu Sya'ban seperti dibawah ini ;
Habib Ali kemudian mengimami kami. Setelah mengucapkan salam dari dua rakaat pertama beliau menghadap kepada kami, lalu mengucapkan:

Al-Fatihah wa Yaasin biniyyati thuwlil ‘umri ma’al tawfiiqi liththa’ati

Al-Fatihah dan Yasin dengan niat agar Allah memanjangkan umur dan memberi kita taufik hidayah untuk taat  kepada-Nya.
Setelah membaca (Fatihah dan Yasin) beliau menuntun kami membaca doa Nishfu Syaban untuk dibaca bersama-sama, diawali basmalah hamdalah dan shalawat yang berbunyi:
Bismillahir-rohmaanir-rahiim. Alhamdulillahir-rabbil-‘alaamin.
Washallalahu ‘ala Sayyidina Muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wasallam


اَللَّهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَ لا يَمُنُّ عَلَيْكَ يَا ذَا اْلجَلاَلِ وَ اْلاِكْرَامِ ياَ ذَا الطَّوْلِ وَ اْلاِنْعَامِ لاَ اِلهَ اِلاَّ اَنْتَ ظَهْرَ اللاَّجِيْنَ وَجَارَ الْمُسْتَجِيْرِيْنَ وَ اَمَانَ اْلخَائِفِيْنَ . اَللَّهُمَّ اِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنِى عِنْدَكَ فِيْ اُمِّ اْلكِتَابِ شَقِيًّا اَوْ مَحْرُوْمًا اَوْ مَطْرُوْدًا اَوْ مُقْتَرًّا عَلَىَّ فِى الرِّزْقِ فَامْحُ اللَّهُمَّ بِفَضْلِكَ فِيْ اُمِّ اْلكِتَابِ شَقَاوَتِي وَ حِرْمَانِي وَ طَرْدِي وَ اِقْتَارَ رِزْقِي وَ اَثْبِتْنِىْ عِنْدَكَ فِي اُمِّ اْلكِتَابِ سَعِيْدًا مَرْزُوْقًا مُوَفَّقًا لِلْخَيْرَاتِ فَإِنَّكَ قُلْتَ وَ قَوْلُكَ اْلحَقُّ فِى كِتَابِكَ الْمُنْزَلِ عَلَى نَبِيِّكَ الْمُرْسَلِ يَمْحُو اللهُ مَا يَشَاءُ وَ يُثْبِتُ وَ عِنْدَهُ اُمُّ اْلكِتَابِ. اِلهِيْ بِالتَّجَلِّى اْلاَعْظَمِ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَهْرِ شَعْبَانَ الْمُكَرَّمِ الَّتِيْ يُفْرَقُ فِيْهَا كُلُّ اَمْرٍ حَكِيْمٍ وَ يُبْرَمُ اِصْرِفْ عَنِّيْ مِنَ اْلبَلاَءِ مَا اَعْلَمُ وَ مَا لا اَعْلَمُ وَاَنْتَ عَلاَّمُ اْلغُيُوْبِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ سَلَّمَ . اَمِيْنَ
Artinya:
Ya Allah, Dzat Pemilik anugrah, bukan penerima anugrah. Wahai Dzat yang memiliki keagungan dan kemuliaan. Wahai dzat yang memiliki kekuasaan dan kenikmatan. Tiada Tuhan selain Engkau: Engkaulah penolong para pengungsi, pelindung para pencari perlindungan, pemberi keamanan bagi yang ketakutan. Ya Allah, jika Engkau telah menulis aku di sisiMu di dalam Ummul Kitab sebagai orang yang celaka atau terhalang atau tertolak atau sempit rezeki, maka hapuskanlah, wahai Allah, dengan anugrahMu, dari Ummul Kitab akan celakaku, terhalangku, tertolakku dan kesempitanku dalam rezeki, dan tetapkanlah aku di sisimu, dalam Ummul Kitab, sebagai orang yang beruntung, luas rezeki dan memperoleh taufik dalam melakukan kebajikan. Sunguh Engkau telah berfirman dan firman-Mu pasti benar, di dalam Kitab Suci-Mu yang telah Engkau turunkan dengan lisan nabi-Mu yang terutus: “Allah menghapus apa yang dikehendaki dan menetapkan apa yang dikehendakiNya dan di sisi Allah terdapat Ummul Kitab.” Wahai Tuhanku, demi keagungan yang tampak di malam pertengahan bulan Sya’ban nan mulia, saat dipisahkan (dijelaskan, dirinci) segala urusan yang ditetapkan dan yang dihapuskan, hapuskanlah dariku bencana, baik yang kuketahui maupun yang tidak kuketahui. Engkaulah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu yang tersembunyi, demi RahmatMu wahai Tuhan Yang Maha Mengasihi. Semoga Allah melimpahkan solawat dan salam kepada junjungan kami Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat beliau. Amin.

Beliau lalu memimpin salat dua rakaat lagi. Setelah salam beliau mengucapkan:
al-faatihah wa yaa siin biniyyatil hifzh wal 'ishmati minal aafaat wal 'aahaat, wa biniyyatis sa’ati fiir-rizqi zh-zhahiri wal baathini
Al-Fatihah dan Yasin dengan niat agar Allah melindungi kita dari segala bencana dan penyakit juga dengan niat agar Allah melapangkan rezeki: lahir mapun batin.

Setelah selesai membaca (Fatihah dan Yasin), beliau menuntun kami membaca doa Nishfu Sya'ban lagi. Setelah itu beliau memimpin kami untuk salat dua rakaat lagi yang ketiga. Setelah salam beliau mengucapkan:
al-faatihah wa yaa siin biniyyatil ghinaa`al-qolbi  wa husnul khootimah.
Al-Fatihah dan Yasin dengan niat agar Allah menjadikan hati kita kaya dan mengakhiri usia kita husnul khotimah.

Setelah selesai membaca (Fatihah dan Yasin) beliau menuntun kami membaca doa Nishfu Sya'ban.

Selain itu bisa pula dibaca doa yang pendek berikut ini:
Alláhumma innaka `afuwwun karimun tubibbul-'afwa fa’fu anni. AIlahuumma inni as'alukal-afwa wal­ ‘afiyata wal-mu’afátad-da’imata fid­-dini wad-dunya wal-akhirah.

(Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan Mahamulia, Engkau suka mengampuni. Maka ampunilah aku.Ya Allah, aku mohon ampunan dan afiat, serta perlin­dungan yang tetap dalam urusan agama, dunia, dan akhirat.)




 
Sedangkan para warga NU banyak mengamalkan dengan tata cara sebagai berikut ; 
Sya’ban adalah salah satu bulan istimewa, bulan yang dihormati dalam agama Islam, selain Muharram, Dzulhijjah dan Rajab. Lebih utama lagi pada malam ke lima belas, yang dikenal dengan nama malam Nisfu Sya’ban.

Sebagaimana dijelaskan dalam hadits shahih dari Mu‘az bin Jabal Radhiallahu ‘anhu, bahwa pada malam ini “Allah menjenguk datang kepada semua makhlukNya di Malam Nishfu Sya‘ban, maka diampuni segala dosa makhlukNya kecuali orang yang menyekutukan Allah dan orang yang bermusuhan.” (HR. Ibnu Majah, at-Thabrani dan Ibnu Hibban).

Begitu juga hadits riwayat Aisyah r.a.
عن عائشة بنت أبي بكر قالت: « قام رسول الله من الليل يصلي، فأطال السجود حتى ظننت أنه قد قبض، فلما رأيت ذلك قمت حتى حركت إبهامه فتحرك فرجعت، فلما رفع إلي رأسه من السجود وفرغ من صلاته، قال: يا عائشة أظننت أن النبي قد خاس بك؟، قلت: لا والله يا رسول الله، ولكنني ظننت أنك قبضت لطول سجودك، فقال: أتدرين أي ليلة هذه؟ قلت: الله ورسوله أعلم، قال: هذه ليلة النصف من شعبان، إن الله عز وجل يطلع على عباده في ليلة النصف من شعبان، فيغفر للمستغفرين، ويرحم المسترحمين، ويؤخر أهل الحقد كما هم »
Dari Aisyah radhiyallahu anha berkata bahwa Rasulullah SAW bangun pada malam dan melakukan shalat serta memperlama sujud, sehingga aku menyangka beliau telah diambil. karena curiga maka aku gerakkan telunjuk beliau dan ternyata masih bergerak. Ketika beliau mengangkat kepalanya dari sujud dan selesai dari shalatnya, beliau berkata, “Wahai Asiyah, (atau Wahai Humaira’), apakah kamu menyangka bahwa Rasulullah tidak memberikan hakmu kepadamu?”Aku menjawab, “Tidak ya Rasulallah, namun Aku menyangka bahwa Anda telah dipanggil Allah karena sujud Anda lama sekali.” Rasulullah SAW bersabda, “Tahukah kamu malam apa ini?” Aku menjawab, “Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui.”Beliau bersabda, “Ini adalah malam nisfu sya’ban (pertengahan bulan sya’ban). Dan Allah muncul kepada hamba-hamba-Nya di malam nisfu sya’ban dan mengampuni orang yang minta ampun, mengasihi orang yang minta dikasihi, namun menunda orang yang hasud sebagaimana perilaku mereka.” (HR Al-Baihaqi)

Begitulah kemurahan Allah swt yang diberikan kepada hambanya di malam Nisfu Sya’ban. Sehingga dalam kesempatan lain Aisyah meriwayatkan hadits lagi dengan banyaknya pengampunan itu semisal bulu kambing Bani Kalb

عن عائشة بنت أبي بكر قالت: «قال رسول الله : "إن الله ينزل ليلة النصف من شعبان إلى السماء الدنيا، فيغفر لأكثر من عدد شعر غنم كلب"
Sesungguhnya Allah ‘Azza Wajalla turun ke langit dunia pada malam nisfu sya’ban dan mengampuni lebih banyak dari jumlah bulu pada kambing Bani Kalb (salah satu kabilah yang punya banyak kambing). (HR At-Tabarani dan Ahmad)

Demikianlah hendaknya kesempatan ini tidak disia-siakan. Seorang muslim yang bijak tentunya akan memanfaatkan malam Nisfu Sya’ban sebaik-baiknya, dengan sebaik-baiknya memohon pengampunan dan melaksanakan amal kebaikan sebanyak-banyaknya. Demikian hadits riwayat Ali bin Abi Thalib menegaskan
عن علي بن أبي طالب قال: «قال رسول الله : "إذا كان ليلة النصف من شعبان فقوموا ليلها وصوموا نهارها فإن الله ينزل فيها إلى سماء الدنيا فيقول ألا من مستغفر فأغفر له ، ألا من مسترزق فأرزقه ألا من مبتلى فأعافيه ألا كذا ألا كذا حتى يطلع الفجر
Dalam hadis Ali, Rasulullah bersabda: "Malam nisfu Sya'ban, maka hidupkanlah dengan salat dan puasalah pada siang harinya, sesungguhnya Allah turun ke langit dunia pada malam itu, lalu Allah bersabda: "Orang yang meminta ampunan akan Aku ampuni, orang yang meminta rizqi akan Aku beri dia rizqi, orang-orang yang mendapatkan cobaan maka aku bebaskan, hingga fajar menyingsing." (H.R. Ibnu Majah dengan sanad lemah).


Amalan Malam Nisfu Sya’ban
Berbagai amalan malam Nisfu Sya’ban dapat dimulai setelah sholat maghrib. Berpegang pada hadits Rasulullah saw, sebaiknya ibadah malam Nisfu Sya’ban ini dilakukan secara individual (tidak berjama’ah). Namun juga tidak ada pelarangan jika dilakukan secara berjama’ah. Dengan didahului shalat sunnah dua rakaat yang niatnya adalah
أصلى سنة نصف شعبان ركعتين لله تعالى
Artinya:
Aku niat shalat sunat nisfu sya’ban 2 rakaat sebagai karena Allah Ta’ala.
Bilangan shalat sunnah Nisfu Sya’ban adalah 2 rakaat dengan 1 kali salam. Pada rakaat pertama setelah Al-Fatihah membaca surat Al-Kafirun. Sedangkan pada rakaat setelah Al-Fatihah membaca surat Al-Ikhlas.

Dalam Ihya’ Ulumiddin, Imam Ghazali memberikan petunjuk agar dalam setiap rekaatnya setelah membaca fatihah hendaknya membaca surat al-Ikhlas sebelas kali. Atau dapat juga shalat sepuluh rakaat disetiap rakaatnya membaca Fatihah dan membaca al-Ikhlas seratus kali. Shalat ini disebut juga shalat al-khair, hal ini berdasar pada apa yang dilakukan oleh para ulama terdahulu.

Setelah shalat sunnah dua rekaat biasanya dilanjutkan dengan membaca surat yasin tiga kali yang dan ditutup dengan do’a malam Nisyfu Sya’ban di bawah ini

اَللَّهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَ لا يَمُنُّ عَلَيْكَ يَا ذَا اْلجَلاَلِ وَ اْلاِكْرَامِ ياَ ذَا الطَّوْلِ وَ اْلاِنْعَامِ لاَ اِلهَ اِلاَّ اَنْتَ ظَهْرَ اللاَّجِيْنَ وَجَارَ الْمُسْتَجِيْرِيْنَ وَ اَمَانَ اْلخَائِفِيْنَ . اَللَّهُمَّ اِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنِى عِنْدَكَ فِيْ اُمِّ اْلكِتَابِ شَقِيًّا اَوْ مَحْرُوْمًا اَوْ مَطْرُوْدًا اَوْ مُقْتَرًّا عَلَىَّ فِى الرِّزْقِ فَامْحُ اللَّهُمَّ بِفَضْلِكَ فِيْ اُمِّ اْلكِتَابِ شَقَاوَتِي وَ حِرْمَانِي وَ طَرْدِي وَ اِقْتَارَ رِزْقِي وَ اَثْبِتْنِىْ عِنْدَكَ فِي اُمِّ اْلكِتَابِ سَعِيْدًا مَرْزُوْقًا مُوَفَّقًا لِلْخَيْرَاتِ فَإِنَّكَ قُلْتَ وَ قَوْلُكَ اْلحَقُّ فِى كِتَابِكَ الْمُنْزَلِ عَلَى نَبِيِّكَ الْمُرْسَلِ يَمْحُو اللهُ مَا يَشَاءُ وَ يُثْبِتُ وَ عِنْدَهُ اُمُّ اْلكِتَابِ. اِلهِيْ بِالتَّجَلِّى اْلاَعْظَمِ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَهْرِ شَعْبَانَ الْمُكَرَّمِ الَّتِيْ يُفْرَقُ فِيْهَا كُلُّ اَمْرٍ حَكِيْمٍ وَ يُبْرَمُ اِصْرِفْ عَنِّيْ مِنَ اْلبَلاَءِ مَا اَعْلَمُ وَ مَا لا اَعْلَمُ وَاَنْتَ عَلاَّمُ اْلغُيُوْبِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ سَلَّمَ . اَمِيْنَ

Artinya:Ya Allah, Dzat Pemilik anugrah, bukan penerima anugrah. Wahai Dzat yang memiliki keagungan dan kemuliaan. Wahai dzat yang memiliki kekuasaan dan kenikmatan. Tiada Tuhan selain Engkau: Engkaulah penolong para pengungsi, pelindung para pencari perlindungan, pemberi keamanan bagi yang ketakutan. Ya Allah, jika Engkau telah menulis aku di sisiMu di dalam Ummul Kitab sebagai orang yang celaka atau terhalang atau tertolak atau sempit rezeki, maka hapuskanlah, wahai Allah, dengan anugrahMu, dari Ummul Kitab akan celakaku, terhalangku, tertolakku dan kesempitanku dalam rezeki, dan tetapkanlah aku di sisimu, dalam Ummul Kitab, sebagai orang yang beruntung, luas rezeki dan memperoleh taufik dalam melakukan kebajikan. Sunguh Engkau telah berfirman dan firman-Mu pasti benar, di dalam Kitab Suci-Mu yang telah Engkau turunkan dengan lisan nabi-Mu yang terutus: “Allah menghapus apa yang dikehendaki dan menetapkan apa yang dikehendakiNya dan di sisi Allah terdapat Ummul Kitab.” Wahai Tuhanku, demi keagungan yang tampak di malam pertengahan bulan Sya’ban nan mulia, saat dipisahkan (dijelaskan, dirinci) segala urusan yang ditetapkan dan yang dihapuskan, hapuskanlah dariku bencana, baik yang kuketahui maupun yang tidak kuketahui. Engkaulah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu yang tersembunyi, demi RahmatMu wahai Tuhan Yang Maha Mengasihi. Semoga Allah melimpahkan solawat dan salam kepada junjungan kami Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat beliau.
Sayydidah Ummu Salamah RA berkata: 

عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَنَّهُ لَمْ يَكُنْ يَصُومُ مِنَ السَّنَةِ شَهْرًا تَامًّا إِلَّا شَعْبَانَ، وَيَصِلُ بِهِ رَمَضَانَ
Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam belum pernah puasa satu bulan penuh selain Sya’ban, kemudian beliau sambung dengan Ramadhan.”
(HR. An Nasa’i mensahihkannya)

Usamah bin Zaid bertanya kepada Rasulullah SAW:
“Wahai Rasulullah, saya belum pernah melihat Anda berpuasa dalam satu bulan sebagaimana Anda berpuasa di bulan Sya’ban.
Kemudian Rasulullah SAW bersabdaNabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
“Ini adalah bulan yang sering dilalaikan banyak orang, bulan antara Rajab dan Ramadhan. Ini adalah bulan dimana amal-amal diangkat menuju Rab semesta alam. Dan saya ingin ketika amal saya diangkat, saya dalam kondisi berpuasa.”
(HR. An Nasa’i dan Ahmad mereka berdua sanadnya hasan) 

Abu Musa Al Asy’ari RA berkata:
إن الله ليطلع ليلة النصف من شعبان فيغفر لجميع خلقه إلا لمشرك أو مشاحن
“Sesungguhnya Allah melihat pada malam pertengahan Sya’ban. Maka Dia mengampuni semua makhluknya, kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan.”
(HR. Ibnu Majah, dan At Thabrani mereka berdua mensahihkan).

Malam Nishfu Sya’ban

Ayah Ali bin Fadhal berkata: Aku pernah bertanya kepada Imam Ali Ar-Ridha As tentang  malam Nishfu Sya’ban, beliau berkata: “Malam Nishfu Sya’ban adalah malam Allah membebaskan hamba-Nya dari api neraka dan mengampuni dosa-dosa.” Aku bertanya lagi: Apakah sebaiknya memperbanyak shalat sunnah di dalamnya lebih dari malam-malan yang lain? Beliau berkata: “Di dalamnya tidak ada sesuatu yang harus menjadi beban, tetapi jika kamu ingin melakukan sesuatu, maka hendaknya melakukan shalat Ja’far Ath-Thayyar (shalat tasbih). Dan Perbanyaklah di dalamnya zikir kepada Allah azza wa jalla, istighfar dan doa. Karena ayahku berkata: ‘Doa di dalamnya mustajabah.” (Fadhail Al-Asyhur Ats-Tsalatsah: 45)

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Ali bin Abi Thalib (sa) benar-benar mengosongkan dirinya pada empat malam dalam satu tahun: Malam pertama bulan Rajab, malam Idul Adhha, malam Idul Fitri, dan malam nishfu Sya’ban.”

Hadis ini bersumber dari Ahmad bin Idris dari Muhammad bin Yahya, dari Abu Ja’far Ahmad bin Abdullah dari ayahnya, dari Wahhab bin Wahhab, dari Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa). (Fadhail Al-Asyhur Ats-Tsalatsah: 46)

Shalat Sunnah

Aisyah berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: Pada malam ini (malam nishfu Sya’ban) kekasihku Jibril datang kepadaku dan berkata: wahai Muhammad, perintahkan pada umatmu: jika telah datang malam nishfu Sya’ban, hendaknya salah seorang dari mereka melakukan shalat sepuluh rakaat, setiap rakaat membaca surat Al-Fatihah dan surat Al-Ikhlash (10 kali).

Kemudian sujud sambil membaca:

اللهم لك سجد سوادي و جناني و بياضي يا عظيم كل عظيم اغفر ذنبي العظيم و إنه لا يغفر غيرك يا عظيم

 

Ya Allah, kepada-Mu sujud jiwa dan ragaku, wahai Yang Maha Agung dari semua yang agung, ampuni dosaku yang besar, karena tidak ada yang dapat mengampuninya selain-Mu wahai Yang Maha Agung.

Jika ia telah melakukannya, Allah menghapus tujuh puluh dua ribu keburukannya, mencatat baginya tujuh puluh dua ribu kebaikan, dan menghapus tujuh puluh ribu keburukan kedua orang tuanya.”  (Fadhail Al-Asyhur Ats-Tsalatsah: 65)

Doa Rasulullah saw di Malam Nishfu Sya’ban

Malam Nishfu Sya’ban adalah malam yang paling utama sesudah malam Al-Qadar. Di dalamnya Allah swt membagikan rejeki kepada hamba-hamba-Nya, memberikan karunia kepada mereka, dan mengampuni dosa-dosa mereka. Berikut ini di antara doa Rasulullah saw di malam Nishfu Sya’ban:

بسم الله الرحمن الرحيم

اللهم صل على محمد وآل  محمد

اَللًّهُمَّ اقْسِمْ مِنْ خَشْيَتِكَ مَا يَحُولُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ، وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ رِضْوَانَكَ، وَمِنَ الْيَقِينِ مَا يَهُونُ عَلَيْنَا بِهِ مُصِيبَاتُ الدُّنْيَا. اَللًّهُمَّ اَمْتِعْنَا بِاَسْمَاعِنَا وَاَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا ما اَحْيَيْتَنَا، وَاجْعَلْهُ الْوارِثَ مِنَّا، واجْعَلْ ثأرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا، وَانْصُرنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا، وَلاَ تَجْعَلْ مُصيبَتَنَا في دينِنَا، وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيا اَكْبَرَ هَمِّنَا، وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا، وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا، بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang

Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Rasulullah dan keluarganya

Ya Allah, karuniakan kepada kami

rasa takut kepada-Mu, rasa takut yang menghalangi dari maksiat pada-Mu    ketaatan pada-Mu, ketaatan  yang menyampaikan kami pada ridha-Mu

dan keyakinan yang dengannya musibah dunia tidak menghinakan kami

Ya Allah

Karuniakan kepada kami dengan pendengaran kami, pandangan kami dan kekuatan kami, kenikmatan yang Kau izinkan dalam hidup kami.

Jadikan semua itu pewaris dari kami

Jadikan tuntutan kami terhadap orang-orang yang menzalimi kami

Bantulah kami terhadap orang-orang yang memusuhi kami

Jangan jadikan bagi kami musibah dalam agama kami

Jangan jadikan dunia sebagai cita-cita utama kami dan menjadi tujuan ilmu kami

Jangan biarkan kami dikuasai oleh orang yang tidak menyayangi kami, dengan rahmat-Mu wahai Yang Maha Pengasih dari semua yang mengasihi. (Mafatihul Jinan, bab 2, pasal 2).

 

Amalan di Malam Nishfu Sya’ban

  1. Mandi sunnah, manfaatnya agar dosa-dosa kita diringankan oleh Allah swt.
  2. Menghidupkan malam ini dengan shalawat, doa dan istighfar.
  3. Ziarah atau membaca doa ziarah kepada Imam Husein cucu Rasulullah saw. Ziarah ini merupakan amalan yang paling utama pada malam Nishfu Sya’ban, dan menjadi penyebab dosa-dosa diampuni Dalam suatu hadis disebutkan:

“Barangsiapa yang ingin berjabatan tangan dengan ruh para Nabi, maka hendaknya berziarah kepada Al-Husein (sa) malam ini. Ziarah yang paling singkat mengucapkan salam kepadanya, yaitu:

اَلسَّلامُ عَلَيْكَ يا اَبا عَبْدِ اللهِ، السَّلامُ عَلَيْكَ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكاتُهُ

  1. Membaca shalawat yang dibaca setiap matahari tergelincir
  2. Membaca doa Kumail.
  3. Membaca Ziarah Aminullah.
  4. Membaca zikir berikut, masing-masing (100 kali), agar Allah mengampuni dosa-dosa yang lalu dan memperkenankan hajat-hajat dunia dan akhirat:

سبحاان الله          100X

الحمدلله             100x

لااله الا الله         100X

الله اكبر            100X

  1. Melakukan shalat dua rakaat setelah Isya’. Rakaat pertama membaca surat Fatihah dan surat Al-Kafirun (sekali), rakaat kedua membaca Fatihah dan surat Al-Ikhlash (sekali). Kemudian setelah salam membaca tasbih zahra as.

Kemudian membaca doa keempat, lihat di bagian doa-doa di malam Nishfu Sya’ban, lalu sujud sambil membaca zikir berikut:

Yâ Rabbi (20 kali)

Yâ Allâh (7 kali)

Lâ hawla wa lâ quwwata illâ billâh (7 kali)

Mâ syâa Allâh (10 kali)

Lâ quwwata illâ billâh (10 kali)

Kemudian membaca shalawat kepada Nabi dan keluarganya, lalu sampaikan hajat yang diinginkan, niscaya Allah memenuhinya dengan kemulian dan karunia-Nya..

  1. Membaca doa pada dini hari, doa kelima, lihat di bagian doa-doa pada malam Nishfu Sya’ban.
  2. Amalan pada malam hari Nisfu Sya'ban:

    1. Mandi yang dapat menggugurkan dosa-dosa
    2. Menghidupkan malam dengan salat, doa dan istighfar
    3. Membaca doa Kumail
    4. Membaca Ziarah Imam Husain As yang dapat menjadi wasilah terampuninya dosa-dosa. Salah satu riwayat menyebutkan ruh 124 ribu Anbiyah As menziarahi Imam Husain As pada malam Nisfu Sya'ban. Jika tidak memungkinkan untuk menziarahi Imam Husain As di makamnya langsung di Karbala, maka dapat dilakukan dengan membaca doa ziarah pada tempat ketinggian yang diawali dengan menghadap ke kanan dan kekiri kemudian menghadapkan kepala ke langit dengan berucap: :اَلسَّلامُ عَلَیْكَ یا اَبا عَبْدِاللّهِ، اَلسَّلامُ عَلَیْكَ وَ رَحْمَةُالsetelah itu membaca doa berikut:
    اَللّهُمَّ بِحَقِّ لَیْلَتِنا (هذِهِ) وَ مَوْلُودِها وَ حُجَّتِكَ وَ مَوْعُودِهَا الَّتى قَرَنْتَ اِلى فَضْلِها فَضْلاً فَتَمَّتْ كَلِمَتُكَ صِدْقاً وَ عَدْلاً لا مُبَدِّلَ لِكَلِماتِكَ وَلا مُعَقِّبَ لاِیاتِكَ نُورُكَ الْمُتَاَلِّقُ وَ ضِیاَّؤُكَ الْمُشْرِقُ وَ الْعَلَمُ النُّورُ فى طَخْیاَّءِ الدَّیْجُورِ الْغائِبُ الْمَسْتُورُ جَلَّ مَوْلِدُهُ وَ كَرُمَ مَحْتِدُهُ وَالْمَلاَّئِكَةُ شُهَّدُهُ وَاللّهُ ناصِرُهُ وَ مُؤَیِّدُهُ اِذا آنَ میعادُهُ وَالْمَلاَّئِكَةُ اَمْد ادُهُ سَیْفُ اللّهِ الَّذى لا یَنْبوُ وَ نُورُهُ الَّذى لا یَخْبوُ وَ ذوُالْحِلْمِ الَّذى لا یَصْبوُا مَدارُ الَّدهْرِ وَ نَوامیسُ الْعَصْرِ و َوُلاةُ الاْمْرِ وَالْمُنَزَّلُ عَلَیْهِمْ ما یَتَنَزَّلُ فى لَیْلَةِ الْقَدْرِ وَ اَصْحابُ الْحَشْرِ وَالنَّشْرِ تَراجِمَةُ وَحْیِهِ وَ وُلاةُ اَمْرِهِ وَ نَهْیِهِ اَللّهُمَّ فَصَلِّ عَلى خاتِمِهْم وَ قآئِمِهِمُ الْمَسْتُورِ عَنْ عَوالِمِهِمْ اَللّهُمَّ وَ اَدْرِكَ بِنا اءَیّامَهُ وَظُهُورَهُ وَقِیامَهُ وَاجْعَلْنا مِنْ اَنْصارِهِ وَاقْرِنْ ثارَنا بِثارِهِ وَاكْتُبْنا فى اَعْوانِهِ وَ خُلَصاَّئِهِ وَ اَحْیِنا فى دَوْلَتِهِ ناعِمینَ وَ بِصُحْبَتِهِ غانِمینَ وَ بِحَقِّهِ قآئِمینَ وَ مِنَ السُّوَّءِ سالِمینَ یا اَرْحَمَ الرّاحِمینَ وَالْحَمْدُلِلّهِ رَبِّ الْعالَمینَ وَ صَلَواتُهُ عَلى سَیِّدِنا مُحَمَّدٍ خاتَمِ النَّبِیّینَ وَ الْمُرْسَلینَ وَ عَلى اَهْلِ بَیْتِهِ الصّادِقینَ وَ عِتْرَتِهَ النّاطِقینَ وَالْعَنْ جَمیعَ الظّالِمینَ واحْكُمْ بَیْنَنا وَ بَیْنَهُمْ یا اَحْكَمَ الْحاكِمینَ النّاطِقینَ وَالْعَنْ جَمیعَ الظّالِمینَ واحْكُمْ بَیْنَنا وَ بَیْنَهُمْ یا اَحْكَمَ الْحاكِمینَ

    5. Memperbanyak bacaan salawat.
    Membaca doa berikut yang juga dibaca Nabi Muhammad Saw pada malam Nisfu Sya'ban:اَللّهُمَّ اقْسِمْ لَنا مِنْ خَشْیَتِكَ ما یَحُولُ بَیْنَنا وَ بَیْنَ مَعْصِیَتِكَ وَ مِنْ طاعَتِكَ ما تُبَلِّغُنا بِهِ رِضْوانَكَ وَ مِنَ الْیَقینِ ما یَهُونُ عَلَیْنا بِهِ مُصیباتُ الدُّنْیا اَللّهُمَّ اَمْتِعْنا بِاَسْماعِنا وَ اَبْصارِنا وَ قُوَّتِنا ما اَحْیَیْتَنا وَاجْعَلْهُ الْوارِثَ مِنّا وَاجْعَلْ ثارَنا عَلى مَنْ ظَلَمَنا وَانْصُرنا عَلى مَنْ عادانا تَجْعَلْ مُصیبَتَنا فى دینِنا وَلا تَجْعَلِ الدُّنْیا اَكْبَرَ هَمِّنا وَلا مَبْلَغَ عِلْمِنا وَلا تُسَلِّطْ عَلَیْنا مَنْ لا یَرْحَمُنا بِرَحْمَتِكَ یا اَرْحَمَ الرّاحِمینَ
    6. Membaca zikir: سُبْحانَ اللّهِ, الْحَمْدُلِلّهِ., اللّهُ اَكْبَرُ, dan لا اِلهَ اِلا اللّهُ" 100 kali
    7. Melakukan salat Ja'far ath-Thayyar.
    8. Mendirikan salat 4 rakaat, yang disetiap rakaatnya membaca Al-Fatihah dan surah Al-Ikhlas 100 x setelah itu membaca doa berikut:
    اَللّهُمَّ اِنّى اِلَیْكَ فَقیرٌ وَمِنْ عَذاِبكَ خائِفٌ مُسْتَجیرٌ اَللّهُمَّ لا تُبَدِّلْ اِسْمى وَلا تُغَیِّرْ جِسْمى وَلاتَجْهَدْ بَلاَّئى وَلا تُشْمِتْ بى اَعْداَّئى اَعُوذُ بِعَفْوِكَ مِنْ عِق ابِكَ وَ اَعُوذُ بِرَحْمَتِكَ مِنْ عَذابِكَ وَ اَعُوذُ بِرِضاكَ مِنْ سَخَطِكَ وَ اَعُوذُبِكَ مِنْكَ جَلَّ ثَناَّؤُكَ اَنْتَ كَما اَثْنَیْتَ عَلى نَفْسِكَ وَ فَوْقَ ما یَقُولُ الْقآئِلُونَ.

  3. Hukum puasa pada akhir bulan syakban.

Syekh Wahbab al-Zuhaili dalam Fiqhul Islami wa Adillatuhu menjelaskan:
قال الشافعية: يحرم صوم النصف الأخير من شعبان الذي منه يوم الشك، إلا لورد بأن اعتاد صوم الدهر أو صوم يوم وفطر يوم أو صوم يوم معين كالا ثنين فصادف ما بعد النصف أو نذر مستقر في ذمته أو قضاء لنفل أو فرض، أو كفارة، أو وصل صوم ما بعد النصف بما قبله ولو بيوم النص. ودليلهم حديث: إذا انتصف شعبان فلا تصوموا، ولم يأخذبه الحنابلة وغيرهم لضعف الحديث في رأي أحمد

“Ulama mazhab Syafi’i mengatakan, puasa setelah nisfu Sya’ban diharamkan karena termasuk hari syak, kecuali ada sebab tertentu, seperti orang yang sudah terbiasa melakukan puasa dahar, puasa daud, puasa senin-kamis, puasa nadzar, puasa qadha’, baik wajib ataupun sunnah, puasa kafarah, dan melakukan puasa setelah nisfu Sya’ban dengan syarat sudah puasa sebelumnya, meskipun satu hari nisfu Sya’ban. Dalil mereka adalah hadis, ‘Apabila telah melewati nisfu Sya’ban janganlah kalian puasa’. Hadis ini tidak digunakan oleh ulama mazhab Hanbali dan selainnya karena menurut Imam Ahmad dhaif.”Ulama melarang puasa setelah nisfu Sya’ban dikarenakan pada hari itu dianggap hari syak (ragu), karena sebentar lagi bulan Ramadhan tiba. Khawatirnya, orang yang puasa setelah nisfu Sya’ban tidak sadar kalau dia sudah berada di bulan Ramadhan. Ada juga ulama yang mengatakan, puasa setelah nisfu Sya’ban dilarang agar kita bisa menyiapkan tenaga dan kekuatan untuk puasa di bulan Ramadhan.

 

Meskipun dilarang, ulama dari mazhab Syafi’i pun tetap membolehkan puasa sunnah bagi orang yang terbiasa mengerjakannya. Seperti mengerjakan puasa senin dan kamis, puasa ayyamul bidh, puasa nadzar, puasa qadha, ataupun orang yang sudah terbiasa mengerjakan puasa dahar.

Sementara menurut ulama lain, khususnya selain mazhab Syafi’i, hadis di atas dianggap lemah dan termasuk hadis munkar, karena ada perawi hadisnya yang bermasalah. Dengan demikian, sebagian ulama tidak melarang puasa setelah nisfhu Sya’ban selama dia mengetahui kapan masuknya awal Ramadhan. Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam Fathul Bari mengatakan:
وقال جمهور العلماء يجوز الصوم تطوعا بعد النصف من شعبان وضعفوا الحديث الوارد فيه وقال أحمد وبن معين إنه منكر
“Mayoritas ulama membolehkan puasa sunnah setelah nishfu Sya’ban dan mereka melemahkan hadis larangan puasa setelah nishfu Syaban. Imam Ahmad dan Ibnu Ma’in mengatakan hadis tersebut munkar”
Dengan demikian, ulama berbeda pendapat terkait hukum puasa sunnah mutlak setelah nisfu Sya’ban, karena mereka berpeda pendapat dalam memahami dan munghukumi hadis larangan puasa setelah nisfu Sya’ban. Akan tetapi, pada sisi lain, mereka sepakat akan kebolehan puasa sunnah bagi orang yang sudah terbiasa melakukannya, seperti puasa senin kamis, puasa daud, puasa dahar, dan lain-lain. Dibolehkan juga puasa bagi orang yang ingin membayar kafarah, qadha puasa, dan orang yang ingin melanjutkan puasa setelah puasa nisfu Sya’ban.
Dari Abdullah bin 'Amru bin Al-'Ash, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepadanya:

وَإِنَّ بِحَسْبِكَ أَنْ تَصُومَ كُلَّ شَهْرٍ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ فَإِنَّ لَكَ بِكُلِّ حَسَنَةٍ عَشْرَ أَمْثَالِهَا فَإِنَّ ذَلِكَ صِيَامُ الدَّهْرِ كُلِّهِ

"Dan sesungguhnya cukuplah bagimu berpuasa tiga hari dari setiap bulan. Sesungguhnya amal kebajikan itu ganjarannya sepuluh kali lipat, seolah ia seperti berpuasa sepanjang tahun." (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan an Nasai)

Dan disunnahkan melaksanakannya pada Ayyamul Bidh (hari-hari putih), yaitu tanggal 13, 14, dan 15 dari bulan Hijriyah. Diriwayatkan dari Abi Dzarr Radhiyallahu 'Anhuberkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepadaku:

يَا أَبَا ذَرٍّ إِذَا صُمْتَ مِنْ الشَّهْرِ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ فَصُمْ ثَلَاثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ

"Wahai Abu Dzarr, jika engkau ingin berpuasa tiga hari dari salah satu bulan, maka berpuasalah pada hari ketiga belas, empat belas, dan lima belas." (HR. At Tirmidzi dan al-Nasai. Hadits ini dihassankan oleh al-Tirmidzi no. 947)

Dari Jabir bin Abdillah, Nabi shallallahu 'alaihi wasallambersabda;

صِيَامُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ صِيَامُ الدَّهْرِ وَأَيَّامُ الْبِيضِ صَبِيحَةَ ثَلَاثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ

"Puasa tiga hari setiap bulan adalah puasa dahr (puasa setahun). Dan puasa ayyamul bidh (hari-hari putih) adalah hari ketiga belas, empat belas, dan lima belas." (HR. An Nasai)

Bacaan Niat Puasa Syaban Arab

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ شَعْبَانَ لِلهِ تَعَالَى

Bacaan Niat Puasa Syaban Latin

“Nawaitu shauma ghadin ‘an ada’i sunnati Sya‘bana lillahi ta‘ala”.

Arti Bacaan Niat Puasa Syaban

“Saya berniat puasa sunah Sya‘ban esok hari karena Allah Ta’ala”.

Keutamaan Istighfar 70 Kali di Bulan Sya’ban

Imam Ali bin Abi tholib as berpesan,

مَنْ اِسْتَغْفَرَ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِي شَعْبَان سَبْعِيْنَ مَرَّة غَفَرَ اللَّهُ ذُنُوْبَهُ وَلَوْ كَانَتْ مِثْل عَدَدِ النُّجُوْمِ

“Siapa yang memohon ampunan kepada Allah di bulan Sya’ban sebanyak 70 kali maka Allah akan mengampuni dosanya walaupun sebanyak jumlah bintang-bintang.”

Sumber : Amali As-Shoduq

Abu Shalt Hirawi berkata, “Aku pernah bertamu ke rumah Imam Ridha as di hari Jumat terakhir pada suatu Sya’ban. Beliau berkata,

“Wahai Abu Shalt, sebagian besar bulan Sya’ban telah pergi dan Jumat ini adalah hari Jumat terakhir. Oleh karena itu, gantilah di hari-hari yang tersisa ini kelengahan-kelengahan yang pernah kau lakukan pada hari-hari sebelumnya.

Lakukanlah apa yg bermanfaat bagimu. Perbanyaklah berdoa, beristigfar, membaca Al-Qur’an, dan bertaubatlah dari dosa-dosamu kepada Allah sehingga ketika bulan Ramadhan tiba, engkau telah menyucikan dirimu sendiri karena Allah.

Jangan sampai di pundakmu terdapat amanat dan hak seseorang kecuali telah kau laksanakan.

Jangan sampai di hatimu terdapat rasa dengki terhadap seseorang kecuali telah kau keluarkan.

Dan tinggalkanlah dosa-dosa yang selama ini sering kau lakukan.

Perbanyaklah membaca doa ini di hari-hari yang tersisa di bulan ini,

ﺍَﻟﻠّـﻬُﻢَّ ﺍِﻥْ ﻟَﻢ ْﺗَﻜُﻦْ ﻏَﻔَﺮْﺕ َﻟَﻨﺎ
ﻓﻴﻤﺎ ﻣَﻀﻰ ﻣِﻦْ ﺷَﻌْﺒﺎﻥَ
ﻓَﺎﻏْﻔِﺮْﻟَﻨﺎ ﻓﻴﻤﺎ ﺑَﻘِﻲَ ﻣِﻨْﻪُ

“Ya Allah, jika Engkau belum mengampuni kami di hari-hari yg telah berlalu di bulan Sya’ban ini, ampunilah kami di hari-hari yang tersisa ini.”

Sesungguhnya Allah Ta’ala akan membebaskan pada bulan ini hamba-hamba yang tak terhitung jumlahnya dikarenakan kesucian bulan Ramadhan.”

(Mafatih al-Jinan : Kunci-Kunci Surga, Syekh Abbas Al-Qummi)

merupakan malam puncak kemuliaan. Diriwayatkan bahwa Imam Ja’far al-Shadiq berkata, Imam Muhammad al-Baqir ditanya perihal keutamaan malam nisfu Sya’ban.

Beliau kemudian menjawab,

“Ia merupakan malam paling utama setelah malam Lailatu al-Qadar. Di dalamnya, Allah melimpahkan karunia-Nya kepada hamba-hamba-Nya dan mengampuni dosa-dosa mereka dengan anugerah-Nya.

Maka, bersungguh-sungguhlah kalian dalam mendekatkan diri kepada Allah di malam ini.

Sesungguhnya ia merupakan sebuah malam yang Allah berjanji kepada diri-Nya untuk tidak menolak orang yang meminta (kepada-Nya) selama dia tidak meminta kepada Allah sesuatu maksiat.

Sesungguhnya, malam nisfu Sya’ban adalah malam yang Allah menjadikannya bagi kami, Ahlulbait, setara dengan apa yang Allah jadikan malam Lailatu al-Qadar bagi Nabi kita saw.

semoga bermanfaat di agama , dunia dan akhirat.amin



ISI MATERI ISLAMI

BULAN GERHANA

Tempat Tinggal Kita Bumi Bumi merupakan planet ketiga terdekat dari Matahari, dan sejauh yang diketahui sebagai satu-satunya yang dihuni mak...

DAFTAR MATERI ISLAMI AL MAHDI