Rabu, 08 Juli 2020

Sayyidah Khodijah as(sa)

Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailid

Mengenalnya

Dia adalah Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushay al-Quraisyiah al-Asadiyah. Ibunya bernama Fatimah binti Zaidah bin Jundub. Beliau dilahirkan di Mekah tahun 68 sebelum hijrah. Ia berasal dari keluarga bangsawan Quraisy. Khadijah dididik dengan akhlak mulia dan terhormat sebagai seorang wanita. Sehingga tumbuhlah ia dengan karakter yang kuat, cerdas, dan menjaga kehormatan.

Nasab Khadijah bertemu dengan nasab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada kakek kelima, Qushay. Ia adalah wanita pertama yang dinikahi oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Orang pertama yang menerima dakwah Islam. Dan wanita yang paling dicintai beliau.

Khadijah di Masa Jahiliyah

Di masa jahiliyah, sebelum kenal dengan Rasulullah, Ummul Mukminin Khadijah radhiallahu ‘anhu dikenal sebagai seorang wanita yang kaya dan seorang pedagang besar. Ia bekerja sama dengan laki-laki untuk bagi hasil barang dagangannya. Karena laki-lakilah yang terbiasa bersafar ke Syam untuk berdagang. Sedangkan wanita-wanita di masa itu tidak terbiasa keluar-keluar menuju tempat yang jauh. Inilah tradisi Arab kala itu, hal ini juga sesuai dengan sifat menjaga kesucian diri yang beliau miliki.

Hari-hari terus berlalu, hingga beliau mendengar kisah tentang seseorang yang bernama Muhammad bin Abdullah. Seorang laki-laki yang berakhlak mulia. Jujur lagi terpercaya. Jarang sekali terdengar di masa jahiliyah ada seorang laki-laki memiliki sifat sedemikian mulia. Ia kirim seseorang untuk menawarkan kerja sama dagang menuju Syam. Ia berikan barang kualitas super, yang tidak ia percayakan kepada pedagang lainnya.

Ketika Khadijah dan Muhammad telah sepakat bekerja sama, Khadijah menyertakan seorang budak laki-lakinya yang bernama Maisaroh untuk membawa barang dagangan itu hingga ke Syam. Di daerah Romawi itu, Muhammad bin Abdullah berteduh di bawah pohon dekat dengan kuil milik seorang pendeta. Si pendeta datang mendekati Maisaroh. Ia berkata, “Siapa laki-laki yang berteduh di bawah pohon itu?” “Ia seorang laki-laki Quraisy dari penduduk al-Haram”, jawab Maisaroh. Si pendeta berkata lagi, “Tak seorang pun yang singgah di bahwa pohon ini kecuali seorang nabi.”

Kemudian Rasulullah mulai menjual barang dagangannya dan membeli barang lainnya yang beliau inginkan. Sesampainya di Mekah, beliau menemui Khadijah dengan hasil keuntungan dagangnya. Kemudian Khadijah membeli barang bawaannya. Beliau pun mendapatkan untung berkali lipat.

Maisaroh mengabarkan tentang kemuliaan akhlak Muhammad bin Abdullah dan sifat-sifatnya yang istimewa, yang ia lihat saat bersafar bersama. Demikianlah safar, ia menampakkan sesuatu yang tersembunyi dari perangai manusia. Terlebih safar di masa itu yang kendaraan dan keadaannya tidak senyaman sekarang.

Membuka Hati Untuk Laki-Laki Mulia

Sebelumnya Khadijah telah menikah dua kali. Pertama menikah dengan Atiq bin A’id al-Makhzumi, kemudian ia meninggal. Dan yang kedua, dengan Abu Halah bin Nabbasy at-Tamimi, yang juga meninggal. Tapi dari Abu Halah, ia mendapatkan seorang putra yang bernama Hind bin Abu Halah. Setelah itu, Khadijah menutup hatinya dari semua laki-laki. Ia tak ingin lagi menikah dan memutuskan hidup sendiri. Tapi, cerita-cerita tentang Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang ia dengar dari orang-orang dan dari Maisaroh menggoyahkan keteguhannya. Ia begitu kagum dengan seorang laki-laki yang begitu mulia akhlaknya. Tidak hanya mendengar, ia pun membuktikkan dan “mengujinya” dengan mengajak kerja sama dalam masalah uang. Semakin tampaklah amanahnya dan sifat-sifat mulia lainnya.

Dari sini dapat kita petik pelajaran, saat tertarik dengan seorang laki-laki atau perempuan, jangan tergesa-gesa menyatakan perasaan padanya. Uji dulu akhlaknya, apakah kebaikan yang disampaikan seseorang tentangnya benar atau hanya kabar burung saja. Khadijah adalah wanita yang cerdas, ia tidak tergesa-gesa. Emosinya stabil. Sehingga ia bisa mengetahui kabar tentang Nabi Muhammad, tanpa membuatnya merasa malu atau jatuh harga dirinya.

Singkat cerita, terjadilah pernikahan antara dua orang yang mulia, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan Khadijah binti Khuwailid. Maharnya adalah 500 dirham. Hal ini semakin menegaskan bahwa jodoh seseorang sesuai dengan keadaan dirinya. Pernikahan ini berlangsung saat Muhammad bin Abdullah belum mendapatkan kedudukan istimewa sebagai seorang nabi dan rasul. Sebelum Muhammad dikenal dan memiliki banyak pengikut. Sebelum Muhammad kaya dan menjadi pemimpin negara. Rumah tangga keduanya berlangsung kurang lebih selama 25 tahun. Muhammad berusia 25 tahun dan Khadijah 40 tahun.

Kedua pasangan mulia ini terus bersama hingga Khadijah wafat di usia 65 tahun. Dan Rasulullah berusia 50 tahun. Ini adalah masa terlama kebersamaan nabi bersama istrinya, dibanding dengan istri-istri yang lain. Nabi tak menikahi wanita lain saat bersama Khadijah. Hal itu karena kemuliaan yang dimiliki Khadijah. Ia juga memberi beliau putra dan putri. Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan si bungsu Fatimah adalah buah dari pernikahan keduanya.

Memeluk Islam

Allah Ta’ala menganugerahkan Ummul Mukminin Khadijah hati dan ruh yang suci dan cahaya keimanan. Sehingga ia begitu siap ketika kebaikan datang menghampirinya. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menerima wahyu pertama:

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan.” [Quran Al-Alaq: 1].

Nabi segera pulang dalam keadaan takut dan gemetar. Kemudian beliau bertemu dengan istrinya. “Selimuti aku. Selimuti aku.”, kata Nabi. Khadijah menyelimutinya sampai rasa cemasnya sirna. Nabi berkata,

أَيْ خديجة، ما لي لقد خشيت على نفسي

“Khadijah, apa yang terjadi padaku? Aku khawatir terjadi apa-apa pada diriku.” Khadijah menanggapi dengan kalimat yang sangat berarti bagi pskisi Nabi, ia berkata,

كلا أبشر، فوالله لا يخزيك الله أبدًا، فوالله إنك لتصل الرحم، وتصدق الحديث، وتحمل الكلَّ، وتكسب المعدوم، وتقري الضيف، وتعين على نوائب الحق

“Tidak. Bergembiralah! Demi Allah, Dia tidak akan pernah menghinakanmu. Demi Allah, engkau adalah seorang yang menyambung silaturahim, jujur ucapannya, memikul kesulitan orang lain, menanggung orang yang tidak punya, memuliakan tamu, dan mendukung usaha-usaha kebenaran.”

Kemudian ia mengajak Nabi menemui sepupunya, Waraqah bin Naufal. Di masa jahiliyah, Waraqah adalah seorang laki-laki Nasrani. Ia menulis Injil dengan Bahasa Arab. Dan ia sudah tua sampai-sampai buta karena ketuaannya. Ia memberi kabar baik kepada Nabi. Waraqah bercerita bahwa apa yang baru saja beliau jumpai adlaah an-Namus (Jibril) yang juga datang menemui Musa.

Dalam keadaan yang aneh dan membingungkan itu, Khadijah lah orang pertama yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Tentu hal ini semakin meringankan beban psikis Nabi. Nabi tak pernah mendengar sesuatu pun dari Khadijah yang membuat beliau tidak suka. Tidak mendustakannya dan membuatnya bersedih. Melalui wanita mulia ini, Allah berikan banyak jalan keluar dan kemudahan untuk beliau. Saat ia pulang mendakwahkan risalahnya, Khadijah selalu membuatnya jiwa kembali teguh dan bersemangat. Meringankan dan membenarkannya di saat orang-orang mendustakannya.

Membayangkan keadaan tersebut. Dan sulitnya merintis dakwah di tengah orang-orang yang mengingkari. Tidak hanya mengingkari, mereka juga memusuhi dan merespon dakwah dengan gangguan. Tapi beliau memiliki istri seperti Khadijah. Yang melapangkan dan tak pernah mengecewakannya sedikit pun. Dari sini kita tahu, mengapa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menikahi wanita lain selain dirinya saat ia masih hidup.

Wanita Yang Cerdas

Semua sumber-sumber sejarah yang menceritakan biografi Khadijah pasti menukilkan bahwa beliau adalah wanita yang cerdas. Hal itu terlihat dari bagaimana Khadijah meneliti sifat Muhammad bin Abdullah sebelum menjadi nabi dan bagaimana ia mampu bernegosiasi membersarkan usahanya.

Kecerdasarnnya yang lain adalah saat ia ingin menikah dengan Nabi. Ia memilih seorang utusan yang bernama Nafisah bin Maniyah. Wanita ini ia pilih dan tugaskan meneliti Nabi Muhammad setelah pulang dari Syam. Agar ia tidak merasa malu -karena umumnya wanita malu menyatakan perasaan terlebih dahulu-, tampaklah seolah-olah Nabi Muhammad lah yang menginginkan Khadijah dan meminta dirinya untuk menikah dengan beliau.

Setelah menikah, kembali Khadijah memberi ketaladanan dalam kematangan akal dan pikiran. Ia tidak panik tatkala suaminya dalam kebingunan menerima wahyu pertama. Ia jawab dengan yakin bahwa Allah tidak akan menghinakan suaminya. Jawaban itu ia kuatkan dengan alasan-alasan. Sehingga sang suami benar-benar merasa tenang. Tidak cukup sampai di situ, ia bawa suaminya ke Waraqah agar semakin tenang dengan peristiwa ajaib yang tengah terjadi. Perhatikanlah tahapan-tahapan Khadijah dalam menenangkan suaminya dalam menerima wahyu, pasti semakin tampaklah kecerdasan dan kematangan jiwanya.

Membantu Dakwah Islam

Bantuan Ummul Mukminin -setelah taufik dari Allah- terhadap dakwah amatlah banyak. Kalau seandainya kita sebutkan satu saja, sebagai orang pertama yang beriman, tentu itu sudah cukup sebagai keutamaan beliau. Itu sangat penting bagi Rasulullah. Sangat penting untuk beliau diterima di lingkungannya. Karena istrinya adalah orang pertama yang beriman.

Setelah memeluk Islam, beliau korbankan hidupnya. Kehidupan yang tenang dan nyaman, berubah menjadi kehidupan yang menantang dan penuh gangguan. Kehidupan dakwah, jihad, dan pengepungan. Keadaan tersebut sama sekali tak mengurangi cintanya kepada suaminya, bahkan ia bertambah cinta kepada sang suami. Bertambah cinta pula terhadap agama yang ia bawa. Ia senantiasa mendampingi dan mendukungnya mencapai tujuan yang diperintahkan Allah Ta’ala.

Ketika orang-orang Quraisy memboikot dan mengasingkan bani Hasyim ke pinggiran Mekah, Khadijah tak ragu pergi bersama suaminya. Waktu pengasingan dan boikot tersebut bukanlah waktu yang singkat. Bani Hasyim begitu menderita, kekurangan makanan, sampai-sampai mereka makan dedaunan karena tak ada makanan. Mereka seolah-olah akan mati kelaparan. Bayangkan! Quraisy memboikot mereka dengan tidak menikahi mereka, tidak membeli atau menjual sesuatu kepada mereka selama tiga tahun. Penderitaan seperti apa yang akan terjadi kalau demikian keadaannya? Dalam keadaan tersebut, Khadijah yang bukan bagian dari Bani Hasyim, tetap menemani sang suami. Padahal ia dulunya wanita kaya dan berkecukupan. Inilah jalan dakwah, tidak mudah. Sehingga pasangan hidup orang-orang yang meniti jalan dakwah pun adalah orang-orang yang tangguh. Sekali lagi, inilah di antara alasan nabi senantiasa mengenangnya dan tidak melakukan poligami saat bersamanya. Sekali lagi kita renungkan pula, jodoh seseorang itu sekadar kualitas dirinya.

Keutamaan Khadijah

Pertama: Wanita terbaik

Tidak diragukan lagi, wanita dengan keadaan demikian adalah wanita yang terbaik. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan lisannya sendiri memuji kemuliaan Khadijah. Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

حَسْبُكَ مِنْ نِسَاءِ العَالَمِينَ: مَرْيَمُ ابْنَةُ عِمْرَانَ، وَخَدِيجَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدٍ، وَفَاطِمَةُ بِنْتُ مُحَمَّدٍ وَآسِيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ

“Cukup bagimu 4 wanita terbaik di dunia: Maryam bintu Imran (Ibunda nabi Isa), Khadijah bintu Khuwailid, Fatimah bintu Muhammad, dan Asiyah Istri Firaun.” (HR. Ahmad 12391, Turmudzi 3878, dan sanadnya dishahihkan Syuaib Al-Arnauth)

Kedua: Allah menitip salam untuknya melalui Jibril

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan: ‘Pada suatu ketika Jibril mendatangi Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam sambil mengatakan pada beliau:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذِهِ خَدِيجَةُ قَدْ أَتَتْ مَعَهَا إِنَاءٌ فِيهِ إِدَامٌ أَوْ طَعَامٌ أَوْ شَرَابٌ فَإِذَا هِيَ أَتَتْكَ فَاقْرَأْ عَلَيْهَا السَّلَامَ مِنْ رَبِّهَا وَمِنِّي وَبَشِّرْهَا بِبَيْتٍ فِي الْجَنَّةِ مِنْ قَصَبٍ لَا صَخَبَ فِيهِ وَلَا نَصَبَ » [أخرجه البخاري و مسلم]

“Wahai Rasulallah shalallahu’alaihi wa sallam, Ini Khadijah telah datang. Bersamanya sebuah bejana yang berisi lauk, makanan, dan minuman. Jika dirinya sampai katakan padanya bahwa Rabbnya dan diriku mengucapkan salam untuknya. Dan kabarkan pula bahwa untuknya rumah di surga dari emas yang nyaman tidak bising dan merasa capai.” (HR. Bukhari no: 3820. Muslim no: 2432).

Ketiga: Nabi menganggap mencintainya adalah karunia.

Setelah mengetahui bagaimana setianya ibunda Khadijah menemani Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, tentu kita paham bagaimana kedudukan beliau di sisinya. Hal itu juga tampak dari riwayat-riwayat betapa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sering menyebut namanya. Memuliakan teman-temannya sepeninggal beliau. Sampai-sampai Rasulullah ucapkan sebuah kalimat di hadapan Aisyah, yang menjelaskan kedudukan Khadijah di hati beliau.

إِنِّي قَدْ رُزِقْتُ حُبَّهَا

“Sungguh Allah telah menganugrahkan kepadaku rasa cinta kepada Khadijah.” (HR. Muslim no 2435).

Wafatnya

Ummul Mukminin Khadijah radhiallahu ‘anhu wafat tiga tahun sebelum hijrahnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ke Madinah. Saat itu beliau berusia 65 tahun. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri yang turun memakamkan jenazah sang istri tercinta. Dengan tangannya yang mulia, beliau memasukkan jenazahnya ke kuburnya.

Wafatnya Ummul Mukminin Khadijah sangat berdekatan waktunya dengan wafatnya Abu Thalib. Rasulullah benar-benar merasa sedih dengan wafatnya dua orang yang beliau cintai ini. Dua orang penolong dakwahnya. Ditambah lagi, sang paman wafat dalam keadaan berada di atas agama nenek moyangnya. Karena begitu sedihnya Rasulullah, tahun ini pun dinamakan Tahun Kesedihan.

Khadijah RA adalah istri pertama Rasulullah SAW. Orang yang pertama kali beriman kepada Allah SWT dan kenabian Rasulullah SAW. Khadijah RA adalah orang yang sangat berjasa dalam dakwah Rasulullah dan penyebaran agama Islam.

Dalam Kitab Al-Busyro, karya Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Miliki Al-Hasani (1946-2004) diceritakan;

Sayidatuna Khadijah RA wafat pada hari ke-11 bulan Ramadhan tahun ke-10 kenabian, tiga tahun sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah. Khadijah wafat dalam usia 65 tahun, saat usia Rasulullah berusia sekitar 50 tahun.
Ketika Khadijah RA sakit menjelang ajal, Beliau berkata kepada Rasululllah SAW: “Aku memohon maaf kepadamu, Ya Rasulullah, kalau aku sebagai istrimu belum berbakti kepadamu.” Rasulullah menjawab : “Jauh dari itu ya Khadijah. Engkau telah mendukung dakwah Islam sepenuhnya,” jawab Rasulullah.”

Kemudian Khadijah memanggil Fathimah Azzahra dan berbisik: “Fathimah putriku, aku yakin ajalku segera tiba, yang kutakutkan adalah siksa kubur. Tolong mintakan kepada ayahmu, aku malu dan takut memintanya sendiri, agar beliau memberikan sorbannya yang biasa untuk menerima wahyu agar dijadikan kain kafanku.”

Mendengar itu Rasulullah SAW berkata: “Wahai Khadijah, Allah menitipkan salam kepadamu, dan telah dipersiapkan tempatmu di surga.”

Ummul mukminin, Khadijah pun menghembuskan nafas terakhirnya di pangkuan suami tercinta, Rasulullah SAW. Didekapnya istri Beliau itu dengan perasaan pilu yang teramat sangat. Tumpahlah air mata mulia Beliau dan semua orang yang ada di situ.

Saat itu, Malaikat Jibril turun dari langit dengan mengucap salam dan membawa lima kain kafan. Rasulullah menjawab salam Jibril dan kemudian bertanya. “Untuk siapa sajakah kain kafan itu wahai Jibril?

“Kafan ini untuk Khadijah, untuk engkau ya Rasulullah, untuk Fathimah, Ali dan Hasan,” jawab Jibril. Kemudian Jibril berhenti berkata dan menangis.

Rasulullah bertanya, Kenapa Ya Jibril? “Cucumu yang satu, Husain (putera Sayyidina Ali) tidak memiliki kafan, dia akan dibantai dan tergeletak tanpa kafan dan tak dimandikan,” sahut Jibril.

Rasulullah SAW berkata di dekat jasad Khadijah, Wahai Khadijah istriku sayang, demi Allah, aku takkan pernah mendapatkan istri sepertimu. Pengabdianmu kepada Islam dan diriku sungguh luar biasa. Allah Maha Mengetahui semua amalanmu.

“Semua hartamu kau hibahkan untuk Islam. Kaum muslimin pun ikut menikmatinya. Semua pakaian kaum muslimin dan pakaianku ini juga darimu. Namun begitu, mengapa permohonan terakhirmu kepadaku hanyalah selembar sorban?”

Rasulullah semakin sedih mengenang istrinya semasa hidup. Seluruh kekayaan Khadijah diserahkan kepada Rasulullah untuk perjuangan agama Islam. Dua per tiga kekayaan Kota Mekkah adalah milik Khadijah. Tetapi ketika Khadijah hendak menjelang wafat, tidak ada kain kafan yang bisa digunakan untuk menutupi jasad Khadijah.

Bahkan pakaian yang digunakan Khadijah ketika itu adalah pakaian yang sudah sangat kumuh dengan 83 tambalan di antaranya dengan kulit kayu. Rasulullah kemudian berdoa kepada Allah.

“Ya Allah, Ya Ilahi Robbi, limpahkanlah rahmat-Mu kepada Khadijahku, yang selalu membantuku dalam menegakkan Islam. Mempercayaiku pada ketika orang lain menentangku. Menyenangkanku pada saat orang lain menyusahkanku. Menentramkanku pada saat orang lain membuatku gelisah. Oh Khadijahku sayang, kau meninggalkanku sendirian dalam perjuanganku. Siapa lagi yang akan membantuku?”

Tiba-tiba Ali berkata: Aku, Ya Rasulullah!

Pengorbanan Khadijah Semasa Hidup

Dikisahkan dalam Sirah Nabawiyah, suatu hari ketika Rasulullah pulang dari berdakwah, Beliau masuk ke dalam rumah. Khadijah menyambut dan hendak berdiri di depan pintu. Ketika Khadijah hendak berdiri, Rasulullah meminta Khadijah agar tetap di tempatnya.

Saat itu Khadijah sedang menyusui Fatimah yang masih bayi. Saat itu seluruh kekayaan mereka telah habis. Seringkali makanan pun tak punya. Sehingga ketika Fatimah menyusu, bukan air susu yang keluar akan tetapi darah. Darahlah yang masuk dalam mulut Fathimah RA.

Kemudian Rasulullah mengambil Fathimah dari gendongan istrinya lalu diletakkan di tempat tidur. Rasulullah yang lelah seusai pulang berdakwah dan menghadapi segala caci maki dan fitnah manusia itu lalu berbaring di pangkuan Khadijah.

Rasulullah SAW tertidur. Ketika itulah Khadijah membelai kepala Nabi SAW dengan penuh kelembutan dan rasa sayang. Tak terasa air mata Khadijah menetes di pipi Rasulullah. Beliau pun terjaga.

“Wahai Khadijah, mengapa engkau menangis? Adakah engkau menyesal bersuamikan aku, Muhammad?” tanya Rasulullah dengan lembut.

Dahulu engkau wanita bangsawan, engkau mulia, engkau hartawan. Namun hari ini engkau telah dihina orang. Semua orang telah menjauhi dirimu. Seluruh kekayaanmu habis. Adakah engkau menyesal wahai Khadijah bersuamikan aku, Muhammad?” lanjut Rasulullah tak kuasa melihat istrinya menangis.

“Wahai suamiku. Wahai Nabi Allah. Bukan itu yang kutangiskan,” jawab Khadijah.

Khadijah berkata lagi: “Dahulu aku memiliki kemuliaan. Kemuliaan itu telah aku serahkan untuk Allah dan Rasul-Nya. Dahulu aku adalah bangsawan. Kebangsawanan itu juga aku serahkan untuk Allah dan Rasul-Nya. Dahulu aku memiliki harta kekayaan. Seluruh kekayaan itupun telah aku serahkan untuk Allah dan Rasul-Nya. Wahai Rasulullah.

Sekarang aku tak punya apa-apa lagi. Tetapi engkau masih terus memperjuangkan agama ini. Wahai Rasulullah. Sekiranya nanti aku mati sedangkan perjuanganmu ini belum selesai, sekiranya engkau hendak menyeberangi sebuah lautan, sekiranya engkau hendak menyeberangi sungai, namun engkau tidak memperoleh rakit pun atau pun jembatan.

“Maka galilah lubang kuburku, ambilah tulang belulangku. Jadikanlah sebagai jembatan untuk engkau menyebrangi sungai itu supaya engkau bisa berjumpa dengan manusia dan melanjutkan dakwahmu. Ingatkan mereka tentang kebesaran Allah. Ingatkan mereka kepada yang hak. Ajak mereka kepada Islam wahai Rasulullah.” kata Khadijah.

Mendengar ucapan Khadijah tersebut, Rasulullah pun semakin terpukul. Wafatnya Khadijah begitu menusuk hati Rasulullah. Alangkah sedih dan pedihnya perasaan Rasulullah karena dua orang yang dicintainya yaitu istrinya Khadijah dan pamannya Abu Tholib berpulang ke rahmat Allah. Tahun itu pun disebut sebagai ‘amul huzni (tahun kesedihan) dalam perjalanan hidup Rasulullah SAW. Semoga salawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW dan keluarga Beliau.

PUASA YAUMUL BIDH Menurut aswaja dan ahlul bait


Dalil Anjuran

[Dalil pertama]

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

أَوْصَانِى خَلِيلِى بِثَلاَثٍ لاَ أَدَعُهُنَّ حَتَّى أَمُوتَ صَوْمِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ، وَصَلاَةِ الضُّحَى ، وَنَوْمٍ عَلَى وِتْرٍ

Kekasihku (yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) mewasiatkan padaku tiga nasehat yang aku tidak meninggalkannya hingga aku mati: [1] berpuasa tiga hari setiap bulannya, [2] mengerjakan shalat Dhuha, [3] mengerjakan shalat witir sebelum tidur.[1]

[Dalil Kedua]

Mu’adzah bertanya pada ‘Aisyah,

أَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصُومُ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ قَالَتْ نَعَمْ. قُلْتُ مِنْ أَيِّهِ كَانَ يَصُومُ قَالَتْ كَانَ لاَ يُبَالِى مِنْ أَيِّهِ صَامَ. قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ

“Apakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa tiga hari setiap bulannya?” ‘Aisyah menjawab, “Iya.” Mu’adzah lalu bertanya, “Pada hari apa beliau melakukan puasa tersebut?” ‘Aisyah menjawab, “Beliau tidak peduli pada hari apa beliau puasa (artinya semau beliau).”[2]

[Dalil Ketiga]

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يُفْطِرُ أَيَّامَ الْبِيضِ فِي حَضَرٍ وَلَا سَفَرٍ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada ayyamul biidh ketika tidak bepergian maupun ketika bersafar.[3]

[Dalil Keempat]

Dari Abu Dzar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda padanya,

يَا أَبَا ذَرٍّ إِذَا صُمْتَ مِنَ الشَّهْرِ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ فَصُمْ ثَلاَثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ

Jika engkau ingin berpuasa tiga hari setiap bulannya, maka berpuasalah pada tanggal 13, 14, dan 15 (dari bulan Hijriyah).[4]

[Dalil Kelima]

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

صَوْمُ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ صَوْمُ الدَّهْرِ كُلِّهِ

Puasa pada tiga hari setiap bulannya adalah seperti puasa sepanjang tahun.[5]

Pelajaran Penting

  1. Dianjurkan berpuasa tiga hari setiap bulannya, pada hari apa saja. Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin menjelaskan, “Puasa tiga hari setiap bulannya boleh dilakukan pada sepuluh hari pertama, pertengahan bulan atau sepuluh hari terakhir dari bulan Hijriyah, atau pula pada setiap sepuluh hari tadi masing-masing satu hari. Puasa tersebut bisa pula dilakukan setiap pekan satu hari puasa. Ini semuanya boleh dan melakukan puasa tiga hari setiap bulannya ada keluasan melakukannya di hari mana saja. Oleh karena itu, ‘Aisyah mengatakan, “Beliau tidak peduli pada hari apa beliau puasa (artinya semau beliau di awal, pertengahan atau akhir bulan hijriyah)”.”[6]
  2. Hari yang utama untuk berpuasa adalah pada hari ke-13, 14, dan 15 dari bulan Hijriyah yang dikenal dengan ayyamul biid. Ada pula yang mengatakan bahwa ayyamul biid adalah hari ke-12, 13 dan 14. Namun pendapat pertama tadi lebih kuat.
  3. Hari ini disebut dengan ayyamul biid (biid = putih, ayyamul = hari) karena pada malam ke-13, 14, dan 15 malam itu bersinar putih dikarenakan bulan purnama yang muncul pada saat itu.
Amalan ketika yaumul bidh
Tanggal 13 ,14 dan 15 sebagai berikut:




  • Mendirikan salat 30 rakaat, pada setiap rakaatnya membaca surah Al-Fatihah sekali dan 10 kali membaca surah Al-Ikhlash.
  • Mendirikan salat 12 rakaat, pada setiap 2 rakaat ditutup dengan salam dan pada setiap rakaatnya membaca Al-Fatihah, surah Al-Ikhlash, surah Al-FalaqSurah An-Nas,Ayat Kursi dan surah Al-Qadr 4 kali dan kemudian setelah mengucapkan salam, 4 kali mengucapkan: اَللهُ اَللهُ رَبّی لااُشْرِك بِهِ شَیئا وَلا اَتَّخِذُ مِنْ دُونِه وَلِیاً

  • DOA IMAM HUSEN AS KETIKA ZIAROH QUBUR


بسم الله الرحمن الرحيم

أللهم صل على محمد وآل محد

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا اَبا عَبْدِاللهِ، اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا بْنَ رَسُولِ اللهِ اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا بْنَ اَمِيرِ الْمُؤْمِنِينَ وَابْنَ سَيِّدِ الْوَصِيِّينَ، اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا بْنَ فَاطِمَةَ سَيِّدَةِ نِسَاءِ الْعَالَمِينَ، اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا ثَارَ اللهِ وَابْنَ ثَارِهِ وَالْوِتْرَ الْمَوْتُورَ، اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ وَعَلَى اْلاَرْوَاحِ الَّتِي حَلَّتْ بِفِنَائِكَ عَلَيْكُمْ مِنِّي جَمِيعًا سَلاَمُ اللهِ اَبَداً مَا بَقيتُ وَبَقِىَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ.

Assalâmu ‘alayka yâ Abâ ‘Abdillâh, Assalâmu ‘alayka yabna Rasûlillâh, Assalâmu ‘alayka yabna amîril mu’minîn, Assalâmu ‘alayka yabna Fâthimah Sayyidati niâil ‘âlamîn, Assalâmu ‘alayka yâ Tsârallâh wabna tsârih wal-witral mawtûr, Assalâmu ‘alayka wa ‘alal arwâhil latî hallat bifinâik, ‘alaykum minnî jamî’an salâmullâhi Abadan mâ baqîtu wa baqiyal laylu wan-nahâr.

Salam atasmu duhai Aba Abdillah, Salam atasmu duhai Putera Rasulullah, Salam atasmu duhai Putera Amirul mukminin, putera Penghulu para washi. Salam atasmu duhai Putera Fatimah penghulu wanita sedunia. Salam atasmu ya Tsarallah wabna Tsarih wal-Mitral Mawtur. Salam atasmu dan semua Arwah yang bergabung di halaman kediamanmu. Sepanjang hidupku, siang dan malam, aku akan mendoakanmu semua, semoga Allah melimpahkan kedaimaian-Nya kepadamu semua.

يَا اَبَا عَبْدِاللهِ لَقَدْ عَظُمَتِ الرَّزِيَّةُ وَجَلَّتْ وَعَظُمَتِ الْمُصِيبَةُ بِكَ عَلَيْنَا وَعَلَى جَمِيعِ اَهْلِ اْلاِسْلاَمِ وَجَلَّتْ وَعَظُمَتْ مُصِيبَتُكَ فِي السَّمَاوَاتِ عَلَى جَمِيعِ اَهْلِ السَّمَاوَاتِ، فَلَعَنَ اللهُ اُمَّةً اَسَّسَتْ اَسَاسَ الظُّلْمِ وَالْجَوْرِ عَلَيْكُمْ اَهْلَ الْبَيْتِ، وَلَعَنَ اللهُ اُمَّةً دَفَعَتْكُمْ عَنْ مَقَامِكُمْ وَاَزَالَتْكُمْ عَنْ مَرَاتِبِكُمُ الَّتي رَتَّبَكُمُ اللهُ فِيهَا، وَلَعَنَ اللهُ اُمَّةً قَتَلَتْكُمْ وَلَعَنَ اللهُ الْمُمَهِّدِينَ لَهُمْ بِالتَّمْكِينِ مِنْ قِتَالِكُمْ، بَرِئْتُ اِلَى اللهِ وَاِلَيْكُمْ مِنْهُمْ وَمِنْ اَشْيَاعِهِمْ وَاَتْبَاعِهِمْ وَاَوْلِيَائِهِم.

Yâ Abâ ‘Abdillâh laqad ‘azhumatir raziyyah wa jallat wa ‘azhumatil mushîbatu bika, wa ‘alâ jamî’i ahlil islâm, wa jallat wa ‘azhumat mushîbatuka fis samâwâti wa ‘alâ jamî’i ahlis samâwâti, fala’anallâhu ummatan assasat asâsazh zhulmi wal-jawr ‘alaukum Ahlal bayt. Wa la’anallâhu ummatan dafa’atkum ‘an maqâmikum wa azâlat ‘an marâtibikum allatî rattaballâhu fîhâ. Wa la’anallâhu ummatan qatalatkum, wa la’anallâhul mumahhidîna lahum bittamkîni min qitâlikum. Bari’tu ilallâhi wa ilaykum minhum, wa min asy-yâ’ihim wa atbâ’ihim wa awliyâihim.

Duhai Aba Abdillah, sungguh besar musibah yang menimpamu bagi kami dan seluruh kaum muslimin. Sungguh besar musibah yang menimpamu bagi langit dan seluruh penghuninya. Semoga Allah melaknat ummat yang menzalimimu dan menyakitimu duhai keluarga suci Nabi. Semoga Allah melaknat ummat yang menghalangimu dari kedudukan yang telah Allah tetapkan bagimu. Semoga Allah melaknat ummat yang membunuhmu. Semoga Allah melaknat ummat yang membiarkan mereka memerangimu. Kunyatakan kepada Allah dan kepadamu bahwa aku berlepas diri dari musuh-musuhmu, dari semua pengikut mereka, dan para pendukung mereka.

يَا اَبَا عَبْدِاللهِ اِنِّي سِلْمٌ لِمَنْ سَالَمَكُمْ وَحَرْبٌ لِمَنْ حارَبَكُمْ اِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَلَعَنَ اللهُ آلَ زِيَادٍ وَآلَ مَرْوَانَ، وَلَعَنَ اللهُ بَنِي اُمَيَّةَ قَاطِبَةً، وَلَعَنَ اللهُ ابْنَ مَرْجَانَةَ، وَلَعَنَ اللهُ عُمَرَ بْنَ سَعْدٍ، وَلَعَنَ اللهُ شِمْراً، وَلَعَنَ اللهُ اُمَّةً اَسْرَجَتْ وَاَلْجَمَتْ وَتَنَقَّبَتْ لِقِتَالِكَ.

Yâ Abâ ‘Abdillâh innî silmun liman sâlamakum, wa harbun liman hârabakum ilâ yawmil qiyâmah. Wa la’anallâhu âla Ziyâdin wa âla Marwân. Wa la’anallâhu Banî Umayyata qâtibah. Wa la’anallâhubna Marjânah. Wa la’anallâhu ‘Umarabna Sa’din. Wa la’anallâhu Syimran. Wa la’anallâhu ummatan asrajat wa aljamat wa tanaqqabat liqitâlika.

Duhai Aba Abdillah, sungguh kunyatakan damai kepada siapa saja yang berdamai denganmu, dan kunyatakan perang kepada siapa saja yang memerangimu sampai hari kiamat. Semoga Allah melaknat keluarga Ziyad dan keluarga Marwan. Semoga Allah melaknat Bani Umayyah yang bersikap kejam kepadamu. Semoga Allah melaknat putera Marjanah. Semoga Allah melaknat Umar bin Sa’d. Semoga Allah melaknat Syimran. Semoga Allah melaknat ummat yang bergabung untuk memerangimu.

بِاَبِي اَنْتَ وَاُمِّي لَقَدْ عَظُمَ مُصَابِي بِكَ فَاَسْأَلُ اللهَ الَّذِي اََكْرَمَ مَقَامَكَ وَاَكْرَمَنِي اَنْ يَرْزُقَنِي طَلَبَ ثَارِكَ مَعَ اِمَام مَنْصُور مِنْ اَهْلِ بَيْتِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ. اَللَّهُمَّ اجْعَلْني عِنْدَكَ وَجيهاً بِالْحُسَيْنِ عَلَيْهِ اَلسَّلاَمُ فِي الدُّنْيَا وَالاْخِرَةِ.

Bi abî anta wa ummî laqad ‘azhuma mushâbî bika. Fa-as-alullâhal ladzî akrama maqâmaka wa akramanî ay yarzuqanî thalaba tsârika ma’a imâmin manshûrin min ahli bayti Muhammadin shallallâhu ‘alayhi wa âlihi. Allâhummaj’alnî ‘indaka wajîhan bil-Husayn ‘alayhis salâm fid-dun-ya wal-âkhirah.

Demi ayahku dan ibuku, sungguh besar bagiku musibah yang menimpamu. Aku memohon kepada Allah yang telah memuliakan kedudukanmu dan memuliakanku karenamu. Semoga Allah mengkaruniakan kepadaku kesempatan untuk membelamu bersama Imam Shahibuz zaman dari Keluarga Muhammad saw. Ya Allah, jadikan aku orang yang mulia di sisi-Mu bersama Al-Husein (as) di dunia dan di akhirat.

يَا اَبَا عَبْدِاللهِ اِنّي اَتَقَرَّبُ اِلَى اللهِ وَ اِلَى رَسُولِهِ وَاِلَى اَمِيرِ الْمُؤْمِنِينَ وَاِلَى فَاطِمَةَ وَاِلَى الْحَسَنِ وَاِلَيْكَ بِمُوَالاَتِكَ وَبِالْبَراءَةِ مِمَّنْ اَسَسَّ اَسَاسَ ذَلِكَ وَبَنى عَلَيْهِ بُنْيَانَهُ وَجَرَى فِي ظُلْمِهِ وَجَوْرِهِ عَلَيْكُمْ وَعَلَى اَشْيَاعِكُمْ، بَرِئْتُ اِلَى اللهِ وَاِلَيْكُمْ مِنْهُمْ وَاَتَقَرَّبُ اِلَى اللهِ ثُمَّ اِلَيْكُمْ بِمُوَالاَتِكُمْ وَمُوَالاَةِ وَلِيِّكُمْ وَبِالْبَرَاءَةِ مِنْ اَعْدَائِكُمْ وَالنَّاصِبِينَ لَكُمُ الْحَرْبَ وَبِالْبَرَاءَةِ مِنْ اَشْيَاعِهِمْ وَاَتْبَاعِهِمْ.

Yâ Abâ ‘Abdillâh innî ataqarrabu ilallâhi wa ilâ Rasûlihi wa ilâ Amîril mu’minîna wa ilâ Fâthimah, wa ilal Hasani wa ilayka bimuwâlâtika wa bil-barâati mimman assasa asâsa dzâlika. Wa banâ ‘alayhi bun-yânahu wa jarâ fî zhulmihi wa jawrih ‘alaykum wa ‘alâ asyyâ’ikum. Bari’tu ilallâhi wa ilaykum minhum wa ataqarrabu ilallâhi, tsumma ilaykum bi-muwâlâtikum wa muwâlâti waliyyikum. Wa bil-barâati min a’dâikum wan-nâshibîna lakumul harbu, wa bilbarâati min asyyâ’ihim wa atbâ’ihim.

Duhai Aba Abdillah, aku mendekatkan diri kepada Allah, kepada Rasul-Nya, kepada Amirul mukminin, kepada Fatimah, kepada Al-Hasan, dan kepadamu dengan wilayahmu. Aku berlepas diri dari orang yang menzalimimu dan menzalimi para pengikutmu. Kunyatakan kepada Allah dan kepadamu bahwa aku berlepas diri dari mereka. Aku mendekatkan diri kepada Allah dan kepadamu dengan kecintaan kepadamu dan kepada orang yang engkau cintai. Aku berlepas diri dari musuh-musuhmu, dari semua yang menentangmu dan memerangimu, dan semua pengikut dan para pendukung musuh-musuhmu.

اِنِّي سِلْمٌ لِمَنْ سَالَمَكُمْ وَحَرْبٌ لِمَنْ حَارَبَكُمْ وَوَلِىٌّ لِمَنْ وَالاَكُمْ وَعَدُوٌّ لِمَنْ عَادَاكُمْ

Innî silmun liman sâlamakum, wa harbun liman hârabakum, wa waliyyun liman wâlâkum, wa ‘aduwwun liman ‘âdâkum.

Sungguh kunyatakan damai kepada siapa saja yang berdamai denganmu, kunyatakan perang kepada siapa saja yang memerangimu; menolong orang yang menolongmu, dan memusuhi orang yang memusuhimu.

فَاَسْأَلُ اللهَ الَّذِي أكْرَمَنِي بِمَعْرِفَتِكُمْ وَمَعْرِفَةِ اَوْلِيَائِكُمْ وَرَزَقَنِى الْبَرَاءَةَ مِنْ اَعْدَائِكُمْ اَنْ يَجْعَلَنِي مَعَكُمْ فِي الدُّنْيَا وَالاْخِرَةِ وَاَنْ يُثَبِّتَ لي عِنْدَكُمْ قَدَمَ صِدْق فِي الدُّنْيَا وَاْلاَخِرَةِ وَاَسْأَلُهُ اَنْ يُبَلِّغَنِى الْمَقَامَ الَْمَحْمُودَ لَكُمْ عِنْدَ اللهِ وَاَنْ يَرْزُقَنِي طَلَبَ ثَارِي مَعَ اِمَامٍ هُدًى ظَاهِرٍ نَاطِقٍ بِالْحَقِّ مِنْكُمْ وَاَسْألُ اللهَ بِحَقِّكُمْ وَبِالشَّأنِ الَّذِي لَكُمْ عِنْدَهُ اَنْ يُعْطِيَنِي بِمُصَابِي بِكُمْ اَفْضَلَ مَا يُعْطِي مُصَاباً بِمُصِيبَتِهِ مُصِيبَةً مَا اَعْظَمَهَا وَاَعْظَمَ رَزِيَّتَهَا فِي اْلاسْلاَمِ وَفِي جَمِيعِ السَّمَاوَاتِ وَاْلاَرْضِ.

Fa-as-alullâhal ladzî akramanî bima’rifatikum wa ma’rifati awliyâikum, wa razaqanil barâata min a’dâikum ay yaj’alanî ma’akum fid-dun-yâ wal-âkhirah. Wa ay yutsabbitalî ‘indakum qadama shidqin fid-dun-yâ wal-âkhirah. Wa as-aluhu ay yuballighanil maqâmal mahmûda lakum ‘indallâhi, wa ay yarzuqanî thalaba tsârî ma’a imâmin hudâ zhâhirin nâthiqin bil-haqqi minkum. Wa as-alullâha bihaqqikum wa bits-tsa’nil ladzî lakum ‘indahu ay yu’thiyanî bimushâbî bikum afdhala mâ yu’thî mushâban bimushîbatihi mushîbatan mâ a’zhamahâ wa a’zhama raziyyatahâ fil islâmi wa fî jamî’is samâwâti wal-ardhi.

Aku memohon kepada Allah yang telah memuliakanku dengan mengenalmu dan mengenal para kekasihmu. Aku memohon kepada Allah yang telah menganugrahkan kepadaku keterlepasan diri dari musuh-musuhmu. Semoga Allah menjadikan aku orang yang senantiasa bersamamu di dunia dan di akhirat. Semoga Allah menetapkan aku di jalan yang benar di dunia dan di akhirat. Aku bermohon semoga Allah menyampaikan aku pada kedudukan yang mulia di sisi Allah, mengkaruniakan kehormatan kepadaku untuk membelamu bersama Imam Shahizuz zaman dari keturunanmu, Imam yang senantiasa berada dalam kebenaran,. Dengan hakmu dan kedudukanmu di sisi-Nya dan dengan penjiwaan terhadap musibah yang menimpamu dan ujian yang paling besar yang pernah terjadi di bumi dan di langit dan sepanjang sejarah Islam, aku memohon kepada Allah semoga Allah menganugrahkan kepadaku karunia yang paling agung.



اَللَّهُمَّ اجْعَلْنِي فِي مَقَامِي هَذَا مِمَّنْ تَنَالُهُ مِنْكَ صَلَوَاتٌ وَرَحْمَةٌ وَمَغْفِرَةٌ

Allâhummaj’anî fî maqâ hâdâ mimman tanâluhu minka shalawâtun wa rahmatun wa maghfirah.

Ya Allah, dengan ziarah ini jadikan aku orang yang memperoleh shalawat, rahmat dan pengampunan dari-Mu.

اَللَّهُمَّ اجْعَلْ مَحْيَاىَ مَحْيَا مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ وَمَمَاتِي مَمَاتَ مُحَمَّد وَآلِ مُحَمَّد.

Allâhummaj’al mahyâya mahyâ Muhammadin wa âli Muhammad, wa mamâtî mamâta Muhammadin wa âli Muhammad.

Ya Allah, jadikan hidupku seperti kehidupan Muhammad dan keluarga Muhammad, dan matiku seperti wafatnya Muhammad dan keluarga Muhammad.

اَللَّهُمَّ اِنَّ هَذَا يَوْمٌ تَبَرَّكَتْ بِهِ بَنُو اُمَيَّةَ وَابْنُ آكِلَةِ الاَْكبادِ اللَّعِينُ ابْنُ اللَّعِينِ عَلَى لِسَانِكَ وَلِسَانِ نَبِيِّكَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ فِي كُلِّ مَوْطِنٍ وَمَوْقِفٍ وَقَفَ فِيهِ نَبِيُّكَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ. اَللَّهُمَّ الْعَنْ اَبَا سُفْيَانَ وَمُعَاوِيَةَ وَيَزِيدَ ابْنَ مُعَاوِيَةَ عَلَيْهِمْ مِنْكَ اللَّعْنَةُ اَبَدَ اْلاَبِدِينَ.

Allâhumma inna hâdzâ yawmun tabarrakat bihi banû Ummayata wabnu âkilatil akbâdil la’în ibnul la’în ‘alâ lisânika wa lisâni nabiyyika shallallâhu ‘alayhi wa âlihi fi kulli mawthinin wa mawqifin waqafa fîhi nabiyyika shallallâhu ‘alayhi wa âlihi. Allâhummal’an Abâ Sufyân wa Mu’âwiyah wa Yazîdabna Mu’âwiyyah ‘alayhim minkal la’natu abadal abidîn.

Ya Allah, hari ini adalah hari yang dianggap penuh berkah oleh Bani Umayyah, putera pemakan jantung yang terlaknat putera yang terlaknat. Mereka menganggap hari ini hari penuh berkah dengan memalsukan firman-Mu dan sabda Nabi-Mu saw. Ya Allah, laknatlah Abu Sufyan dan Mu`awiyah dengan laknat yang abadi dari-Mu.

وَهَذَا يَوْمٌ فَرِحَتْ بِهِ آلُ زِيَادٍ وَآلُ مَرْوَانَ بِقَتْلِهِمُ الْحُسَيْنَ صَلَوَاتُ اللهِ عَلَيْهِ، اَللَّهُمَّ فَضَاعِفْ عَلَيْهِمُ اللَّعْنَ مِنْكَ وَالْعَذَابَ اْلاَلِيمَ.

Wa hâdzâ yawmun farihat bihi âlu Ziyâdin wa âlu Marwân biqatlihimul Husayn shalâwâtullâhi ‘alayhi. Allâhumma fadhâ’if ‘alahimul la’na minka wal-‘adzâbal alîm.

Hari ini adalah hari berpesta poranya keluarga Ziyad dan keluarga Marwan karena mereka telah berhasil membunuh Al-Husein (as). Ya Allah, lipat-gandakan kepada mereka laknat dari-Mu dan azab yang pedih.

اَللَّهُمَّ اِنِّي اَتَقَرَّبُ اِلَيْكَ فِي هَذَا الْيَوْمِ وَفِي مَوْقِفِي هَذَا وَاَيَّامِ حَيَاتِي بِالْبَرَاءَةِ مِنْهُمْ وَاللَّعْنَةِ عَلَيْهِمْ وَبِالْمُوَالاَةِ لِنَبِيِّكَ وَآلِ نَبِيِّكَ عَلَيْهِ وَعَلَيْهِمُ السَّلامُ.

Allâhumma innî ataqarrabu ilayka fî hâdzâl yawm wa fî mawqifî hâdzâ wa ayyâmi hayâtî bilbarâati minhum, wal-la’nati ‘alayhim wa bil-muwâlâti linabiyyika wa âli nabiyyika ‘alayhi wa ‘alayhimus salâm

Ya Allah, aku mendekatkan diri kepada-Mu pada hari ini dan hari-hari sepanjang hidupku, dengan berlepas diri dari mereka dan melaknat mereka, dan dengan mencintai Nabi-Mu dan keluarga Nabi-Mu saw.

اَللَّهُمَّ الْعَنْ اَوَّلَ ظَالِمٍ ظَلَمَ حَقَّ مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ وَآخِرَ تَابِعٍ لَهُ عَلَى ذَلِكَ. اَللَّهُمَّ الْعَنِ الْعِصَابَةَ الَّتِي جَاهَدَتِ الْحُسَيْنَ (عليه السلام) وَشَايَعَتْ وَبَايَعَتْ وَتَابَعَتْ عَلَى قَتْلِهِ، اَللَّهُمَّ الْعَنْهُمْ جَمِيعاً.

Allâhummal’an awwala zhâlimin zhalama haqqa Muhammadin wa âli Muhammad, wa âkhira tâbi’in lahû ‘alâ dzâlik. Allâhummal’anil ‘ishâbatal latî jâhadatil Husayn (‘alayhis salâm) wa syâya’at wa bâya’at wa tâba’at ‘alâ qatlih. Allâhummal’anhum jamî’â.

Ya Allah, laknatlah orang yang pertama kali mezalimi hak Muhammad dan keluarga Muhammad, laknat juga orang yang mengikutinya. Ya Allah, laknatlah mereka yang memerangi Al-Husein dan para pengikutnya serta mereka yang berbaiat kepada Yazid untuk membunuh Al-Husein (as). Ya Allah, laknatlah mereka semua.

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا اَبَا عَبْدِاللهِ وَعَلَى اْلاَرْوَاحِ الَّتِي حَلَّتْ بِفِنَائِكَ عَلَيْكَ مِنِّي سَلاَمُ اللهِ اَبَداً مَا بَقيتُ وَبَقِيَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَلاَ جَعَلَهُ اللهُ آخِرَ الْعَهْدِ مِنِّي لِزِيَارَتِكُمْ.

Assalâmu ‘alayka yâ Abâ ‘Abdillâh wa ‘alal arwâhil latî hallat bifinâika ‘alayka minnî salâmullâhi Abadan mâ baqîtu wa baqiyal laylu wan-nahâr, wa lâ ja’alahullâhu âkhiral a’hdi minnî liziyâtikum.

Salam atasmu duhai Aba Abdillah dan semua Arwah yang bergabung di halaman kediamanmu. Kupanjatkan doa sepanjang hidupku, siang dan malam, semoga Allah senantiasa melimpahkan kedamaian-Nya kepadamu. Semoga Allah tidak menjadikan ziarahku ini sebagai ziarah yang terakhir kepadamu.

اَلسَّلاَمُ عَلَى الْحُسَيْنِ وَعَلَى عَلِيِّ بْنِ الْحُسَيْنِ وَعَلَى اَوْلاَدِ الْحُسَيْنِ وَعَلَى اَصْحَابِ الْحُسَيْنِ.

Assalâmu ‘alal Husayn wa ‘alâ Aliyyibnil Husayn wa ‘alâ awlâdil Husayn wa ‘alâ ashhâbil Husayn.

Salam pada Al-Husein, salam pada Ali bin Al-Husein, salam pada semua putera Al-Husein, salam pada semua sahabat Al-Husein.

اَللَّهُمَّ خُصَّ اَنْتَ اَوَّلَ ظَالِمٍ بِاللَّعْنِ مِنِّي وَابْدَأْ بِهِ اَوَّلاً ثُمَّ (الْعَنِ) الثَّانِي وَالثَّالِثَ وَالرَّابِعَ. اَللَّهُمَّ الْعَنْ يَزِيدَ خَامِساً وَالْعَنْ عُبَيْدَ اللهِ بْنَ زِيَادٍ وَابْنَ مَرْجَانَةَ وَعُمَرَ بْنَ سَعْدٍ وَشِمْراً وَآلَ اَبِي سُفْيَانَ وَآلَ زِيَادٍ وَآلَ مَرْوَانَ اِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.

Allâhumma khushsh Anta awwala zhâlimin billa’ni minnî, wabda’ bihi awwalan tsummal’anits tsânî wats-tsâlitsa war-râbi’a. Allâhummal’an Yazîda khâmisan, wal’an ‘Ubaydallâhibna Ziyâdin wabna Marjânah wa ‘Umarabna Sa’din wa Syimran wa âla Abi Sufyân wa âla Marwân ilâ yawmil qiyâmah.

Kemudian sujud sambil membaca:

اَللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ حَمْدَ الشَّاكِرِينَ لَكَ عَلَى مُصَابِهِمْ، اَلْحَمْدُ للهِ عَلَى عَظِيمِ رَزِيَّتِي. اَللَّهُمَّ ارْزُقْنِي شَفَاعَةَ الْحُسَيْنِ يَوْمَ الْوُرُودِ، وَثَبِّتْ لِي قَدَمَ صِدْقٍ عِنْدَكَ مَعَ الْحُسَيْنِ وَاَصْحَابِ الْحُسَيْنِ اَلَّذينَ بَذَلُوا مُهَجَهُمْ دُونَ الْحُسَيْنِ عَلَيْهِ السَّلامُ.

Allâhumma lakal hamdu hamdasy syâkirîna laka ‘alâ mushâbihim. Alhamdu lillâhi ‘alâ azhîmi raziyyatî. Allâhummarzuqnî syafâ’atal Husayn yawmal wurûd, wa tsabbitlî qadama shidqin ‘indaka ma’al Husayn wa ashhâbil Husayn allâdzî badzalû muhajuhum dûnal Husayn ‘alayhis salâm.

Segala puji bagi Allah pujian orang-orang yang bersyukur kepada-Mu ketika mereka mendapat musibah. Segala puji bagi Allahyang telah memberi ujian yang besar kepadaku. Ya Allah, karuniakan kepadaku syafaat Al-Husein pada hari kiamat. Kokoh pijakanku pada kebenaran di sisi-Mu bersama Al-Husein dan sahabat-sahabat Al-Husein yang telah mencurahkan segala kemampuannya untuk membela Al-Husein (as).

(Mafatihul Jinan, bab 3, Pasal 7, halaman 456)


Doa Ziarah (Singkat) Imam Husain as


السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا وَارِثَ آدَمَ صَفْوَةِ اللهِ, السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا وَارِثَ نُوْحٍ نَبِيِّ اللهِ, السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا وَارِثَ إِبْرَاهِيْمَ خَلِيْلِ اللهِ, السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا وَارِثَ مُوْسَى كَلِيْمِ اللهِ, السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا وَارِثَ عِيْسَى رُوْحِ اللهِ, السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا وَارِثَ مُحَمَّدٍ سَيِّدِ رُسُلِ اللهِ, السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا وَارِثَ عَلِيٍّ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ وَ خَيْرِ الْوَصِيِّيْنَ, السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا وَارِثَ الْحَسَنِ الرَّضِيِّ الطَّاهِرِ الرَّاضِي الْمَرْضِيِّ, السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا الصِّدِّيْقُ اْلأَكْبَرُ, السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا الْوَصِيُّ الْبَرُّ التَّقِيُّ, السَّلاَمُ عَلَيْكَ وَ عَلَى اْلأَرْوَاحِ الَّتِي حَلَّتْ بِفِنَائِكَ وَ أَنَاخَتْ بِرَحْلِك, السَّلاَمُ عَلَيْكَ وَ عَلَى الْمَلاَئِكَةِ الْحَافِّيْنَ بِكَ, أَشْهَدُ أَنَّكَ قَدْ أَقَمْتَ الصَّلاَةَ وَ آتَيْتَ الزَّكَاةَ, وَ أَمَرْتَ بِالْمَعْرُوْفِ وَ نَهَيْتَ عَنِ الْمُنْكَرِ, وَ جَاهَدْتَ الْمُلْحِدِيْنَ, وَ عَبَدْتَ اللهَ حَتَّى أَتَاكَ الْيَقِيْن, السَّلاَمُ عَلَيْكَ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَ بَرَكَاتُهُ

Artinya ;
Salam untukmu wahai pewaris Adam pilihan Allah, salam untukmu wahai pewaris Nûh nabi Allah, salam untukmu wahai pewaris Ibrahim Khalîlullâh, salam untukmu wahai pewaris Mûsâ Kalîmullâh, salam untukmu wahai pewaris Isa Rûhullâh, salam untukmu wahai pewaris Muhammad Sayyidu Rusulillâh, salam untukmu wahai pewaris 'Ali Amîrul Mu`minîn dan Khairul Washiyyîn, salam untukmu wahai pewaris Hasan Al-Radhiyy, Al-Thâhir, Al-Râdhi dan Al-Mardhiyy, salam untukmu wahai Al-Shiddîq Al-Akbar, salam untukmu wahai Al-Washiyy, Al-Barr dan Al-Taqiyy, salam untukmu dan untuk arwâh yang berada di sisimu dan menyertai keberangkatanmu, salam untukmu dan untuk malaikat yang mengelilingimu. Aku bersaksi bahwa engkau telah mendirikan shalat, menunaikan zakat, memerintah dengan yang baik, mencegah dari yang mungkar, memerangi kaum yang ingkar dan mengabdi kepada Allah hingga datang kepadamu maut, salam untukmu rahmat Allah dan berkah-Nya.
  • Mendirikan salat Salman
  • Mendirikan salat empat rakaat dengan dua salam dan setelah salam mengucapkan: اَللّهُمَّ یا مُذِلَّ کلِّ جَبّارٍ؛ وَ یا مُعِزَّ الْمُؤْمِنینَك اَنْتَ کهْفی حینَ تُعْیینِی الْمَذاهِبُ؛ وَ اَنْتَ بارِئُ خَلْقی رَحْمَةً بی‌ وَ قَدْ کنْتَ عَنْ خَلْقی غَنِیاً وَ لَوْ لارَحْمَتُك لَکنْتُ مِنَ الْهالِکینَ وَ اَنْتَ مُؤَیدی بِالنَّصْرِ عَلی اَعْداَّئی وَ لَوْ لانَصْرُك اِیای لَکنْتُ مِنَ الْمَفْضُوحینَ یا مُرْسِلَ الرَّحْمَةِ مِنْ مَعادِنِها وَ مُنْشِئَ الْبَرَکةِ مِنْ مَواضِعِها یا مَنْ خَصَّ نَفْسَهُ بِالشُّمُوخِ وَالرِّفْعَةِ فَاَوْلِیاَّؤُهُ بِعِزِّهِ یتَعَزَّزُونَ وَ یا مَنْ وَضَعَتْ لَهُ الْمُلُوك نیرَ الْمَذَلَّةِ عَلی اَعْناقِهِمْ فَهُمْ مِنْ سَطَواتِهِ خاَّئِفُونَ اَسئَلُك بِکینُونِیتِك الَّتِی اشْتَقَقْتَها مِنْ کبْرِیاَّئِك وَ اَسئَلُك بِکبْرِیاَّئِك الَّتِی اشْتَقَقْتَها مِنْ عِزَّتِك وَ اَسئَلُك بِعِزَّتِك الَّتِی اسْتَوَیتَ بِها عَلی عَرْشِك فَخَلَقْتَ بِها جَمیعَ خَلْقِك فَهُمْ لَك مُذْعِنُونَ اَنْ تُصَلِّی عَلی مُحَمَّدٍ وَ اَهْلِ بَیتِهِ
  • Melaksanakan amalan-amalan Ummu Daud

بسم الله الرحمن الرحيم
اللهم صل على محمد وآل محمد

صَدَقَ اللهُ الْعَظيمُ الَّذي لا اِلهَ إِلاّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ، ذُو الْجَلالِ وَالاِْكْرامِ، الرَّحْمنُ الرَّحيمُ، الْحَليمُ الْكَريمُ، الَّذي لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّميعُ الْعَليمُ الْبَصيرُ الْخَبيرُ، شَهِدَ اللهُ اَنَّهُ لا اِلهَ إِلاّ هُوَ وَالْمَلائِكَةُ وَاُولُو الْعِلْمِ قائِماً بِالْقِسْطِ لا اِلهَ إِلاّ هُوَ الْعَزيزُ الْحَكيمُ، وَبَلَّغَتْ رُسُلُهُ الْكِرامُ وَاَنَا عَلى ذلِكَ مِنَ الشّاهِدينَ

Shadaqallâhul ‘azhim alladzî lâilâha illâ huwal hayyul qayyûm, dzul jalâli wal-ikrâm, ar-rahmânur rahîm, al-halîmul karîm. Alladzî laysa kamislihi syay’. Wa huwas samî’ul ‘alîm, al-bashîrul khabîr. Syahidallâhu annahu lâilaha illâ huwa wal-malâikatu wa ûlul ‘ilmi qâiman bil-qisthi lâilâha illâ huwal ‘azîzul hakim. Wa ballaghat rusuluhul kirâmu wa ana ‘alâ dzâlika minasy syâhidîn.

Maha Benar Allah Yang Maha Agung. Tiada Tuhan kecuali Dia Yang Hidup dan Mengawasi, Pemilik keagungan dan kemuliaan, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, Yang Maha Penyantun dan Maha Dermawan, Yang tiada perumpamaan sesuatupun bagi-Nya. Dialah Yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui, Maha Melihat dan Maha Mengetahui. Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan kecuali Dia, Yang menegakkan keadilan; para malaikat dan orang-orang yang berilmu juga menyatakan demikian. Tiada Tuhan kecuali Dia Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana; para Rasul-Nya menyampaikannya, dan aku termasuk orang-orang yang membenarkannya.

اَللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ، وَلَكَ الَْمجْدُ، وَلَكَ الْعِزُّ، وَلَكَ الْفَخْرُ، وَلَكَ الْقَهْرُ، وَلَكَ النِّعْمَةُ، وَلَكَ الْعَظَمَةُ، وَلَكَ الرَّحْمَةُ، وَلَكَ الْمَهابَةُ، وَلَكَ السُّلْطانُ، وَلَكَ الْبَهاءُ، وَلَكَ الاِْمْتِنانُ، وَلَكَ التَّسْبيحُ، وَلَكَ التَّقْديسُ، وَلَكَ التَّهْليلُ، وَلَكَ التَّكْبيرُ، وَلَكَ ما يُرى، وَلَكَ ما لا يُرى، وَلَكَ ما فَوْقَ السَّمواتِ الْعُلى، وَ لَكَ ما تَحْتَ الثَّرى، وَلَكَ الاَْرَضُونَ السُّفْلى، وَلَكَ الاْخِرَةُ وَالاُْولى، وَلَكَ ما تَرْضى بِهِ مِنَ الثَّناءِ وَالْحَمْدِ وَالشُّكرِ وَ النَّعْماءِ

Allâhumma lakal hamdu, wa lakal majdu, wa lakal ‘izzu, wa lakal fakhru, wa lakal qahru, wa lakal wa lakan ni’mah, wa lakal ‘azhamah, wa lakar rahmah, wa lakal mahâbah, wa lakas sulthân, wa lakal bahâ’, wa lakal imtinân, wa lakat tasbîh, wa lakat taqdîs, wa lakat tahlîl, wa lakat takbîr, wa laka mâ yurâ, wa laka mâ lâ yurâ, wa laka mâ fawqas samâwâtil ‘ulâ, wa laka mâ tahtats tsarâ, wa lakal aradhûnas sulfa, wa lakal âkhiratu wal-ûlâ, wa lakal mâ tardhâ bihi minats tsanâi wal-hamdi wasy-syukri wan-na’mâ’.

Ya Allah, bagi-Mu segala puji, bagi-Mu segala puja, bagi-Mu semua kemuliaan, bagi-Mu segala kebesaran, bagi-Mu segala keperkasaan, bagi-Mu semua nikmat, bagi-Mu semua keagungan, bagi-Mu semua rahmat, bagi-Mu semua yang menakutkan, bagi-Mu semua kekuasaan, bagi-Mu segala keagungan, bagi-Mu semua karunia, bagi-Mu semua tasbih, bagi-Mu semua pensucian, bagi-Mu semua tahlil, bagi-Mu semua takbir, bagi-Mu semua yang dilihat, bagi-Mu semua yang tak terlihat, milik-Mu semua yang ada atas langit yang tinggi, milik-Mu semua yang di bawah bumi, milik-Mu semua yang paling bawah, milik-Mu semua yang ada di dunia dan akhirat, dan bagi-Mu semua yang Kau ridhai dari puja dan puji, syukur dan segala nikmat.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلى جبْرَئيلَ اَمينِكَ عَلى وَحْيِكَ، وَالْقَوِيِّ عَلى اَمْرِكَ، وَالْمُطاعِ في سَمواتِكَ، وَمَحالِّ كَراماتِكَ الْمُتَحَمِّلِ لِكَلِماتِكَ النّاصِرِ لاَِنْبِيائِكَ الْمُدَمِّرِ لاَِعْدائِكَ

Allâhumma shalli ‘alâ Jibrâila amînika ‘alâ wahyika, wal-qawiyyi ‘alâ amrika, wal-muthâ’I fî samâwâtika, wa mahalli karâmâtikal mutahammili likalimâtika, an-nâshiri liambiyâila almudammiri lia’dâika.

Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Jibrail kepercayaan-Mu atas wahyu-Mu, penguat perintah-Mu, yang ditaati di langit-Mu, yang membawa kemuliaan-kemulian-Mu dan mengemban kalimat-kalmat-Mu, yang membantu nabi-nabi-Mu dan menghancurkan musuh-musuh-Mu.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلى ميكائيلَ مَلَكِ رَحْمَتِكَ، وَالَْمخْلُوقِ لِرَأْفَتِكَ، وَالْمُسْتَغْفِرِ الْمُعينِ لاَِهْلِ طاعَتِكَ

Allâhumma shalli ‘alâ Jibrâila amînika ‘alâ Mîkâil malaki rahmatika, wal-makhlûqi lira’fatika, wal-mustaghfiril mu’îni liahli thâ’atika.

Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Mikail, malaikat pembawa rahma-Mu, makhluk yang menebarkan kasih sayang-Mu, yang senantiasa beristighfar dan memberi pertolongan pada orang-orang taat pada-Mu.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلى اِسْرافيلَ حامِلِ عَرْشِكَ، وَصاحِبِ الصُّورِ الْمُنْتَظِرِ لاَِمْرِكَ، الْوَجِلِ الْمُشْفِقِ مِنْ خيفَتِكَ

Allâhumma shalli ‘alâ Jibrâila amînika ‘alâ Isrâfîl hâmili ‘arsyika, wa shâhibish shûril muntazhari liamrika, al-wajilil musyfiqi min khîfatik.

Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Israfil, pemikul arasy-Mu, peniup sangkakala yang menunggu perintah-Mu, yang menakutkan dan menyayangi karena takut pada-Mu.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلى حَمَلَةِ الْعَرْشِ الطّاهِرينَ، وَعَلى السَّفَرَةِ الْكِرامِ الْبَرَرَةِ الطَّيِّبينَ، وَعَلى مَلائِكَتِكَ الْكِرامِ الْكاتِبينَ، وَعَلى مَلائِكَةِ الْجِنانِ، وَخَزَنَةِ النّيرانِ، وَمَلَكِ الْمَوْتِ وَالاَْعْوانِ، يا ذَا الْجَلالِ وَالاِْكْرامِ

Allâhumma shalli ‘alâ hamalatil ‘arsyil thâhirîn, wa ‘alas safratil kirâm al-bararatith thayyibîn, wa ‘alâ malâikatikal kirâmil kâtibîn, wa ‘alâ malâikatil jinân, wa khazanatin nîrân, wa malakil mawti wal-a’wân, yâ Dzal jalâli wal-ikrâm.

Ya Allah, sampaikan shalawat kepada para Malaikat pemikul arasy-Mu yang suci, para malaikat yang mulia dan baik, para malaikat-Mu pencatat amal, para Malaikat penjaga surga, para malaikat penjaga neraka, dan Malaikat pencabut nyawa dan pemberi pertolongan, wahai Pemilik keagungan dan kemuliaan.


اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلى اَبينا آدَمَ بَديعِ فِطْرَتِكَ الَّذي كَرَّمْتَهُ بِسُجُودِ مَلائِكَتِكَ. وَاَبَحْتَهُ جَنَّتَكَ، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلى اُمِّنا حَوّاءَ الْمُطَهَّرَةِ مِنَ الرِّجْسِ، الْمُصَفّاةِ مِنَ الدَّنَسِ، الْمُفَضَّلَةِ مِنَ الاِْنْسِ، الْمُتَرَدِّدَةِ بَيْنَ مَحالِّ الْقُدْسِ

Allâhumma shalli ‘alâ abîna âdama badî’i fithratika, alladzî karramtahu bisujûdi malâikatika, wa abahtahu jannataka. Allâhumma shalli ‘alâ ummina Hawwâ’ al-muthahharati minar rijsi, al-mushaffâti minad danasi, al-mufadhdhalati minal insi, al-mutaraddidati bayna mahâllil qudsi.

Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Bapak kami Adam, yang memperindah fitrah-Mu yang Kau muliakan dia dengan sujudnya para malaikat-Mu dan Kau izinkan dia berada di surga-Mu. Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Ibu kami Hawa’ yang disucikan dari dosa, yang dikaruniai kelembutan, yang dipersiapkan sebagai tempat kesucian.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلى هابيلَ وَشَيْث وَاِدْريسَ وَنُوح وَهُود وَصالِح وَ اِبْراهيمَ وَاِسْماعيلَ وَاِسْحاقَ وَيَعْقُوبَ وَيُوسُفَ وَالاَْسْباطِ وَلُوط وَشُعَيْب وَاَيُّوبَ وَمُوسى وَهارُونَ وَيُوشَعَ وَميشا وَالْخِضْرِ وَذِى الْقَرْنَيْنِ وَيُونُسَ وَاِلْياسَ وَالْيَسَعَ وَذِي الْكِفْلِ وَطالُوتَ وَداوُدَ وَسُلَيْمانَ وَزَكَرِيّا وَشَعْيا وَيَحْيى وَتُورَخَ وَمَتّى وَاِرْمِيا وَحَيْقُوقَ وَدانِيالَ وَعُزَيْر وَعيسى وَشَمْعُونَ وَجِرْجيسَ وَالْحَوارِيّينَ وَالاَْتْباعِ وَخالِد وَحَنْظَلَةَ وَلُقْمانَ

Allâhumma shalli ‘alâ Hâbîl wa Syayts wa Idrîsa wa Nûhin wa Hûdin wa Shâlih, wa Ibrâhîma wa Ismâ’îla wa Ishâqa wa Ya’qû wa Yûsufa wal-asbâth, wa Lûth wa Syu’ayb wa Ayyûba wa Mûsâ wa Hârûn, wa Yûsya’a wa Misyâ wal Hidhri wa Dzil Qarnayn, wa Yûnusa wa Ilyâs, wal Yasa’ wa Dzul Kifli, wa Thâlûta wa Dâwûda wa Sulaymân, wa Zakariyyâ wa Sya’yâ wa Yahyâ, wa Tûrakha wa Mattâ wa Irmiyâ, wa Hayqûqa wa Dâniyâl wa ‘Uzayr, wa ‘Isâ wa Syam’ûna wa Jirjîsa wal Hawâriyyîn wal atbâ’i, wa Khâlidin wa Hanzhalah wa Luqmân.

Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Habil, Syayts, Idris, Nuh, Hud, Shalih, Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub, Yusuf dan keturunannya, Luth, Syu`aib, Ayyub, Musa, Harun, Yusya`, Misya, Hidhir, Dzul Qarnayn, Yunus, Ilyas, Yasa`, Dzul Kifli, Thalut, Dawud, Sulaiman, Zakariya, Sya`ya, Yahya, Turakh, Matta, Irmiya, Hayquq, Daniyal, `Uzayr, Isa, Syam`un, Jirjis, Hawariyun dan pengikutnya, Hanzhalah, dan Luqman.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلى مُحَمَّد وَآلِ مُحَمَّد، وَارْحَمْ مُحَمَّداً وَآلَ مُحَمَّد، وَبارِكْ عَلى مُحَمَّد وَآلِ مُحَمَّد، كَما صَلَّيْتَ وَرَحِمْتَ وَبارَكْتَ عَلى اِبْرهيمَ وَآلِ اِبْرهيمَ اِنَّكَ حَميدٌ مَجيدٌ، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى الاَْوْصِياءِ وَالسُّعَداءِ وَالشُّهَداءِ وَاَئِمَّةِ الْهُدى

Allâhumma shalli ‘alâ Muhammadin wa âli Muhammad, warham Muhammadan wa âli Muhammad, wa bârik ‘alâ Muhammadin wa âli Muhammad, kamâ shallayta wa rahimta wa bârakta ‘alâ Ibrâhîma wa âli Ibrâhîm innaka hamîdum majîd. Allâhumma shalli ‘alal awshiyâi was su’adâ’ wasy syuhadâ’ wa aimmatil hudâ.

Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sayangi Muhammad dan keluarga Muhammad, berkahi Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Kau curahkan shalawat, rahmat dan keberkahan kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia.

Ya Allah, sampaikan shalawat kepada para washi Rasulullah, para Syu`ada’ dan Syuhada’, para Imam pemberi petunjuk.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى الاَْبْدالِ وَالاَْوْتادِ وَالسُّيّاحِ وَالْعُبّادِ وَالُْمخْلِصينَ وَالزُّهّادِ وَاَهْلِ الجِدِّ وَالاِْجْتِهادِ، وَاخْصُصْ مُحَمَّداً وَاَهْلَ بَيْتِهِ بِاَفْضَلِ صَلَواتِكَ وَاَجْزَلِ كَراماتِكَ، وَبَلِّغْ رُوحَهُ وَ جَسَدَهُ مِنّي تَحِيَّةً وَسَلاماً، وَزِدْهُ فَضْلاً وَشَرَفاً وَكَرَماً، حَتّى تُبَلِّغَهُ اَعْلى دَرَجاتِ اَهْلِ الشَّرَفِ مِنَ النَّبِيّينَ وَالْمُرْسَلينَ وَالاَْفاضِلِ الْمُقَرَّبينَ

Allâhumma shalli ‘alal abdâli wal awtâdi was suyyâh, wal ‘ubbâdi wal mukhlishîna waz zuhhâdi wa ahlil jiddi wal ijtihâd. Wakhshush Muhammad wa ahla baytihi biafdhi shalawâtika wa ajzali karâmâtika, balligh rûhahu wa jasadahu minnî tahiyyatan wa salâmâ, wa zidhu fadhlaw wa syarafaw wa karamâ, hattâ tuballighahu a’lâ darajâti ahlisy syarafi minan nabiyyîna wal mursalîn wal afâdhilil muqarrabîn.

Ya Allah, sampaikan shalawat kepada para Abdal dan Awtad, para Ahli Ibadah, orang-orang yang ikhlas, orang-orang yang zuhud, orang-orang yang bersungguh-sungguh dan para mujtahidin. Dan sampaikan shalawat yang istimewa kepada Muhammad dan Ahlu baitnya shalawat yang paling utama dan kemuliaan yang paling agung. Sampaikan salamku pada ruh dan jasadnya; tambahkan padanya karunia dan kemuliaan, sehingga Kau sampaikan beliau pada derajat dan kedudukan yang paling tinggi dari semua para nabi dan rasul serta para malaikat muqarrabin.

اَللَّهُمَّ وَصَلِّ عَلى مَنْ سَمَّيْتُ وَمَنْ لَمْ اُسَمِّ مِنْ مَلائِكَتِكَ وَاَنْبِيائِكَ وَرُسُلِكَ وَاَهْلِ طاعَتِكَ، وَاَوْصِلْ صَلَواتي اِلَيْهِمْ وَاِلى اَرْواحِهِمْ، وَاجْعَلْهُمْ اِخْواني فيكَ وَاَعْواني عَلى دُعائِكَ

Allâhumma shalli ‘alâ man sammaytu wa mallam usammi min malâikatika wa anbiyâika wa rusulika wa ahli thâ’atika, wa awshil shalawâtî ilayhim wa ilâ arwâhihim, waj’alhum ikhwânî fîka wa a’wânî ‘alâ du’âika.

Ya Allah, sampaikan shalawat kepada semua yang telah kusebutkan namanya dan yang belum kusebutkan dari para nabi-Mu, para rasul-Mu, para malaikat-Mu, dan hamba-hamba-Mu yang taat kepada-Mu. Sampaikan shalawatku pada ruh mereka, jadikan mereka saudara-saudaraku dalam perjalanan menuju-Mu dan penolongku dalam berdoa pada-Mu.

اَللَّهُمَّ اِنّي اَسْتَشْفِعُ بِكَ اِلَيْكَ، وَبِكَرَمِكَ اِلى كَرَمِكَ، وَبِجُودِكَ اِلى جُودِكَ، وَبِرَحْمَتِكَ اِلى رَحْمَتِكَ، وَبِاَهْلِ طاعَتِكَ اِلَيْكَ

Allâhumma innî astasyfi’u bika ilayka, wa bikaramika ilâ karamika, wa bijûdika ilâ jûdka, wa birahmatika ilâ rahmatika, wa biahli thâ’atika ilayka.

Ya Allah, aku memohon syafaat dengan-Mu kepada-Mu, dengan kemuliaan-Mu pada kemuliaan-Mu, dengan kedermawan-Mu pada kedermawanan-Mu, dengan rahmat-Mu pada rahmat-Mu, dan dengan hamba-hamba-Mu yang taat pada-Mu.

وَاَساَلُكَ اَللَّهُمَّ بِكُلِّ ما سَأَلَكَ بِهِ اَحَدٌ مِنْهُمْ مِنْ مَسْأَلَة شَريفَة غَيْرِ مَرْدُودَة، وَبِما دَعَوْكَ بِهِ مِنْ دَعْوَة مُجابَة غَيْرِ مُخَيَّبَة

Wa as-aluka Allâhumma bikulli mâ sa-alaka bihi ahadun minhum min mas-alatin syarîfatin ghayri mardûdah, wa bimâ da’awka bihi min da’watin mujâbatin ghayri mukhayyabah.

Ya Allah, aku memohon pada-Mu dengan semua apa yang pernah dimohon oleh mereka, yaitu permohonan yang mulia dan tak tertolakkan, doa yang disampaikan pada-Mu, doa yang diijabah dan tak disia-siakan.

يااَللهُ يارَحْمنُ يا رَحيمُ، يا كَريمُ يا عَظيمُ يا جَليلُ يا مُنيلُ يا جَميلُ يا كَفيلُ يا وَكيلُ يا مُقيلُ يا مُجيرُ

Yâ Allâhu yâ Rahmânu yâ Rahîm, yâ Karîmu yâ ‘Azhîmu yâ Jalîl, yâ Munîlu yâ Jamîl, yâ Kafîlu yâ Wakîl, yâ Muqîlu yâ Mujîr.

Ya Allah, wahai Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, wahai Yang Maha Mulia, wahai Maha Agung, wahai Yang Maha Dermawan, wahai Maha Indah, wahai Yang Maha Melindungi, wahai Yang Maha Memberi perlindungan, wahai Yang Maha Memaafkan, wahai Maha Memberi perlindungan.

يا خَبيرُ يا مُنيرُ يا مُبيرُ يا مَنيعُ يا مُديلُ يا مُحيلُ يا كَبيرُ يا قَديرُ يا بَصيرُ يا شَكُورُ يا بَرُّ يا طُهْرُ يا طاهِرُ يا قاهِرُ يا ظاهِرُ يا باطِنُ

Yâ Khabîru yâ Munîru yâ Mubîr, yâ Manî’û yâ Mudîlu yâ Muhîl, yâ Kabîru yâ Qadîr, yâ Bashîru yâ Syakûr, yâ Barru yâ Thuhru, yâ Thâhiru yâ Qâhir, yâ Zhâhiru yâ Bâthin.

Wahai Yang Maha Mengetahui, wahai Yang Memberi cahaya, wahai Yang Memberi kebaikan, wahai Yang Menghalangi, wahai Yang Menunjuki, wahai Yang Membuat perubahan, wahai Yang Maha Besar, wahai Yang Maha Kuasa, wahai Yang Melihat, wahai Maha Disyukuri, wahai Kebaikan, wahai Kesucian, wahai Yang Maha Suci, wahai Yang maha Perkasa, wahai Yang Nampak, wahai Yang Tersembunyi.

يا ساتِرُ يا مُحيطُ يا مُقْتَدِرُ يا حَفيظُ يا مُتَجَبِّرُ يا قَريبُ يا وَدُودُ يا حَميدُ يا مَجيدُ يا مُبْدِئُ يا مُعيدُ

Yâ Sâtiru yâ Muhîth, yâ Muqtadiru yâ Hafîzhu yâ Mutajabbir, yâ Qarîbu yâ Wadûd, yâ Hamîdu yâ Majîd, yâ Mubdiu yâ Mu’îd.

Wahai Yang Menutupi, wahai Yang Mengetahui, wahai Yang Maha Kuasa, wahai Yang Maha Memaksa, wahai Yang Maha Dekat, wahai Yang Maha Pecinta, wahai Yang Maha Terpuji, wahai Yang Maha Mulia, Wahai Yang Menciptakan, wahai Yang Mengembalikan.

يا شَهيدُ يا مُحْسِنُ يا مُجْمِلُ يا مُنْعِمُ يا مُفْضِلُ يا قابِضُ يا باسِطُ يا هادي يا مُرْسِلُ يا مُرْشِدُ يا مُسَدِّدُ يا مُعْطي يا مانِعُ يا دافِعُ يا رافِعُ

Yâ Syahîdu yâ Muhsinu yâ Mujmil, yâ Mun’imu yâ Mufdhil, yâ Qâbidhu yâ Bâsith, yâ Hâdiyu yâ Mursil, yâ Mursyidu yâ Musaddid, yâ Mu’thiyu yâ Mâni’, yâ Dâfi’u yâ Râfi’.

Wahai Yang Menyaksikan, wahai Yang Memberikan kebaikan, wahai Yang Memberi keindahan, wahai Pemberi nikmat, wahai Pemberi karunia, wahai Yang Menahan, wahai Yang Memberi; wahai Yang Memberi petunjuk, wahai Yang Memberi bimbingan, wahai Yang Menutupi, wahai Yang Memberi, wahai Yang Menghalangi, wahai Yang Menolak, wahai Yang Memuliakan.

يا باقي يا واقي يا خَلاّقُ يا وَهّابُ يا تَوّابُ يا فَتّاحُ يا نَفّاحُ يا مُرْتاحُ يا مَنْ بِيَدِهِ كُلُّ مِفْتاح، يا نَفّاعُ يا رَؤوفُ يا عَطُوفُ

Yâ Bâqiyu yâ Wâqiy, yâ Khallâqu yâ Wahhâbu yâ Tawwâb, yâ Fattâhu yâ Naffâhu yâ Murtâh, yâ Man biyadihi kullu miftâh, yâ Naffâ’u, yâ Raûfu yâ ‘Athûf.

Wahai Yang Kekal, wahai Yang Memelihara, Wahai Yang Maha Pencipta, wahai Yang Maha Pemberi, wahai Yang Maha Menerima taubat, wahai Yang Maha Membuka segala pintu, wahai Yang Maha Dermawan, wahai Yang Maha Memberi kebahagiaan, wahai yang di tangan-Nya segala kunci, wahai Yang Maha Memberi manfaat, wahai Yang Maha Penyantun, wahai Yang Maha Lembut.

يا كافي يا شافي يا مُعافي يا مُكافي يا وَفِيُّ يا مُهَيْمِنُ يا عَزيزُ يا جَبّارُ يا مُتَكَبِّرُ

Yâ Kâfiyu yâ Syâfiy, yâ Mu’âfiyu yâ Mukâfiyu yâ Wâfiy, yâ Muhayminu yâ ‘Azîzu yâ Jabbâru yâ Mutakabbir.

Wahai Yang Maha Memberi kecukupan , wahai Yang Maha Penyembuh, wahai Maha Penyelamat, wahai Yang Maha Mencukupi, wahai Yang Maha Memberi keselamatan, wahai Yang Maha Memelihara, wahai Yang Maha Mulia, wahai Yang Maha Memaksa, wahai Yang Maha Besar.

يا سَلامُ يا مُؤْمِنُ يا اَحَدُ يا صَمَدُ يا نُورُ يا مُدَبِّرُ يا فَرْدُ يا وِتْرُ يا قُدُّوسُ يا ناصِرُ يا مُؤنِسُ يا باعِثُ يا وارِثُ

Yâ Salâmu yâ Mu’min, yâ Ahadu yâ Shamad, yâ Nûru yâ Mudabbir, yâ Fardu yâ Witr, yâ Quddûsus, yâ Nashiru yâ Mu’nis, yâ Ba’itsu yâ Wârits.

Wahai Yang Memberi kedamaian, wahai Yang Memberi kemanan, wahai Yang Maha Esa, wahai Yang Tempat bersandar semua harapan, wahai Cahaya, wahai Yang Maha Mengatur, wahai Yang Maha Tunggal, wahai Yang Maha Sendirian, wahai Yang Maha Suci, wahai Yang Maha Penolong, wahai Yang Maha Menghibur, wahai Yang Membangkitkan, wahai Yang Mewariskan.

يا عالِمُ يا حاكِمُ يا بادي يا مُتَعالي يا مُصَوِّرُ يا مُسَلِّمُ يا مُتَحَّبِّبُ يا قائِمُ يا دائِمُ يا عَليمُ يا حَكيمُ يا جَوادُ

Yâ ‘Alimu yâ Hâkim, yâ Bâdiu, yâ Muta’âliy, yâ Mushawwiru yâ Musallimu yâ Mutahabbib, yâ Qâimu yâ Dâim, yâ ‘Alîmu yâ Hakîmu yâ Jawâd.

Wahai Yang Maha Mengetahui, wahai Yang Maha Bijaksana, wahai Yang Memulai, wahai Yang Maha Tinggi, wahai Yang Maha Pencipta, wahai Maha Memberi kedamaian, Wahai Yang Maha Mencintai, wahai Yang Maha Kokoh, wahai Yang Abadi, wahai Yang Maha Mengetahui, wahai Yang Maha Bijaksana, wahai Yang Maha Dermawan. 


يا بارِىءُ يا بارُّ يا سارُّ يا عَدْلُ يا فاصِلُ يا دَيّانُ يا حَنّانُ يا مَنّانُ يا سَميعُ يا بَديعُ يا خَفيرُ يا مُعينُ يا ناشِرُ يا غافِرُ يا قَديمُ يا مُسَهِّلُ يا مُيَسِّرُ يا مُميتُ يا مُحْيي يا نافِعُ يا رازِقُ يا مُقْتَدِرُ يا مُسَبِّبُ

Yâ Bâriu yâ Bârru yâ Sârr, yâ ‘Adlu yâ Fâshil, yâ Dayyânu yâ Hannânu yâ Mannân, yâ Samî’u yâ Bâdi’, yâ Khafî yâ Mu’în, yâ Nâsyiru yâ Ghâfiru yâ Qadîm, yâ Musahhilu yâ Muyassir, yâ Mumîtu yâ Muhyî, yâ Nâfi’u yâ Râziq, yâ Muqtadiru yâ Musabbib.

Wahai Yang Maha Suci, wahai Yang Memberi kebaikan, wahai Yang Maha Merahasiakan, wahai Yang Maha Adil, wahai Yang Membedakan, wahai Yang Maha Dipatuhi, wahai Yang Maha Penyayang, wahai Yang Memberi karunia, wahai Yang Maha Mendengar, wahai Yang Menciptakan, wahai Yang Maha Melindungi, wahai Yang Maha Memberi pertolongan, wahai Yang Menebarkan kebahagiaan, wahai Yang Maha Pengampun, wahai Kekal Abadi, wahai Yang Memudahkan dan Memberi kemudahan, wahai Yang Mematikan, wahai Yang Menghidupkan, wahai Yang Memberi manfaat, wahai Yang Memberi rizki, wahai Yang Menentukan takdir, wahai Penyebab semua keberadaan dan kejadian. 

(Kitab Mafatihul Jinan, bab2, Rajab)

Doa riwayat yang lain



DOA UMMU DAWUD


اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلى اَبينا آدَمَ بَديعِ فِطْرَتِكَ الَّذي كَرَّمْتَهُ بِسُجُودِ مَلائِكَتِكَ. وَاَبَحْتَهُ جَنَّتَكَ، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلى اُمِّنا حَوّاءَ الْمُطَهَّرَةِ مِنَ الرِّجْسِ، الْمُصَفّاةِ مِنَ الدَّنَسِ، الْمُفَضَّلَةِ مِنَ الاِْنْسِ، الْمُتَرَدِّدَةِ بَيْنَ مَحالِّ الْقُدْسِ.

Allâhumma shalli ‘alâ abîna âdama badî’i fithratika, alladzî karramtahu bisujûdi malâikatika, wa abahtahu jannataka. Allâhumma shalli ‘alâ ummina Hawwâ’ al-muthahharati minar rijsi, al-mushaffâti minad danasi, al-mufadhdhalati minal insi, al-mutaraddidati bayna mahâllil qudsi.

Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Bapak kami Adam, yang memperindah fitrah-Mu yang Kau muliakan dia dengan sujudnya para malaikat-Mu dan Kau izinkan dia berada di surga-Mu. Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Ibu kami Hawa’ yang disucikan dari dosa, yang dikaruniai kelembutan, yang dipersiapkan sebagai tempat kesucian.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلى هابيلَ وَشَيْث وَاِدْريسَ وَنُوح وَهُود وَصالِح وَ اِبْراهيمَ وَاِسْماعيلَ وَاِسْحاقَ وَيَعْقُوبَ وَيُوسُفَ وَالاَْسْباطِ وَلُوط وَشُعَيْب وَاَيُّوبَ وَمُوسى وَهارُونَ وَيُوشَعَ وَميشا وَالْخِضْرِ وَذِى الْقَرْنَيْنِ وَيُونُسَ وَاِلْياسَ وَالْيَسَعَ وَذِي الْكِفْلِ وَطالُوتَ وَداوُدَ وَسُلَيْمانَ وَزَكَرِيّا وَشَعْيا وَيَحْيى وَتُورَخَ وَمَتّى وَاِرْمِيا وَحَيْقُوقَ وَدانِيالَ وَعُزَيْر وَعيسى وَشَمْعُونَ وَجِرْجيسَ وَالْحَوارِيّينَ وَالاَْتْباعِ وَخالِد وَحَنْظَلَةَ وَلُقْمانَ

Allâhumma shalli ‘alâ Hâbîl wa Syayts wa Idrîsa wa Nûhin wa Hûdin wa Shâlih, wa Ibrâhîma wa Ismâ’îla wa Ishâqa wa Ya’qû wa Yûsufa wal-asbâth, wa Lûth wa Syu’ayb wa Ayyûba wa Mûsâ wa Hârûn, wa Yûsya’a wa Misyâ wal Hidhri wa Dzil Qarnayn, wa Yûnusa wa Ilyâs, wal Yasa’ wa Dzul Kifli, wa Thâlûta wa Dâwûda wa Sulaymân, wa Zakariyyâ wa Sya’yâ wa Yahyâ, wa Tûrakha wa Mattâ wa Irmiyâ, wa Hayqûqa wa Dâniyâl wa ‘Uzayr, wa ‘Isâ wa Syam’ûna wa Jirjîsa wal Hawâriyyîn wal atbâ’i, wa Khâlidin wa Hanzhalah wa Luqmân.

Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Habil, Syayts, Idris, Nuh, Hud, Shalih, Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub, Yusuf dan keturunannya, Luth, Syu`aib, Ayyub, Musa, Harun, Yusya`, Misya, Hidhir, Dzul Qarnayn, Yunus, Ilyas, Yasa`, Dzul Kifli, Thalut, Dawud, Sulaiman, Zakariya, Sya`ya, Yahya, Turakh, Matta, Irmiya, Hayquq, Daniyal, `Uzayr, Isa, Syam`un, Jirjis, Hawariyun dan pengikutnya, Hanzhalah, dan Luqman.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلى مُحَمَّد وَآلِ مُحَمَّد، وَارْحَمْ مُحَمَّداً وَآلَ مُحَمَّد، وَبارِكْ عَلى مُحَمَّد وَآلِ مُحَمَّد، كَما صَلَّيْتَ وَرَحِمْتَ وَبارَكْتَ عَلى اِبْرهيمَ وَآلِ اِبْرهيمَ اِنَّكَ حَميدٌ مَجيدٌ، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى الاَْوْصِياءِ وَالسُّعَداءِ وَالشُّهَداءِ وَاَئِمَّةِ الْهُدى

Allâhumma shalli ‘alâ Muhammadin wa âli Muhammad, warham Muhammadan wa âli Muhammad, wa bârik ‘alâ Muhammadin wa âli Muhammad, kamâ shallayta wa rahimta wa bârakta ‘alâ Ibrâhîma wa âli Ibrâhîm innaka hamîdum majîd. Allâhumma shalli ‘alal awshiyâi was su’adâ’ wasy syuhadâ’ wa aimmatil hudâ.

Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sayangi Muhammad dan keluarga Muhammad, berkahi Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Kau curahkan shalawat, rahmat dan keberkahan kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia.
Ya Allah, sampaikan shalawat kepada para washi Rasulullah, para Syu`ada’ dan Syuhada’, para Imam pemberi petunjuk.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى الاَْبْدالِ وَالاَْوْتادِ وَالسُّيّاحِ وَالْعُبّادِ وَالُْمخْلِصينَ وَالزُّهّادِ وَاَهْلِ الجِدِّ وَالاِْجْتِهادِ، وَاخْصُصْ مُحَمَّداً وَاَهْلَ بَيْتِهِ بِاَفْضَلِ صَلَواتِكَ وَاَجْزَلِ كَراماتِكَ، وَبَلِّغْ رُوحَهُ وَ جَسَدَهُ مِنّي تَحِيَّةً وَسَلاماً، وَزِدْهُ فَضْلاً وَشَرَفاً وَكَرَماً، حَتّى تُبَلِّغَهُ اَعْلى دَرَجاتِ اَهْلِ الشَّرَفِ مِنَ النَّبِيّينَ وَالْمُرْسَلينَ وَالاَْفاضِلِ الْمُقَرَّبينَ

Allâhumma shalli ‘alal abdâli wal awtâdi was suyyâh, wal ‘ubbâdi wal mukhlishîna waz zuhhâdi wa ahlil jiddi wal ijtihâd. Wakhshush Muhammad wa ahla baytihi biafdhi shalawâtika wa ajzali karâmâtika, balligh rûhahu wa jasadahu minnî tahiyyatan wa salâmâ, wa zidhu fadhlaw wa syarafaw wa karamâ, hattâ tuballighahu a’lâ darajâti ahlisy syarafi minan nabiyyîna wal mursalîn wal afâdhilil muqarrabîn.

Ya Allah, sampaikan shalawat kepada para Abdal dan Awtad, para Ahli Ibadah, orang-orang yang ikhlas, orang-orang yang zuhud, orang-orang yang bersungguh-sungguh dan para mujtahidin. Dan sampaikan shalawat yang istimewa kepada Muhammad dan Ahlu baitnya shalawat yang paling utama dan kemuliaan yang paling agung. Sampaikan salamku pada ruh dan jasadnya; tambahkan padanya karunia dan kemuliaan, sehingga Kau sampaikan beliau pada derajat dan kedudukan yang paling tinggi dari semua para nabi dan rasul serta para malaikat muqarrabin.

اَللَّهُمَّ وَصَلِّ عَلى مَنْ سَمَّيْتُ وَمَنْ لَمْ اُسَمِّ مِنْ مَلائِكَتِكَ وَاَنْبِيائِكَ وَرُسُلِكَ وَاَهْلِ طاعَتِكَ، وَاَوْصِلْ صَلَواتي اِلَيْهِمْ وَاِلى اَرْواحِهِمْ، وَاجْعَلْهُمْ اِخْواني فيكَ وَاَعْواني عَلى دُعائِكَ

Allâhumma shalli ‘alâ man sammaytu wa mallam usammi min malâikatika wa anbiyâika wa rusulika wa ahli thâ’atika, wa awshil shalawâtî ilayhim wa ilâ arwâhihim, waj’alhum ikhwânî fîka wa a’wânî ‘alâ du’âika.

Ya Allah, sampaikan shalawat kepada semua yang telah kusebutkan namanya dan yang belum kusebutkan dari para nabi-Mu, para rasul-Mu, para malaikat-Mu, dan hamba-hamba-Mu yang taat kepada-Mu. Sampaikan shalawatku pada ruh mereka, jadikan mereka saudara-saudaraku dalam perjalanan menuju-Mu dan penolongku dalam berdoa pada-Mu.

اَللَّهُمَّ اِنّي اَسْتَشْفِعُ بِكَ اِلَيْكَ، وَبِكَرَمِكَ اِلى كَرَمِكَ، وَبِجُودِكَ اِلى جُودِكَ، وَبِرَحْمَتِكَ اِلى رَحْمَتِكَ، وَبِاَهْلِ طاعَتِكَ اِلَيْكَ

Allâhumma innî astasyfi’u bika ilayka, wa bikaramika ilâ karamika, wa bijûdika ilâ jûdka, wa birahmatika ilâ rahmatika, wa biahli thâ’atika ilayka.

Ya Allah, aku memohon syafaat dengan-Mu kepada-Mu, dengan kemuliaan-Mu pada kemuliaan-Mu, dengan kedermawan-Mu pada kedermawanan-Mu, dengan rahmat-Mu pada rahmat-Mu, dan dengan hamba-hamba-Mu yang taat pada-Mu.

وَاَساَلُكَ اَللَّهُمَّ بِكُلِّ ما سَأَلَكَ بِهِ اَحَدٌ مِنْهُمْ مِنْ مَسْأَلَة شَريفَة غَيْرِ مَرْدُودَة، وَبِما دَعَوْكَ بِهِ مِنْ دَعْوَة مُجابَة غَيْرِ مُخَيَّبَة

Wa as-aluka Allâhumma bikulli mâ sa-alaka bihi ahadun minhum min mas-alatin syarîfatin ghayri mardûdah, wa bimâ da’awka bihi min da’watin mujâbatin ghayri mukhayyabah.

Ya Allah, aku memohon pada-Mu dengan semua apa yang pernah dimohon oleh mereka, yaitu permohonan yang mulia dan tak tertolakkan, doa yang disampaikan pada-Mu, doa yang diijabah dan tak disia-siakan.

يااَللهُ يارَحْمنُ يا رَحيمُ، يا كَريمُ يا عَظيمُ يا جَليلُ يا مُنيلُ يا جَميلُ يا كَفيلُ يا وَكيلُ يا مُقيلُ يا مُجيرُ

Yâ Allâhu yâ Rahmânu yâ Rahîm, yâ Karîmu yâ ‘Azhîmu yâ Jalîl, yâ Munîlu yâ Jamîl, yâ Kafîlu yâ Wakîl, yâ Muqîlu yâ Mujîr.

Ya Allah, wahai Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, wahai Yang Maha Mulia, wahai Maha Agung, wahai Yang Maha Dermawan, wahai Maha Indah, wahai Yang Maha Melindungi, wahai Yang Maha Memberi perlindungan, wahai Yang Maha Memaafkan, wahai Maha Memberi perlindungan.

يا خَبيرُ يا مُنيرُ يا مُبيرُ يا مَنيعُ يا مُديلُ يا مُحيلُ يا كَبيرُ يا قَديرُ يا بَصيرُ يا شَكُورُ يا بَرُّ يا طُهْرُ يا طاهِرُ يا قاهِرُ يا ظاهِرُ يا باطِنُ

Yâ Khabîru yâ Munîru yâ Mubîr, yâ Manî’û yâ Mudîlu yâ Muhîl, yâ Kabîru yâ Qadîr, yâ Bashîru yâ Syakûr, yâ Barru yâ Thuhru, yâ Thâhiru yâ Qâhir, yâ Zhâhiru yâ Bâthin.

Wahai Yang Maha Mengetahui, wahai Yang Memberi cahaya, wahai Yang Memberi kebaikan, wahai Yang Menghalangi, wahai Yang Menunjuki, wahai Yang Membuat perubahan, wahai Yang Maha Besar, wahai Yang Maha Kuasa, wahai Yang Melihat, wahai Maha Disyukuri, wahai Kebaikan, wahai Kesucian, wahai Yang Maha Suci, wahai Yang maha Perkasa, wahai Yang Nampak, wahai Yang Tersembunyi.

يا ساتِرُ يا مُحيطُ يا مُقْتَدِرُ يا حَفيظُ يا مُتَجَبِّرُ يا قَريبُ يا وَدُودُ يا حَميدُ يا مَجيدُ يا مُبْدِئُ يا مُعيدُ

Yâ Sâtiru yâ Muhîth, yâ Muqtadiru yâ Hafîzhu yâ Mutajabbir, yâ Qarîbu yâ Wadûd, yâ Hamîdu yâ Majîd, yâ Mubdiu yâ Mu’îd.

Wahai Yang Menutupi, wahai Yang Mengetahui, wahai Yang Maha Kuasa, wahai Yang Maha Memaksa, wahai Yang Maha Dekat, wahai Yang Maha Pecinta, wahai Yang Maha Terpuji, wahai Yang Maha Mulia, Wahai Yang Menciptakan, wahai Yang Mengembalikan.

يا شَهيدُ يا مُحْسِنُ يا مُجْمِلُ يا مُنْعِمُ يا مُفْضِلُ يا قابِضُ يا باسِطُ يا هادي يا مُرْسِلُ يا مُرْشِدُ يا مُسَدِّدُ يا مُعْطي يا مانِعُ يا دافِعُ يا رافِعُ

Yâ Syahîdu yâ Muhsinu yâ Mujmil, yâ Mun’imu yâ Mufdhil, yâ Qâbidhu yâ Bâsith, yâ Hâdiyu yâ Mursil, yâ Mursyidu yâ Musaddid, yâ Mu’thiyu yâ Mâni’, yâ Dâfi’u yâ Râfi’.

Wahai Yang Menyaksikan, wahai Yang Memberikan kebaikan, wahai Yang Memberi keindahan, wahai Pemberi nikmat, wahai Pemberi karunia, wahai Yang Menahan, wahai Yang Memberi; wahai Yang Memberi petunjuk, wahai Yang Memberi bimbingan, wahai Yang Menutupi, wahai Yang Memberi, wahai Yang Menghalangi, wahai Yang Menolak, wahai Yang Memuliakan.

يا باقي يا واقي يا خَلاّقُ يا وَهّابُ يا تَوّابُ يا فَتّاحُ يا نَفّاحُ يا مُرْتاحُ يا مَنْ بِيَدِهِ كُلُّ مِفْتاح، يا نَفّاعُ يا رَؤوفُ يا عَطُوفُ

Yâ Bâqiyu yâ Wâqiy, yâ Khallâqu yâ Wahhâbu yâ Tawwâb, yâ Fattâhu yâ Naffâhu yâ Murtâh, yâ Man biyadihi kullu miftâh, yâ Naffâ’u, yâ Raûfu yâ ‘Athûf.

Wahai Yang Kekal, wahai Yang Memelihara, Wahai Yang Maha Pencipta, wahai Yang Maha Pemberi, wahai Yang Maha Menerima taubat, wahai Yang Maha Membuka segala pintu, wahai Yang Maha Dermawan, wahai Yang Maha Memberi kebahagiaan, wahai yang di tangan-Nya segala kunci, wahai Yang Maha Memberi manfaat, wahai Yang Maha Penyantun, wahai Yang Maha Lembut.

يا كافي يا شافي يا مُعافي يا مُكافي يا وَفِيُّ يا مُهَيْمِنُ يا عَزيزُ يا جَبّارُ يا مُتَكَبِّرُ

Yâ Kâfiyu yâ Syâfiy, yâ Mu’âfiyu yâ Mukâfiyu yâ Wâfiy, yâ Muhayminu yâ ‘Azîzu yâ Jabbâru yâ Mutakabbir.

Wahai Yang Maha Memberi kecukupan , wahai Yang Maha Penyembuh, wahai Maha Penyelamat, wahai Yang Maha Mencukupi, wahai Yang Maha Memberi keselamatan, wahai Yang Maha Memelihara, wahai Yang Maha Mulia, wahai Yang Maha Memaksa, wahai Yang Maha Besar.

يا سَلامُ يا مُؤْمِنُ يا اَحَدُ يا صَمَدُ يا نُورُ يا مُدَبِّرُ يا فَرْدُ يا وِتْرُ يا قُدُّوسُ يا ناصِرُ يا مُؤنِسُ يا باعِثُ يا وارِثُ

Yâ Salâmu yâ Mu’min, yâ Ahadu yâ Shamad, yâ Nûru yâ Mudabbir, yâ Fardu yâ Witr, yâ Quddûsus, yâ Nashiru yâ Mu’nis, yâ Ba’itsu yâ Wârits.

Wahai Yang Memberi kedamaian, wahai Yang Memberi kemanan, wahai Yang Maha Esa, wahai Yang Tempat bersandar semua harapan, wahai Cahaya, wahai Yang Maha Mengatur, wahai Yang Maha Tunggal, wahai Yang Maha Sendirian, wahai Yang Maha Suci, wahai Yang Maha Penolong, wahai Yang Maha Menghibur, wahai Yang Membangkitkan, wahai Yang Mewariskan.

يا عالِمُ يا حاكِمُ يا بادي يا مُتَعالي يا مُصَوِّرُ يا مُسَلِّمُ يا مُتَحَّبِّبُ يا قائِمُ يا دائِمُ يا عَليمُ يا حَكيمُ يا جَوادُ

Yâ ‘Alimu yâ Hâkim, yâ Bâdiu, yâ Muta’âliy, yâ Mushawwiru yâ Musallimu yâ Mutahabbib, yâ Qâimu yâ Dâim, yâ ‘Alîmu yâ Hakîmu yâ Jawâd.

Wahai Yang Maha Mengetahui, wahai Yang Maha Bijaksana, wahai Yang Memulai, wahai Yang Maha Tinggi, wahai Yang Maha Pencipta, wahai Maha Memberi kedamaian, Wahai Yang Maha Mencintai, wahai Yang Maha Kokoh, wahai Yang Abadi, wahai Yang Maha Mengetahui, wahai Yang Maha Bijaksana, wahai Yang Maha Dermawan. 

(Kitab Mafatihul Jinan, bab2, Rajab)

Faedah Puasa Tiga Hari Setiap Bulan

  1. Menghidupkan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
  2. Melakukan puasa tiga hari setiap bulannya seperti melakukan puasa sepanjang tahun karena pahala satu kebaikan adalah sepuluh kebaikan semisal. Berarti puasa tiga hari setiap bulan sama dengan puasa sebanyak tiga puluh hari setiap bulan. Jadi seolah-olah ia berpuasa sepanjang tahun.[7]
  3. Memberi istirahat pada anggota badan setiap bulannya.

Penulis: Muhammad shofyan al mahdi

 


[1] HR. Bukhari no. 1178.

[2] HR. Tirmidzi no. 763 dan Ibnu Majah no. 1709. mereka mengatakan bahwa hadits ini shahih.

[3] HR. An Nasai no. 2345 dan Ash Shohihah no. 580.

[4] HR. Tirmidzi no. 761 dan An Nasai no. 2424.ulama salaf mengatakan bahwa hadits ini hasan.

[5] HR. Bukhari no. 1979.

[6] Syarh Riyadhus Sholihin, 3/470.

[7] Syarh Riyadhus Sholihin, 3/469.



ISI MATERI ISLAMI

BULAN GERHANA

Tempat Tinggal Kita Bumi Bumi merupakan planet ketiga terdekat dari Matahari, dan sejauh yang diketahui sebagai satu-satunya yang dihuni mak...

DAFTAR MATERI ISLAMI AL MAHDI